Aku dan Haruka minta bertukar tempat, karena kita ber 4 duduk berhadapan. Jadi Hikari bersama Haruka dan aku bersama Ayame. Karena hawa itu ku rasakan di belakang ku, aku berniat menghadapi nya. Alasan ku bertukar dengan Haruka, walau Haruka jago beladiri, tapi untuk hal seperti ini, aku tidak yakin dia bisa bergerak tepat waktu sebelum terjadi. Aku pindah karena selain aku tidak bisa membiarkan Hikari dalam bahaya, yang menjadi target adalah aku dan Ayame, jadi Ayame bisa di lindungi oleh Hikari di depan nya dan aku di samping nya. Kereta hampir melewati terowongan panjang yang gelap. Aku mengaktifkan nigth vision di kacamata ku, begitu juga Hikari. Ketika kereta mau keluar, dua buah jarum melesat ke arah ku dan Ayame, dengan buku majalah perjalanan yang ada di kereta dengan cepat aku menangkis nya. Empat buah jarum tipis menancap di cover majalah dan warna jarum itu, jelas itu jarum beracun. Aku mencabut jarum dengan sapu tangan dan membungkus nya, lalu berpura pura membaca majalah. Kereta sudah keluar dari terowongan dan cahaya matahari masuk kembali.
“Masa kun, kamu baca majalah di dalam terowongan gelap tadi ?” Tanya Ayame bingung.
“Ah iya, kan mau liburan, aku hanya baca baca saja haha.” Jawab ku.
“Aneh kamu hehe.” Balas Ayame sambil tersenyum.
Kamu tidak tahu saja, barusan nyawa mu terancam. Ayo apa lagi, perjalanan masih lama nih, pikir ku. Sengaja aku keluarkan juga hawa yang mengatakan padanya kalau mangsa juga bisa melawan. Tiba tiba aku melihat seorang laki laki yang memakai busana serba hitam, bersarung tangan hitam dan topi bundar hitam, berdiri dari tempat duduk nya dan berjalan mengarah ke toilet yang ada di belakang ku. Dia melewati ku, sebilah pisau terhunus padaku, aku ber pura pura menguap dan merengangkan badan ku, memukul pisau sampai jatuh dengan majalah sebelum dia menusuk ku. “Klotak.” Bunyi pisau yang jatuh ke tanah, pria itu jongkok untuk mengambil pisau nya. Haruka yang melihat langsung bertindak dan membanting pria itu ke tanah, kemudian dia mengunci tangan nya. Pria itu terlungkup di lantai dan di tindih Haruka di atas nya.
“Ngapain bawa pisau, mau nusuk dia ya ?” Ujar nya sambil melihat pada ku.
“Lepas, aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan.” Jawab pria itu.
Wajah laki laki itu terlihat tenang, benar saja, ternyata di belakang sol sepatu nya ada pisau dan dia menekuk kaki nya ke punggung Haruka. Tentu saja Hikari bergerak menangkap kaki nya dan melepas sepatunya, kemudian memberikan padaku.
“Ini apa ? siapa yang menyuruh mu” Tanya ku pada laki laki itu sambil menunjukkan sepatu nya.
Pria itu menggoyangkan kepalanya dan sesuatu dari dalam topinya jatuh, dia menelan nya dan badan nya langsung kejang kejang, pria itu mati dengan mata melotot dan mulut berbusa. Beberapa petugas kereta langsung menghampri kita, Haruka berdiri dan kembali duduk di tempat nya, seorang petugas kereta memeriksa pria itu dan menggelengkan kepala, tanda pria itu sudah mati. Kemudian petugas bertanya kepada kita ber empat, Haruka menjelaskan kalau pria itu mau membunuh kita, bukti nya adalah pisau yang jatuh dan sepatu. Kemudian petugas minta kita dan penumpang lain pindah ke gerbong sebelah, sebab gerbong tempat kita sebelum nya di tutup karena ada mayat.
Ketika duduk di gerbong sebelah, dengan susunan duduk yang sama, aku merasakan kembali hawa pemburu yang mengincar kita. Ternyata masih ada lagi walau hawanya tidak sebesar yang barusan. Hikari langsung melirik ku dan aku mengangguk. Kemungkinan pemburu yang ini adalah pemburu yang melemparkan jarum tadi, aku melihat sekeliling dan memperhatikan penumpang yang pindah ke gerbong kosong ini. Hanya ada 6 orang selain kita, seorang pria yang sepertinya sedang melakukan perjalan bisnis dengan kopernya, seorang wanita yang bersama dengan anak nya, sepasang kekasih yang sepertinya mau berlibur, seorang pria asing yang seperti nya sedang berpetualang sebab dia membawa ransel besar yang di duduk kan di kursi sebelah nya. Mungkin dia tahu aku sedang mencarinya, dia langsung menyembunyikan hawa keberadaan nya.
Pria yang melakukan perjalanan itu kurasa tidak mungkin, tidak ada pembunuh yang membawa ransel, sedangkan pria yang melakukan perjalanan bisnis itu juga tidak mungkin, karena dia telihat gelisah dan terus memperhatikan jam nya. Yang mencurigakan adalah seorang wanita yang membawa anak dan sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Akhirnya aku diam saja sambil terus waspada, aku melihat Ayame chan tidur menyender ke jendela dan Haruka melipat tangan di dada sambil memejamkan mata. Hanya aku dan Hikari yang terjaga, walau hawa keberadan nya sudah tidak ada lagi. Setelah 3 jam, kita sampai di stasiun hakata dengan selamat. Aku langsung membawa semuanya bergegas keluar dan berbaur dengan kerumunan orang di stasiun.
“Kita naik taksi saja langsung ke rumah ku.” Ajak Haruka.
“Baiklah, ayo kita keluar.” Balas ku.
“Ga mau makan dulu, aku lapar nih ?” Tanya Ayame.
“Nanti ya, keluar dulu dari sini. Dengan kejadian tadi aku rasanya tidak lapar.” Jawab ku.
“Iya, aku mengerti.” Balas Ayame sambil menunduk.
Keluar stasiun, kita langsung masuk ke taksi yang ada sudah siap menunggu penumpang di depan stasiun tanpa berpikir lagi. Haruka mengatakan tujuan nya dan taksi pun berangkat. Aku dan Hikari menoleh kebelakang, melihat apa ada yang mengejar kita, tetap aku tidak tahu, karena wanita yang membawa anak dan pasangan yang bersama kita baru saja keluar dari stasiun bersamaan. Barulah aku merasa lega yang teramat sangat, kita selamat pikir ku. Perjalanan yang sangat menegangkan, aku menoleh dan Hikari tertidur, haha jelas lah, dia juga tegang sepanjang perjalanan. Kalau saja Haruka tidak bertindak tadi, aku pasti bisa mengetahui dua pemburu itu, sayang ketika Haruka menangkap yang seorang yang satunya menyembunyikan diri. Aku merasa liburan ini akan jauh lebih menegangkan dengan liburan di kehidupan ku yang lalu.
Ternyata rumah Haruka cukup jauh, karena berada di kota itoshima dan dekat pantai, jadi memerlukan perjalanan selama 40 menit lagi dari stasiun hakata. Ketika sampai, rumah Haruka adalah rumah kuno jepang yang terletak tidak jauh dari pantai, boleh di bilang dulunya mungkin Haruka adalah anak pantai, pantas saja kulitnya coklat. Haruka membuka gerbang nya dan di dalam nya ternyata ada dojo besar dan banyak murid yang sedang latihan, melihat Haruka datang beberapa anak yang mungkin seumuran Hikari langsung mengerubungi nya.
“Selamat datang aneki.” Teriak para murid itu.
“Halo semua, aku pulang, papa mana Shindo kun ?” Tanya Haruka.
“Shishou di dalam, lagi mengajar aneki.” Jawab seorang anak pria kekar yang sepertinya murid juga di sana dan dipanggil Shindo oleh Haruka.
Dia melirik ke arah ku, Ayame dan Hikari, wajah nya berubah menjadi merah karena melihat Ayame dan Hikari. Oi oi awas ya kalau macam macam, pikir ku. Tapi si Shindo itu rupanya melihat ku dengan pandangan tajam, seperti cemburu karena aku berjalan di samping Haruka. Tenang saja, aku tidak berminat dengan aneki mu, Shindo kun, pikir ku. Kita semua di ajak masuk ke dalam dojo, wow ternyata banyak juga murid yang sedang mempelajari bela diri karate aliran keluarga Haruka yang aku tidak tahu nama nya. Seorang ossan yang berkulit gelap dan memakai karate gi bersabuk hitam mendekati Haruka yang baru saja datang.
“Haru chan, langsung ganti baju dan bantu oyaji (papa) mengajar.”
“Ozu...oyaji.” Jawab Haruka.
Haruka langsung menyuruh kita bertiga duduk di pinggir dan dia masuk ke dalam untuk berganti pakaian. Tak lama kemudian, Haruka sudah keluar memakai karate gi bersabuk hitam dan rambutnya di ikat pony tail. Cantik juga pikir ku haha, tapi jangan sampai tergoda, berbahaya. Aku melihat Haruka melakukan kumite dengan Shindo kun yang tadi menyapa nya di luar. Hebat, ternyata memang Haruka itu karateka yang handal, Shindo juga tidak kalah, dia bisa mengimbangi Haruka yang terlihat sudah profesional itu. Setelah mereka selesai, tiba tiba saja Shindo berjalan ke arah ku dan berdiri di depan ku.
“Aniki, boleh aku berlatih tanding dengan mu ?” Tanya nya.
Aku menoleh dan melihat tidak ada orang lain selain aku di depan nya. Aku menunjuk hidung ku dan Shindo mengangguk sambil tersenyum kecil.
“Aku tidak bisa bela diri.” Jawab ku.
“Bohong aniki, badan mu tidak terlihat kamu lemah.” Balas Shindo.
“Hei Shindo kun jangan ganggu Masamune kun, sini berlatih saja dengan ku.” Teriak Haruka sambil bertolak pinggang dan menoleh.
“Tapi aniki ini terlihat kuat aneki, boleh dong aku latihan dengan nya. Ayo bantu aku bujuk dia aneki.” Teriak Shindo.
“Gimana tuh Masa ?” Teriak Haruka.
“Ah....tidak ah.” Jawab ku.
“Ayolah aniki, satu ronde saja.” Walah Shindo malah jongkok dan membujuk ku dengan mata berbinar binar.
Ternyata dia memicingkan matanya kepada ku di luar bukan karena cemburu, dia maniak berkelahi, dia melihat tubuh ku dan maksa ingin bertanding. Hikari tertawa kecil melihat nya. Haruka hanya menggelengkan kepalanya, papa Haruka mendekati Haruka dan mungkin bertanya siapa kita, terlihat Haruka menjelaskan nya, kemudian dia mendekati ku.
“Masamune kun, gimana ? mau coba latihan sama Shindo ? Tidak masalah kan ?” Tanya nya sambil senyum dan memegang kepala Shindo yang jongkok di depan ku.
Aku menghela nafas, sebenarnya aku malas, tapi karena sepertinya dua orang di depan ku ini menginginkan nya dan tidak sopan kalau menolak, ya sudah lah. Aku berdiri, Shindo terlihat girang dan langsung ketengah, apa boleh buat, aku berdiri di depan nya. Papa Haruka bertindak sebagai wasit dan berdiri di tengah,
“Ozu....” Shindo memberi salam.
“Ozz....” Balas ku memberi salam.
“Hajime.....” Teriak papa Haruka memberi tanda untuk mulai.
Tanpa menunda lagi, Shindo langsung maju menyerang ku dengan pukula nya. Karena lambat, aku menangkap pukulan nya dan menarik nya ke arah ku, sehingga tubuh nya maju dan dengan tapak ku aku mendorong badan nya jatuh ke bawah, lalu tinggal mengeluarkan tinju ku di depan wajah nya. Bukan nya berhenti, Shindo malah mencoba menyapu ku dengan kaki nya dan melompat kembali bangkit.
“Ippon....Masamune kun.” Teriak papa Haruka.
“Sudah kan ossan ?” Tanya ku.
“Seharusnya, tapi sepertinya dia belum puas.” Jawab ossan.
Aku menoleh, melihat Shindo yang memasang kuda kuda nya. Sudahlah, aku capek, aku berjalan ke tengah dan menghilang, aku muncul di belakang nya, menendang kaki nya sampai dia berlutut dan menjulurkan tinju ku ke belakang kepala nya.
“Sudah kan Shindo kun ?” Tanya ku.
“Hebat aniki, pantas aneki suka padamu.”
Loh ini ngetes, apa sih maksudnya, katanya tadi mau tanding, maksa lagi, kenapa sekarang Haruka di bawa bawa dan kenapa juga Haruka wajah nya merah, sementara itu, ada hawa ga enak dari tempat duduk di belakang ku, kalau yang putri aku ga masalah, yang masalah anak dusun di sebelah nya. Nah kan benar, anak dusun itu menghilang dan tau tau muncul di atas ku yang masi di belakang Shindo. Dia langsung menyerang ku dengan tendangan dan pukulan, tentu saja aku menangkis nya dengan tangan ku dan menendang Shindo supaya menjauh. Aku langsung adu pukulan dan tendangan dengan Hikari tanpa memperdulikan sekitar dan dengan cepat,
“Hehe dah lama ga seperti ini onii chan.....” Ujar nya.
“Berhenti, ini di rumah orang.” Balas ku.
“Tidak mau, kalahkan aku....” Teriak Hikari yang makin bersemangat.
Hikari terus menyerang tanpa henti, akhirnya aku berhasil menangkap tangan nya dan melemparnya, dia bersalto dan malah melemparkan 2 shuriken ke arah ku, langsung saja aku menangkis satu dan mengembalikan satu yang kutangkap ke arah nya. Hikari menangkis nya dan shuriken itu menancap di dinding dojo. Akhirnya karena dia tidak mau berhenti menyerang, aku terpaksa memakai jurus terakhir yang biasa ku pakai kalau di desa ketika melawan nya, setelah menghindari pukulan nya, langsung ku peluk dia dengan erat sampai diam.
“Hehe selalu begini akhirnya.” Mulut Hikari sudah menjulur mau mencium ku.
Aku tahan wajah nya yang sudah nyosor dengan tangan dan menyuruhnya melihat sekitar dengan menolehkan kepalanya, semua murid menonton dengan mulut ternganga, Haruka yang geleng geleng kepala, ossan yang tersenyum sambil melipat tangan di dada, sedangkan Shindo bersorak sorak sambil berteriak “lagi.” Ayame terlihat tersenyum sambil tertawa kecil. Barulah wajah si anak dusun itu menjadi merah padam karena malu, telat tau, ninja yang harusnya rahasia malah mengadakan pertunjukan seperti ini. Aku mengajak nya menghampiri ossan dan menunduk di depan nya memohon maaf.
“Hahaha hebat, masih ada yang bisa ninjutsu di jaman ini. Benar benar hebat.” Ossan tertawa kencang dengan tangan melipar di dada nya yang bidang.
“Ahahaha...makasih ossan.” Jawab ku lemas.
“Maaf ossan.” Ujar Hikari yang kupaksa menunduk.
“Hahaha tenang saja, dojo memang tempat untuk latihan.” Jawab ossan.
Hikari menjadi lega dan aku tersenyum melihat nya, tapi tiba tiba seseorang langsung mendekati ku dan berlutut di depan ku.
“Aniki, ajari aku dong....bletak.”
Belum selesai Shindo bicara, kepala nya sudah di chop (getok) oleh Haruka di sebelah nya. Singkat cerita, Haruka mengajak kita bertiga ke rumah nya yang berada di belakang dojo. Barulah di sana kita melepas lelah yang sesungguhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-28
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-28
0
mochamad ribut
up
2023-07-28
0