Aku duduk di tengah, Ayame di sebelah kanan dan Hikari di sebelah kiri. Suasana macam apa ini, hening, canggung, tidak ada satu pun yang bicara. Tidak ada yang saling pandang dan tidak ada yang bergerak sedikit pun. Selama hampir sejam kita bertiga seperti itu dan membuat Haruka gerah, dia pulang tanpa pamit karena tidak ada yang menjawab nya ketika dia pamit. Keheningan terhenti, ketika ada telepon yang berbunyi, aku berdiri dan mengangkat nya. Ternyata dari sekolah, yang mengabarkan sekolah akan mulai kembali setelah dua hari dan mengabarkan pengunduran diri Helen sensei karena di panggil ke amerika dengan alasan insiden kemarin. Yang namanya Helen sensei sedang duduk di sofa sambil diam tak bersuara, bahkan sisa sisa penyamaran nya saja masih berserakan di ruang tengah.
“Ayame chan, sekolah sudah di mulai kembali dua hari dari sekarang, gimana kalau kita belajar ? kita panggil Haruka di sebelah.”
“Tidak perlu.” Jawab Ayame ketus.
“Aku mau belajar onii chan hehe.” Hikari mengangkat tangan nya.
“Kamu tuh ya, mau belajar apa ?” Tanya ku sambil tersenyum.
“Apa saja.” Jawab Hikari sambil meregangkan tubuh nya dan menguap.
“Kamu ngantuk ?” Tanya ku pada Hikari.
“Iya, aku tidur ya....” Hikari berdiri dan dengan santai nya masuk ke dalam kamar ku.
Melihat Hikari masuk ke kamar ku, Ayame langsung berdiri dan menarik nya keluar dari kamar untuk tidur bersama dengan nya di kamar tanpa bicara apa pun. Keduanya akhirnya masuk kamar, meninggalkan ku sendirian di ruang tengah. Suasana hening kembali, tapi tak lama kemudian, aku mendapat telepon dari rumah jisan yang mengatakan jisan pingsan. Aku langsung mengetuk kamar Ayame dan mengajak nya ke tempat jisan bersama dengan Hikari. Mobil sudah tersedia di bawah, kita bertiga naik ke mobil dan langsung meluncur menuju rumah jisan. Di dalam mobil,
“Hikari chan, pembicaraan kita belum selesai ya, nanti di teruskan. Sekarang urusan jisan lebih penting.” Ujar Ayame memecah keheningan.
“Iya onee san, nanti saja. Aku juga mengerti dan tidak mungkin aku membicarakan nya sekarang.” Hikari memegang tangan Ayame, sepertinya mereka sudah akur dan membuat ku tenang walau aku penasaran apa sih yang mereka bicarakan, aku urungkan niat untuk bertanya, saat ini jisan lebih penting.
Mobil terus berjalan dengan kencang, melewati jalan jalan sepi. Setelah hampir setengah jam perjalanan, kita sampai di rumah, aku langsung turun dengan menggandeng Ayame dan masuk ke dalam. Menurut dokter yang memeriksa jisan, dia tidak apa apa hanya saja dia sedikit kelelahan dan pingsan. Aku dan Ayame lega mendengarnya. Aku takut sekali jisan kenapa napa sebab renacana ku belum berjalan untuk mempertahan kan keluarga ini. Malam itu, aku, Ayame dan Hikari menginap di rumah jisan. Manabu san datang, kita berdua merokok di luar takut mengganggu jisan. Manabu san memberikan beberapa list propert yang bisa di beli, aku memilih milih di antara beberapa daftar yang di berikan oleh Manabu san.
“Hmm di sini boleh, ada basement nya untuk parkir mobil, harganya masuk, luas nya pas. Tapi posisi nya agak kebelakang ya.” Ujar ku melihat sebuah profil property.
“Tapi ramai bocchan, aku juga sempat tertarik dengan yang ini, walau agak kebelakang.”
“Baiklah, besok kita lihat, tapi setelah lihat kondisi jisan ya.”
“Sip bocchan. Aku juga tidak mungkin pergi begitu saja kalau bos belum siuman.”
“Kalau besok jadi pergi, aku ikut ya.” Celetuk Hikari di belakang ku.
“Iya boleh.” Jawab ku singkat.
“Kalau dia ikut, aku juga ya.” Celetuk Ayame yang juga ada di belakang ku.
“Iya iya, semuanya ikut, lihat besok ya. Tapi aku kasih tahu, ini kita bukan main main.” Ujar ku memperingatkan dulu sebelum keduanya merengek macam macam kalau jadi pergi.
“Ok mengerti, yuk tidur onee san.” Ajak Hikari sambil menoleh pada Ayame.
“Yuk, Hikari chan, biarkan saja mereka di sini, bau rokok.” Ayame menggandeng Hikari dan berjalan masuk kembali.
“Eh bocchan, kamu pilih ojouchan apa Hikari chan ?” Tanya Manabu.
“Wah jangan tanya soal itu dulu Manabu san, fokus urusan kita dulu.” Balas ku dengan wajah mulai merah.
“Hahaha bocchan, soal hubungan asmara masih lemah rupanya.”
Maaf nih Manabu san, bukan nya aku lemah dan tidak bisa memilih, tapi memang saat ini aku belum mau fokus ke soal itu, jisan sudah melemah dan aku harus gerak cepat, supaya tidak terlambat, aku tidak bisa mengandalkan ingatan di kehidupan ku yang sebelumnya saat ini, sudah banyak yang berubah dan hal ini membuat ku takut. Aku hanya percaya satu hal, kalau aku tidak berbuat sesuatu dan diam saja, keluarga ini akan hancur di masa depan. Di kehidupan ku sebelum nya, tahun 2023 saat aku berumur 40 tahun, keluarga ini sudah tidak ada.
***
Keesokan harinya, jisan sadar tapi masih terbaring di tempat tidur, dia hanya menoleh melihat Ayame dan aku yang memegang kedua tangan nya. Setelah jisan kembali beristirahat, aku langsung minta pada Manabu san untuk membuat janji dengan agen real estate nya. Aku, Ayame, Hikari dan Manabu san berangkat naik mobil panjang yang di setir oleh anak buah Manabu san. Kita langsung menuju lokasi dimana gedung itu terletak, yaitu di daerah ginza. Ketika sampai, hal pertama yang ku lihat adalah lokasi nya, aku mempelajari sekeliling nya. Daerah nya lumayan bagus, banyak toko toko yang berbisnis sama tapi lain konsep di sekitarnya, walau sedikit lebih jauh dari jalan raya, hal itu bisa di atasi kalau kita membuat advertising nanti. Karena kondisi siang hari, jalan itu sepi dan jarang ada toko yang buka, walau masih lumayan juga yang buka dan ada saja yang datang.
“Kita sekalian suasana malam nya nanti ya Manabu san.”
“Siap bocchan.”
“Eeeh kita di sini sampai malam ?” Tanya Ayame.
“Iya, aku mau lihat suasana malam nya.” Jawab ku.
“Aku sih ok ok aja onii chan.” Ujar Hikari sambil melihat sekeliling.
“Ya sudah lah, nanti kalau bosan kita karaokean saja ya Hikari chan.” Ajak Ayame.
“Boleh onee san...boleh banget hehe.” Balas Hikari.
Ini nih, padahal sudah ku bilang kita kesini bukan buat main main, tapi biarlah, yang penting kok agen nya lama sekali ya. Payah nih, masa customer di suruh nunggu. Aku mulai melihat jam tangan ku, aku berjalan melihat gedung yang berupa ruko gandeng itu dari dekat dan turun ke sebelah nya melalui jalan mobil untuk turun ke basement. Kira kira 10 menit kemudian, agen itu datang berdua dan naik motor. Aku menghampiri agen itu dan menjulurkan tangan.Wow hebat, aku di acuhkan dan agen itu langsung menyalami Manabu san. Agen itu ramah sekali kepada Manabu san, sementara teman nya diam di motor. Agen itu mengajak Manabu san masuk ke dalam, dia langsung membuka kunci nya, sementara aku, Ayame dan Hikari mengikuti di belakang nya. Agen itu menoleh kebelakang karena merasa kita ikuti dengan memicingkan matanya dan sepertinya meremehkan kita, karena dia berpikir aku, Ayame dan Hikari adalah anak buah Manabu san.
“Boleh ku bunuh onii chan ?” Tanya Hikari yang geram.
“Jangan, dah biarin saja.” Balas ku menenangkan Hikari.
“Aku juga sebal nih, masa begitu melayani customer, Manabu san juga kenapa ga menjelaskan sih.” Tambah Ayame kesal.
“Biarin saja, Manabu san tidak salah, nanti kita tekan saja harganya hehe.” Ujar ku.
Aku masuk ke dalam, sepertinya gedung itu bekas club sebab perabotnya masih ada di tempatnya lengkap dengan bar nya walau sudah kosong, kualitas perabotnya boleh juga, hanya wallpapernya sudah usang dan harus di ganti. Aku berkeliling melihat lihat sampai masuk ke ruang staff dan ruang operasional. Kemudian agen itu mengajak Manabu ke lantai dua dan ternyata lantai dua kosong plong, bisa nih kalau membuat beberapa kamar di sini, bahkan bukan hanya kamar, mungkin bisa buat ruang tunggu dengan konsep lounge kecil disini, menarik pikirku, aku menghampiri agen itu dan bertanya.
“Maaf, luas tanah dan bangunan ini berapa ya ? soalnya perlu juga untuk menata ruang nanti.” Ujar ku karena mulai tertarik.
Lagi lagi, agen itu mengacuhkan ku dan tidak menjawab pertanyaan ku sama sekali, Manabu sadar dan dia langsung menanyakan pertanyaan yang sama dengan ku barusan. Agen itu menjawab nya dengan lancar dan hormat, kurang ajar memang, aku di remehkan tapi harus sabar iya ga. Aku menoleh dan melihat Hikari sudah memegang shuriken di belakang ku, hahaha. Lucu memang Hikari, aku menenangkan nya dan memasukkan lagi shuriken nya ke tas milik nya. Agen itu mengajak Manabu ke lantai 3, ternyata lantai 3 juga kosong tapi ada sekat di ujung nya untuk kantor pengelola, aku masuk ke dalam ternyata perabot nya juga masih ada, sebuah meja kantor, sebuah brankas, lemari file, lemari buku, sofa dan mejanya di tambah sebuah dispenser. Di dalam juga di lengkapi dengan air conditioner juga, cukup ok buat ku.
“Boleh lihat basement nya ?” Tanya ku kepada agen yang sudah pasti mengacuhkan aku lagi dan akhirnya Manabu yang menanyakan nya.
Dengan bersungut sungut, agen itu mengantar kita ke basement melalui jalan dalam gedung, sehingga kita tahu akses nya bagus atau tidak. Akhirnya yang paling utama ingin ku cek kesampaian juga. Begitu tiba di basement, aku melihat bisa parkir sekitar 20 mobil dan mungkin bisa 50 motor, sangat cukup untuk bisnis ku. Agen itu heran melihat ku antusias, tentu saja bodoh, bangunan itu bisa di bangun, perabot bisa di design sesuai keperluan dan selera kita, tapi tidak semua gedung punya basement, agen payah, pikirku. Jangan lupa, aku ossan 40 tahun yang sudah sering mengurusi hal hal seperti ini, beraninya meremehkan aku hehe. Setelah puas melihat lihat, akhirnya Manabu san menoleh padaku,
“Gimana bocchan mau beli ?” Tanya nya padaku.
“Wah gimana ya, aku suka gedung nya, tapi kalau bisa langsung pemilik saja, aku tidak senang agen nya.” Jawab ku sambil melirik agen nya.
“Eh, yang mau beli anda ?” Tanya agen itu.
Manabu langsung menjelaskan pada agen itu siapa aku, Ayame dan Hikari. Wajah nya langsung kaku, yang tadinya tersenyum manis ramah dan ketus padaku langsung menunduk, berlutut dan menyembah.
“Maafkan aku, aku tidak tahu anda adalah pewaris Odasiga, maafkan aku.” Ujar nya.
Setelah itu aku diam dan membiarkan Ayame juga Hikari berceloteh di depan agen itu. Ketika keduanya puas, barulah urusan ku di mulai.
“Mengenai harganya, masih boleh nego ?” Tanya ku.
“Maaf, harganya sudah fix segitu.”
“Ok aku minta nomer pemilik nya, biar aku bicara dengan nya.” Ujar ku.
“A..aku akan mencoba meminta diskon untuk anda, bagaimana ?” Tanya agen itu.
“Hmm diskon ya, dari harga segitu, baiklah 20%, aku tunggu dalam 2 hari, kalau tidak ada kabar atau tidak boleh, batal. Langsung hubungi Manabu san saja, nanti urusan nya sama dia.” Jawab ku tegas. Kenapa Manabu san, karena aku masih kecil, baru 15 tahun, sma 1, haah (keluh).
“Ba..baik, hari ini juga aku kerjakan.” Jawab agen yang sudah mulai mengerti itu.
Setelah itu kita semua keluar, karena ku rasa tidak perlu menunggu malam, akhirnya kita jalan kembali dan mengantar kedua gadis yang mau jalan jalan. Hadeh, dah di bilang ini bukan jalan jalan atau main main, tapi biarlah, mereka tadi tarik urat karena agen barusan. Manabu san malah menawarkan untuk melaporkan agen tadi ke bos nya supaya di beri pesangon lalu tidak berkerja lagi. Aku bilang tidak usah, sebab orang seperti agen itu yang suka meremehkan orang hanya melihat dari penampilan dan bungkus luar saja tidak perlu di pekerjakan di tempat kita. Sebab kalau aku membuat orang di pecat, minimal aku akan beri gantinya walau mungkin tidak sesuai dengan nya. Karena aku sudah merasakan hal seperti itu, walau aku tidak berbuat kesalahan apa apa.
Aku mengajak Ayame dan Hikari ke restoran cepat saji untuk makan, Manabu san aku tawari tidak mau karena dia tidak suka katanya haha. Aku mengantri di counter untuk membeli makanan. Antrian cukup panjang, aku menunggu dengan sabar, sambil melihat lihat. Akhirnya giliran ku tiba, aku memesan makanan untuk Ayame dan Hikari sekalian, karena cepat saji, begitu membayar makanan langsung di sodorkan jadi cepat. Aku berjalan menuju meja tempat Ayame dan Hikari yang sedang duduk, tapi kenapa keduanya melihat keluar jendela dengan serius sampai berdiri seperti itu, aku menghampiri dan menaruh makanan di meja.
“Ada apa ?” Tanya ku.
“Masa kun, lihat deh, itu Haruka chan bukan ?” Tanya Ayame sambil menunjuk sebuah motor di luar.
Aku mencoba melihat keluar, ternyata yang di tunjuk Ayame benar Haruka, dia sedang di bonceng seorang berambut pirang gondrong, mengenakan toppoku warna putih dan memakai masker. Wajah Haruka terlihat resah dan seperti nya terluka. Langsung saja aku teringat sesuatu, aku melihat tanggal di jam tangan ku. Tanggal di jam ku menunjukkan tanggal 24 juli, berarti hari ini adalah dimana Jinta menyelamatkan Haruka yang kalah berkelahi dan hampir di perkosa, lokasi nya di akihabara, ketika Jinta sedang kesana untuk membeli merchandise waifu 2d nya yang bernama Eru tan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-28
0
mochamad ribut
lanjutkan
2023-07-28
0