Mama Devia melampiaskan kemarahannya pada semua benda yang ada di dalam kamarnya tidak henti-hentinya Mama Devia mengumpat menangis dan berteriak meskipun suara di dalam kamar Mama Devia sangat keras dan sangat memekakkan telinga akan tetapi di dalam kamar yang sudah kedap suara tentulah tidak pernah terdengar suaranya dari luar.
"Brengsek kau Wijaya Aku tidak akan tinggal diam dengan perlakuan kamu padaku kau akan membayar mahal semua ini, kau akan membayar mahal semua ini, " teriak Mama Devia sambil tertawa.
"Hahaha, apa kamu pikir kamu akan bisa dengan mudah mempermainkan Aku, kau salah Wijaya kau sangat salah, Aku juga sudah tau jika kamu tidak akan pernah mencintaiku, kamu memang tetap laki-laki brengsek yang kukenal sejak dulu, baiklah kamu memang tidak bisa untuk di perlakuan baik, sebenarnya Aku sudah mau melepaskanmu, asal kamu bisa mencintai dan membahagiakan Aku, tapi ternyata Aku salah kamu sama saja dengan Maya wanita sialan itu, permainan kita akan segera kita mulai."sinis Mama Devia yang kini langsung merebahkan tubuhmu diatas ranjang.
Di kamar yang berbeda tampak Papa Devia tidak bisa memejamkan mata, angan dan pikirannya melayang jauh.
"Apakah Aku sudah sangat keterlaluan pada Katerin, Apakah Aku lebih baik harus meminta maaf padanya, tentu saja ini memang kesalahanku Aku tidak bisa menjadikan dirinya istri yang sebenarnya karena hatiku masih mencintai Maya, Aku benar-benar tidak bisa menerima kenyataan jika Maya telah pergi, kehidupan itu memang terus berjalan dan Aku memang tidak boleh terus larut dalam bayang-bayang masa silam, Katerin sudah menjaga Devia hingga dewasa dan tidak ada salahnya Aku mulai membuka hati padanya, baiklah besok Aku akan minta maaf maaf padanya Aku akan memulai lembaran baru dan mungkin sudah saatnya Aku membahagiakan istriku itu, " gumam Papa Devia dalam hati yang kini dirinya mulai naik ke atas Ranjang dan tidur.
Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang mulai masuk menerobos melalui jendela nganterin mulai membuka kedua bola matanya bibirnya tersenyum miring mengingat kejadian semalam yang sangat membuat dirinya merasa direndahkan dan tak berharga.
"Aku akan membalas penghinaan semalam agar dia tau dengan siapa dia berhadapan agar dia tidak lagi bisa berbuat sesuka hatinya dan dendamku akan terbalaskan, Sebenarnya aku tidak ingin menyakitimu tapi kau sudah keterlaluan untuk itu Aku tidak akan lagi memaafkanmu, Aku pikir Aku cukup menyingkirkan Istri dan Anakmu agar Aku bisa memilikimu tapi ternyata sampai kini kau masih menggingat mantan istrimu yang brengsek itu, sudah tau mati masih juga di harapkan dadasar laki-laki brengsek. "geram Nama Devia dalam hati.
Pagi menjelang di sebuah desa dengan udara yang sangat sejuk Devia dan Usman yang sudah bagun dan setelah membersihkan tubuhnya masing-masing mulai berada di Ruang makan untuk sarapan pagi.
Devia sedikit heran ketika Suaminya mengajaknya makan di tempat yang berbeda masuk di sebuah ruangan tertutup yang sebelumnya Devia sangka itu adalah kamar tamu.
Karena kamar itu tidak terbuka dan selalu tertutup.
"Ayo sayang kita masuk dan makan disini, "
"Kenapa kesini bukannya ruang makan disana tadi itu, "
Usman terkekeh kecil sebelum menjawab pertanyaan dari Devia istrinya.
"Ada dua Ruang makan di Rumah ini dan sekarang Aku mau mengajakmu untuk makan di ruangan yang ada di situ Ayo, '
Dengan malas Devia melangkah mengikuti langkah kaki dari Suaminya yang kini mulai membuat pintu ruangan yang Suaminya katakan sebagai Ruang makan kedua.
Ketika pintu di buka Devia lagi-lagi di buat melongo, ruangan yang ada di ruang makan di tempat ini sungguh berbeda dengan ruangan sebelumnya, Ruang makan yang disini jauh lebih indah dan sangat mewah sehala perabotan mahal berjajar rapi disana.
"Lepas sendalmu dan pakai yang ini, " seru Usman membuyarkan lamunan Devia, dengan gerakan spontan Devia mengagguk dan menuruti apa yang Suaminya perintahkan.
"Ayo masuk..! ajak Usman ketika Devia justru berdiri dengan bengong.
" ya, __
Devia mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam Ruang makan berkramik indah dindingnya pun juga berkramik, jauh berbeda dengan ruangan yang ada di Ruang tamu dan juga, bentuk luar dari Rumah Usman yang terbuat dari setengah dinding dari batu bata dan setengahnya dari bambu.
Merasa terkejut dan heran Devia masih terus melihat ke sekeliling yang terlihat sangat indah.
"Ayo, duduk kita makan Nanti saja melihat lihat nya, "
Mendengar perkataan Usman suaminya Wajah Devia langsung memerah karena malu, dia malu karena ketahuan telah mengaggumi dan memperhatikan keadaan sekeliling.
"Disini kamu bisa memasak makanan apapun yang kamu suka, dan disini juga ada Roti jika kamu mau sarapan Roti dan susu.
" Aku lebih suka sarapan pagi hanya dengan tempee goreng penyet dan sambal serta ini pete ini kesukaan ku apa kamu mau mencoba? "
"Tidak Aku sarapan Roti dan susu saja Aku tidak suka makanan yang kamu makan itu, "
"Baiklah mari kita sarapan karena setelah ini Aku akan ajak kamu ke Ladang. "
"Ke ladang, ngapain? "
"Tentu saja bekerja, masak mau liburan, " Jawab Usman sambil terkekeh.
"Apa bekerja Aku tidak mau, Aku tidak bisa bekerja di ladang Aku, ____
"Sssssttt... yang bekerja bukan kita tapi para pekerja kita, sudah kita makan dulu, "
Devia menikmati makan sarapan paginya sambil berpikir, pekerja , Devia mencerna kalimat pekerja.
"Bagaimana ada pekerja bukankah Usman sendiri yang jadi pekerjanya, " mersaa bingung akhirnya Devia tidak mau lagi memikirkan kata-kata Usman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments