Dengan Wajah cemberut dan ditekuk Devia duduk dibangku depan di samping mang Parjo yang akan menggemudikan mobil, meskipun dirinya kini sudah Sah menjadi Istri Usman.
Mang Parjo dan Usman yang baru datang sedikit mengeryitkan dahinya, melihat tingkah dari Putri Bosnya yang sangat bandel dan sedikit kasar.
"Non, kenapa duduk disini seharusnya Non Via duduk dibelakang bersama dengan Suami Non Via, "
"Sudah jangan berisik dan banyak tanya Aku mau cepat pulang Aku sudah capek dan Aku mau tidur, "
"Tapi, Non, "
"Mang Parjo ini bisa tidak sih diam dan jangan lagi menyuruh nyuruh Aku, apa mang Parjo tidak tau Aku sangat capek dan lelah. "
Mang parjo terdiam mendengar alasan dari Putri Bosnya yang bisa dibilang sangat benar dimana Devia berkali-kali harus berganti baju hanya untuk sebuah pemotretan dan sungguh diluar dugaan mereka yang menyuruh Nonanya sangat cerdik dan pintar sehingga Nonanya tidak bisa menggelak dan menolak semua perintah mereka.
Diam-diam Mang Parjo mengulum senyum sebelum kemudian mendudukkan bokongnya di depan kemudi mobilnya.
Melirik sebentar pada gadis yang duduk disampingnya sebelum kemudian Mang Parjo melajukan mobil, terlihat gadis yang ada disampingnya sedang duduk bersandar sambil memejamkan kedua bola matanya.
Kemudian Mang parjo menengok kebelakang melihat Usman yang sedang duduk dengan santai, melihat tatapan mata Mang Parjo kearahnya Usman hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum, seolah olah dia sedang berkata agar Mang Parjo membiarkan Gadis yang menjadi istrinya duduk didepan.
Memahami arti bahasa tatapan dan anggukkan dari Usman, Mang Parjo mulai menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata dimana dirinya tidak ingin menggaggu tidur dari Gadis yang ada disampingnya.
Mobil terus melaju menembus keramaian jalan yang kala itu sangat padat dengan hilir mudik kendaraan yang melintasi jalan.
Kurang lebih dua jam lamanya akhirnya mobil yang membawa Devia dan Usman sudah sampai di depan sebuah Rumah yang sangat megah dan besar, serta berpagar tinggi.
Mang Parjo langsung memasukkan mobil ke dalam garasi dimana di dalam Garasi itu sudah berjajar barisan mobil milik Tuannya yang sangat kaya Raya.
"Non, bangun kita sudah sampai, "ucap Mang parjo dengan lirih dimana dirinya masih punya etika dan sopan santun untuk membangunkan Putri dari Bosnya yang kala itu sedang tidur.
Usman yang berada di bangku belakang sudah membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil.
Melihat tidak ada reaksi apa-apa dari Putri Bosnya Kembali Mang parjo memanggilnya kali ini dengan suara sedikit keras.
" Non, Bangun kita sudah sampai, bangun Non, kalau Non Via tidak bangun juga Mang parjo akan kunci garasi nya dan Non Via biar tidur di garasi mobil semalaman."
Mendengar ancaman Mang parjo yang akan mengunci dirinya dengan cepat Devia bangun dari tidurnya.
"Enak saja Aku mau Mang parjo kunci untuk di garasi, awas saja kalau berani, " sunggut Devia dengan kesal yang mana kakinya mulai melangkah keluar dari dalam mobil.
Devia melangkah masuk kedalam Rumah diikuti Mang Parjo dan Usman dibelakangnya, sungguh Devia merasa sangat kesal karena laki-laki miskin itu ikut masuk kedalam Rumah, sungguh bagaikan mimpi buruk Devia harus memiliki Suami seperti dia.
Tanpa mempersilahkan Usman dan Mang parjo masuk Devia langsung berlari ke dalam kamarnya, rupanya kedatangan Devia bersama dengan Mang Parjo sudah diketahui Papanya Devia sehingga sang Papa sudah berada di Ruang tamu.
"Selamat Sore Tuan, "
"Selamat Sore Mang, bagaimana apa proses pernikahannya berjalan dengan lancar? "
"Iya, Tuan semua berjalan dengan lancar dan Non Devia sudah resmi menjadi Istri dari Saudara Usman, " jawab Mang Parjo memberikan penjelasan kepada Papanya Devia yang ingin mengetahui kepastiannya.
Terlihat Papa Devia tersenyum kecut melihat sosok dari Pemuda yang kini sudah menyandang sebagai Suami dari Putrinya.
Papa Devia menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan seolah olah sedang menahan sebuah beban yang sangat berat.
Mang Parjo menatap Iba pada Bosnya yang terlihat sangat lelah dan kusut, sungguh Mang parjo bisa merasakan betapa hancur dan sedihnya hati orang tua itu dimana Putri kesayangan yang dia banggakan telah membuat satu kesalahan yang bisa membuat reputasi dirinya jatuh baik dimata para patner kerjanya ataupun keluarga besarnya.
Disini lain Devia yang sedang berlari masuk kedalam kamarnya langsung membuka pintu dan hendak merebahkan tubuhnya dikasur, akan tetapi semua itu tidak bisa Devia lakukan dimana ternyata didalam kamarnya sudah ada Sang Mama Tiri dan salah satu pembantu disana dan hal yang lebih mengejutkan daripada keberadaan mereka adalah ketika Devia melihat dua koper sudah ada di depannya.
"Ada apa ini kenapa kalian berada di dalam kamarku? "tanya Devia dengan sinis dan juga dengan suara yang keras.
Melihat kedatangan Devia yang bertanya dengan sangat tidak sopan dan dengan nada yang keras dan kasar Mama Devia tersenyum miring sambil mendekati Devia yang kala itu berteriak sambil berkacak pingang.
"Jangan membentakku gadis liar, itu koper kamu dan baju-baju kamu juga sudah Aku masukkan di dalamnya sekarang kamar ini milikku bukan milikmu Aku suru Sari untuk tinggal di Rumah ini dan kamu silakan pergi. "
"Apa? kamarku mau ditempati Sari enak saja ini kamarku dan tidak ada yang boleh menempatinya, pergi kalian dari dalam kamarku? " teriak Devia dengan keras.
Rasanya sudah sampai di ubun-ubun rasa marah dan kekesalan yang Devia alamialami akibat dari sikap Mama tirinya yang mulai berani bersikap kasar kepadanya.
"Kamu yang harus keluar bukan Aku, "
"Keluar...!
karena sudah tidak tahan lagi dengan sikap Mama tirinya Devia kembali berteriak lebih keras, hingga suara Devia terdengar sampai di ruang tamu dimana disana ada Papa Devia, Usman dan juga ada mang Parjo.
" Apa ini kenapa Devia berteriak teriak seperti itu Ayo kita lihat, " ajak Papa Devia pada Mang Parjo yang langsung mendapatkan anggukan dan dengan tergesa-gesa mereka langsung berlari ke kamar atas dimana di kamar atas itulah Devia tidur.
Sementara Usman tidak berani ikut melihat hanya bisa berdiri terpaku yang tempatnya sambil berpikir apa yang terjadi pada Devia gadis yang baru beberapa jam lalu dia nikahi.
Sebagai seorang Suami meskipun baru beberapa jam Usman juga memiliki perasaan cemas dan was-was khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Devia akan tetapi dirinya hanya bisa berdoa saja tanpa mampu berkata kata.
Di dalam kamar Papa Devia yang baru sampai di dalam kamar bersama dengan Mang Parjo sdikit terkejut melihat Putrinya marah-marah bahkan sudah berniat untuk memukul Mamanya yang dianggap sangat menyakitkan.
"Via, apa yang kamu lakukan hah? "
Suara sang Papa yang seperti bariton membuat Devia menggurungkan niatnya untuk memukul Mama tirinya.
"Papa...!
Devia yang melihat kehadiran Papanya segera berlari mendekati Papanya.
" Pa Wanita itu mau memberikan Kamarku pada Sari dia sudah lancang Pa dan dia, ___
Devia tidak lagi melanjutkan ucapannya ketika Papanya sudah menggangkat tangan keatas dimana dirinya tidak mau mendengar lagi apa yang putrinya mau katakan.
"Mamamu sudah meminta izin padaku dan Aku sudah mengizinkannya, "
"Apa? "Papa mengizinkannya, lalu Aku bagaimana Pa? "
"Kamu, tentu saja ikut Suamimu, "
"Apa, maksud Papa? "
"Apa kamu tuli, bukankah Papamu sudah bilang kamu ikut suamimu itu artinya pergi jauh dari sini dan ikut kemanapun suamimu pergi, "
"Apa? tidak. Aku tidak mau seperti itu Pa, katakan Papa tidak akan membiarkan Aku pergi kan, Pa Papa tidak akan membiarkan Aju pergi kan?
"Maaf, Via hari ini juga kamu harus pergi, "
"Tapi, Pa, ____
" Mang Parjo tolong bawa kedua koper ini masuk kedalam mobil antar Via sampai di Rumah Suaminya. "
"Baik, Tuan, "
"Pa, Aku tidak mau, Mang parjo jangan Via tidak mau pergi, "
"Bawa, cepat, "teriak Papa Devia dengan keras, Devia menangis dan memohon kepada Papanya agar dirinya tidak diusir dari rumah itu akan tetapi, permintaan Devia rupanya sia-sia, Papa Devia kekeh menyuruh Devia untuk segera pergi bahkan sambil menarik tangan Putrinya untuk keluar kamar.
Sementara Mama tiri Devia tersenyum dengan penuh kemenangan.
Devia terus memberontak dari tarikan tangan Papanya hingga pada akhirnya tubuh Devia di dorong Papa Devia hingga ditangkap Usman yang kala itu berdiri dengan tekejut.
"Pergilah kalian dan jangan pernah menginjak Rumah ini lagi,"
"Aku benci Papa dan selamanya Aku tidak akan memaafkan Papa, " teriak Devia sambil menangis dan berlari keluar Rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
anggita
devia... 😢😭
2023-08-02
0
Uthie
Wahhh.. itu mahh papa yg kejam 😡
Buta mata buta hatinya, tega sama anak kandungnya sendiri... 🤨
2023-06-05
0
Aerik_chan
Yang terbaik untuk mereka
by your side, hadir
2023-06-04
0