Dengan sangat kasar Devian langsung masuk kedalam mobil dan menutupnya dengan sangat keras.
Di dalam mobil Devia menumpahkan segala kekesalan hatinya dan Amarah yang ada di dalam hatinya dengan menangis tersedu.
Mang Parjo dan Usman yang baru datang segera masuk kedalam mobil dan duduk, melihat Devia yang menangis tersedu membuat hati Mang parjo sedih begitu juga dengan Usman, bahkan mereka berdua binggung bagaimana agar hati dari gadis ini tidak lagi bersedih.
Sungguh Usman dan Mang parjopun pasti akan sangat sedih dan sakit apabila diperlakukan seperti orang yang tidak berharga bahkan tidak menggaggao sebagai anak itu adalah satu hal yang sangat menyakitkan.
Merasakan Iba dan simpati membuat Mang Parjo masih terdiam tidak segera melajukan mobilnya. Usman sendiri menyadari hal itu hanya bisa diam dan menatap sendu pada wanita yang kini menjadi istrinya yang sedang bersedih dan duduk di bangku depan, sungguh Usman merasa sangat bersyukur dan bahagia karena dia bisa menikahi seorang gadis yang sangat cantik dan mempesona siapapun pasti akan sangat tertarik padanya. Usman sudah memikirkan dirinya ketika sampai di kampung halaman semua warga dan semua tetangganya pasti akan sangat terkejut melihat hal ini.
Ada seraut wajah kebahagiaan terpancar dari Wajah Usman, dirinya sungguh merasa sangat beruntung karena mendapatkan seorang gadis kota yang sangat cantik dan kaya seperti Devia Istrinya, meskipun kekayaan yang dimiliki oleh Devia sudah pasti tidak akan diberikan oleh Ayah-nya, dikarenakan Devia telah melakukan kesalahan yang fatal dengan mempermalukan keluarga dan hal itu tidak menjadi masalah bagi Usman karena dia bisa bekerja dan mencari nafkah untuk keluarnya, Usman bertekad ingin membahagiakan Devia.
"Nona, Apa kita bisa mulai perjalanan kita, "
"Iya, mang Ayo pergi, Papa sudah menggusirku tanpa melihat dan mau mencari tau lebih dulu, "
"Baiklah Non, "
Mang Parjo langsung menghidupkan dan menyalakan mobil kemudian melajukan dengan kecepatan rata-rata perlahan-lahan mobil berwarna hitam berjalan meninggalkan halaman rumah Megah, yang ada di kawasan kota xx di mana di kota itulah Devia dilahirkan.
Meskipun Devia sudah mengatakan untuk segera meninggalkan rumah akan tetapi sejujurnya hati Devia sangat sedih dan merasa kecewa dengan tindakan dan perlakuan sang Papa yang memilih mendukung Mama tirinya untuk mengusir dirinya dari Rumah.
Kekecewaan dan kekesalan Devia terhadap sang Papa membuat dirinya merasa sangat benci pada Papanya.
Mobil yang di kemudikan Mang Parjo sudah memasuki sebuah kawasan pedesaan, di mana mobil itu mulai memasuki desa tempat Usman dilahirkan.
"Bagaimana Mana, apa masih jauh? " tanya mang parjo pada Usman yang kala itu duduk di belakangnya di mana mobil sudah berjalan memasuki sebuah pedesaan yang dalam dan sudah melaju sekitar 20 menit akan tetapi Usman masih diam saja dan belum mengatakan jika rumahnya sudah dekat.
" Sebentar lagi kita harus melewati satu Desa lagi baru nanti akan sampai di Rumah ku, "
"Rumah kamu ini kenapa sangat jauh sekali kalau kamu bekerja di kota kamu kumpulkan uang kemudian kamu belikan rumah yang tidak usah terlalu mendalam sampai ke dalam jauh pedesaan, ini kita sudah melewati beberapa rumah warga akan tetapi kamu tetap diam dan tidak mengatakan jika rumah kamu adalah salah satu di antara mereka itu artinya rumah kamu sangat pelosok sekali kan? "
Mang Paijo bertanya karena dia begitu sangat penasaran dengan rumah Usman yang ada di pedesaan di mana rumah Usman sangat jauh sekali mobil sudah masuk ke dalam sebuah perkampungan akan tetapi Usman belum mengatakan diantara rumah-rumah yang ada di tempat itu adalah rumahnya bahkan Mang Parjo dibuat pusing dan bingung manakala Usman selalu mengatakan belok kanan, belok kiri lurus hanya untuk menuju ke rumahnya yang entah di ujung mana karena Mang Parjo merasakan sudah hampir 30 menit perjalanan akan tetapi belum juga sampai.
Diam-diam Mang Parjo merasa kasihan Dan Iba terhadap nasib dari Putri Tuannya yaitu Devia yang mana harus menikah dengan Usman karena suatu hal yang tidak pernah terduga dan ternyata begitu memiliki nasib yang sangat malang, dimana dia harus memiliki seorang suami yang mungkin sangat amat sangat miskin sehingga Rumahnya pun amat sangat jauh dan terpencil.
Merasa Iba dan kasihan dengan Devia putri dari bos Tuanya Mang Parjo diam-diam merekam sebuah kamera perjalanan menuju Rumah Usman di mana rekaman itu nanti akan dia berikan kepada Tuannya dan Mang Parjo berharap hati Tuannya akan luluh dan memaafkan Devia sehingga dia diizinkan kembali untuk tinggal di kota, sungguh tidak bisa dibayangkan Bagaimana nasib dari gadis manja cantik berada di sebuah pedesaan yang sangat terpencil.
"Hei Usman bukankah baru saja kita melewati sebuah Desa dan Rumah warga yang mana Rumahmu? "
Devia yang tadinya menangis dan bersedih pun menjadi terganggu karena merasakan perjalanan yang cukup panjang dimana dikanan kiri banyak sekali pepohonan dan Rumah-rumah Warga yang berjarak cukup jauh antara Rumah warga satu dengan satunya.
"Astaga Apes benar Nasibku apa iya, Aku bisa hidup di desa pedalaman begini mana disini tidak ada Mall terus kalau kebutuhan habis kemana belanjanya? " gumam Devia dalam hati.
Sungguh tidak bisa dibayangkan betapa sunyinya keadaan didesa.
"Tenang Mang Parjo kalau sudah sampai pasti Aku bilang jadi terus saja lurus ini masih harus terus lurus kedepan. "
Devia yang sudah tidak tahan mulai menoleh kebelakang.
"Hei, kamu yang benar saja masak Aku harus tinggal di desa kecil dan sunyi begini? "
"Hahaha, Tenang Istriku, hidup di desa itu nyaman pasti kamu suka, "
"iissh, menyebalkan.
" Belok Kiri Mang..., "
Dengan cepat Mang Parjo yang mendengarkan perkataan dari Usman segera membelokkan mobilnya belok kiri tapi kemudian Mang Parjo menghentikan dengan mendadak.
"Lo masih waraas kan disini tidak ada perkampungan, jangan jangan lo lupa Rumah lo, "
"Tenang saja Aku itu lahir disini jadi mana mungkin Aku lupa akan Rumah ku, sudah Mang Parjo lurus saja lima menit lagi kita akan sampai. "
Dengan perasaan kesal Mang Parjo kembali melajukan mobilnya dan benar saja setelah berjalan lima menit Usman meminta untuk berhenti.
Lagi-lagi apa yang diminta Usman sangat membuat Mang Parjo bingung lantaran mereka berhenti di sebuah hamparan tanah yang luas dimana disekeliling terdapat pepohonan dan sayuran.
Meskipun ada perasaan bingung dan kecewa serta kesal Devia tersenyum karena perkebunan disekitar tempat itu sangat menarik dirinya.
"Usman blok gillaa, ya disini tidak ada Rumah mana rumah mu kamu jangan mempermainkan kami? " bentak Mang Parjo yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Aku tidak bohong, sekarang Ayo kita turun karena untuk sampai ke Rumah ku kita tidak bisa membawa mobil, jadi kita jalan kaki untuk sesaat, "
"Apa? Jalan kaki, "seru Devia dan Mang Parjo bersamaan, sementara Usman tersenyum dan menggangukan kepala dengan santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments