Mang Parjo dan Devia yang terkejut dengan perkataan Usman membuat mereka berdua seperti orang yang sedang terhippnotis, Mereka duduk terdiam sambil melongo yang mana tidak bisa dibayangkan oleh Mereka jika mereka akan menuju ke Rumah Usman dengan jalan kaki.
Usman yang melihat kedua orang yang ada didepannya diam saja bagaikan orang yang sedang terhippnotis, Usman mulai mengeluarkan suaranya.
"Ada apa dengan kalian, ayo kita turun, kita sudah sampai, untuk Istriku kamu tenang saja Aku yang akan membawa koper koper kamu bersama dengan Mang Parjo. "
"Kamu serius, kita akan pergi ke Rumah kamu dengan jalan kaki? "
"Serius Istriku, "
"Haisss jangan panggil-panggil Aku Istri najis amat, "
"Lho kenyataannya lo kan emang Istriku, "
"Cuiih, Aku tidak sudih punya Suami Miskin sepertimu dan pernikahan kita ini hanya untuk sementara karena setelah dua bulan Aku tidak hamil makan Aku akan minta kau menceraikan Aku, "
Usman hanya tersenyum Smrik melihat dan menjadi dengar perkataan pedas dari Istrinya.
"Apa kalian masih mau tetap berada di dalam mobil dan tidak mau turun, jika tidak mau baiklah Aku pergi dan pulang sendiri. " ucap Usman dengan santai yang mana dia langsung melangkah pergi tanpa membawa koper milik istrinya.
Usman sengaja tidak mau membawa koper istrinya dikarenakan Istrinya tidak mau turun untuk itu Usman berpikir tidak perlu membawa Koper dan pulang dengan melengang sendiri.
"Hei, tunggu jangan pergi dulu, ayo Nona cepat kita turun dia bisa meninggalkan kita disini, " seru Mang Parjo sedikit panik karena dia khawatir Usman akan pergi jauh meninggalkan mereka seorang diri di sebuah lapangan luas yang cuma ada pepohonan disekitar mereka.
Dengan terpaksa Devia Akhirnya ikut turun, Usman menyunggingkan sebuah senyuman dalam hati diam-diam melihat istrinya juga mau turun. Dengan gerakan cepat Usman berbalik kemudian membuka bagasi mobil dan mengeluarkan koper milik istrinya.
"Mari ikuti Aku, "
Devia menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar sebelum kemudian diapun ikut melangkahkan kakinya untuk mengikuti langkah kaki dari Suaminya.
Ketiganya mulai berjalan menyusuri jalanan berbatu dan berdebu, beruntung hari tidak hujan sehingga tanah yang mereka pijak tidak becek.
Cukup lama sekitar sepuluh menit mereka berjalan barulah oleh mereka tampak sebuah Rumah Bambu dengan dinding tembok setengahnya, Rumah itu terlihat cukup luas cuma terbuat dari Bambu.
Serasa lemas dan tidak bertenaga Devia diam terpaku menatap Rumah yang sangat jauh dari harapan.
"Nona, ayo, apa Nona Via capek? ' tanya Mang Parjo pada Devia yang kala itu tiba-tiba berhenti berjalan, Mang Parjo menduga jika Nonanya sangat capek.
Usman yang mendengar seruan dari Mang Parjo ikut menghentikan langkah kakinya dan menoleh kebelakang.
Tanpa bicara Usman segera mendekati Istrinya dan menggulurkan satu tangannya untuk membantu istrinya yang mungkin lelah berjalan meskipun hanya sepuluh menit.
"Tidak perlu, "
Usman tersenyum kecut dengan penolakan kasar Istrinya.
"Nona, apa Nona capek dan mau beristirahat lebih dulu? " tanya Mang Parjo yang merasa khawatir dengan sikap labil Putri dari Tuannya.
"Mang masak Aku tinggal di Rumah itu sih, itu jelek sekali, "
Devia berseru merajuuk bagaikan anak kecil yang baru saja kehilangan permen.
"Non, Via yang sabar Nanti kalau Usman punya gaji banyak dia bisa belikan Rumah yang mewah untuk Non Via, sekarang NonVia yang sabar ya? "
Mendengar perkataan lembut dari salah satu sopir Pribadi Papanya Devia mulai bisa menerima dia mengangguk dengan lemah.
Mang Parjo tersenyum sambil terus berjalan disamping Devia, Mang Parjo ingin membuat Devia putri dari Tuannya tidak lagi marah dan berputus Asa.
Sampai di depan Rumah Usman segera membuka kunci pintu Rumah dengan kunci yang dia sembunyikan dan selalu dia Bawa kemanapun di balik sakunya, perlahan-lahan pintu Rumah pun terbuka terlihatlah perabotan yang ada di dalam rumah hanya ada sebuah almari panjang dari kayu dan kursi yang juga terbuat dari kayu dan rotan.
"Ayo kita masuk, " ajak Usman kepada Mang parjo dan Devia istrinya.
Kekecewaan Devia semakin mendalam ketika melihat Rumah tanpa perabotan yang mewah, Wajah cantiknya berubah masam dan sendu.
Usman segera membawa koper Istrinya masuk kedalam kamar sementara Devia tidak mau ikut masuk kedalam kamar Devia takut akan lebih syok lagi melihat keadaan kamarnya yang sudah pasti akan sangat lebih buruk lagi, untuk itu Devia menunggu di luar.
tidak lama kemudian Usman keluar dari kamar kemudian masuk ke dapur untuk membuatkan minuman segar untuk istri dan Mang Parjo sopir pribadi dari anak buah Papanya Devia.
Usman membuatkan satu cangkir jus jeruk untuk Devia dan Mang Parjo di mana hal itu sempat membuat Mang Parjo dan Devia terkejut dikarenakan Usman memberikan minuman yang cukup berkelas dan tidak menampakkan minuman seperti orang-orang di desa pada umumnya.
"Ayo silakan diminum? "
"Kamu punya kulkas dan jus jeruk kah, minuman ini cukup dingin dan segar, "
Usman tersenyum sambil menggangukan kepala.
"Syukurlah kalau kamu punya, Nanti kita bisa belanja ke kota dan kamu simpan di kulkas biar tidak terlalu sengsara Nasibku, " cicit Devia yang langsung mendapatkan anggukan dari Usman.
"Aku senang mendengarnya Man, Oh ya Aku tidak bisa berlama-lama karena Papa Non Via pasti sudah menungguku, Non Via jaga diri baik-baik, saya pulang dulu dan ini untuk Non Via, "
Mang Parjo menggulurkan satu kantong berwarna hitam kepada Devia.
"Ini apa Mang? "
"Itu sedikit hadiah dari Saya Non, "
"Mang Parjo tidak perlu memberiku apa-apa Aku ini Putri dari Bos kamu dan kamu itu pekerja kami, jadi tidak pantas jika harus menerima hadiah darimu, "
"Non.. trimalah Mang Parjo sudah mengaggap Non ini seperti Putri Mang Parjo sendiri jadi saya minta Non Via mau menerimanya. "
"Baiklah, Aku trima, "
"Kalau begitu Mang Parjo pulang dulu Non Via jaga diri baik-baik ya, "
"Iya, Mang trimakasih sudah mengantar dan sekarang memberi hadiah pula kepadaku, "
Mang Parjo Menggaggukkan kepala kemudian berjalan mendekati Usman.
"Aku titip Non Via jaga dia baik-baik jangan pernah kau sakiti dia karena jika hal itu kamu lakukan kau akan berurusan denganku apa kau mengerti? "
"Tenang saja Devia itu sudah menjadi istriku jadi kamu tenang saja Aku yang akan membahagiakan hidupnya. "
"Baiklah kalau begitu Aku pergi, Non Mang parjo pergi dulu ya? "
"Iya, Mang trimakasih, kalau Mang parjo ada waktu main ke sini ya biar Aku tidak kesepian. "
"Siap, Non, Mang parjo akan sering mengunjungi Non via disini, "
Dengan senyuman tersungging di bibir Devia dan Usman mengantarkan kepergian Mang parjo sampai di depan pintu.
lambaian tangan dan setitik Air mata tak terasa jatuh di sudut pipi Devia yang sesungguhnya hatinya sangat sedih dan merasa sendiri, Usman yang sengaja melirik kearah istrinya berpura-pura tidak tau, Usman ingin membiarkan istrinya bersedih sesuka hati tanpa harus dirinya ganggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aerik_chan
mau nggak mau ya...
2023-06-29
0