Sambil bersenandung kecil Mama Devia menyisir rambutnya, tidak lama dari dalam kamar mandi keluar Papa Devia dengan Wajah segar, Dia sedikit heran melihat istrinya yang hari ini terlihat sangat aneh karena tidak biasanya istrinya berhias di malam hari dan mempercantik diri Karena biasa yang terjadi Mama Devia langsung tidur tanpa memperdulikan apapun tapi kali ini sungguh terlihat berbeda dan aneh,
"Kamu belum tidur Ma, "
"Belum, Aku menunggu Papa, ayo Mama siap Malam ini, "
Papa Devia tersenyum kemudian mengambil sisir untuk menyisir rambutnya setelah semua sele, Papa Devia mendekati Istrinya dan mendaratkan satu kecukupan kecil di kening Istrinya.
"Malam ini Papa lelah, Papa ingin langsung beristirahat, lain kali saja Ma, Papa harap Mama mau mengerti, apalagi hari ini adalah malam pertama Papa jauh dari putri Papa, Mama tertentu tahu Papa tidak akan memiliki keinginan apapun, sejujurnya Papa sangat tidak tega mengusir Devia dan Sejujurnya Papa juga tidak ingin Devia jauh dari Papa.
Devia itu Putri Papa satu-satunya dan selama ini Devia tidak pernah nakal ataupun berbuat hal yang buruk sungguh di luar dugaan jika tiba-tiba Via melakukan suatu hal yang sangat memalukan , Papa sangat kecewa dan marah padanya tapi apa Mama tahu saat ini Papa benar-benar memikirkannya,
Papa tidak tahu apa yang terjadi padanya saat ini Bagaimana keadaannya Apakah dia sudah makan atau belum Dan apakah dia bisa tidur dengan nyaman atau tidak mungkin Papa akan meminta Mang parjo untuk membawa Devia kembali ke sini Papa akan buatkan Rumah untuk mereka agar Papa tetap bisa dekat dengan Devia dan selalu bisa memantaunya."
Mendengar perkataan suaminya Mama Devia tersenyum kecut, Dia berjalan mendekati Papa Devia.
"Tenanglah Pa, semua akan baik-baik saja Putrimu sudah dewasa lagi pula dia sudah ada yang bertanggungjawab jadi Papa tidak perlu memikirkan Devia lagi dia pasti sedang senang terlebih mereka pasangan pengantin baru pasti lagi mersanya Pa, "
"Tapi, Ma kemarin Papa lihat Devia tidak begitu suka dengan Calon Suaminya, mana mungkin sekarang bersenang senang, Aku justru khawatir Devia sedang menangis saat ini, Anak itu tidak pernah jauh dariku mah anak itu selalu bersamaku dan sampai saat ini Aku tidak bisa menghubunginya dan dia juga tidak menghubungiku Aku sangat khawatir sekali."
"Sudahlah Pa jangan terlalu berlebihan, Papa sudah membuat Aku kecewa dan sedih dengan penolakan Papa malam ini padaku, padahal Aku sudah berias dengan sempurna, dengan mudah Papa mengatakan Papa tidak bisa melakukan karena Papa memikirkan dan masih sedih dengan keadaan ini, Mama harus menerima semua itu, Mama berusaha menerima dan memaklumi Apa yang Papa katakan tapi dengan terus memikirkan Devia dan terus mengkhawatirkan dirinya Mama tidak bisa terima itu lagi.
Sejak awal Papa menikahi Aku kenapa hanya Aku yang harus selalu memahami dan mengerti keadaan Papa, sementara Papa tidak pernah memahami dan mengerti keadaanku hari-hari Papa hanya untuk Devia...Devia...dan Devia, bahkan Papa mendekati Mama juga hanya untuk Devia, menanyakan Devia sebenarnya Papa punya hati apa tidak sih, Papa harus bisa melupakan Devia dia sudah dewasa dan dia sudah ada yang bertanggung jawab bahkan bisa Jadi Devia kini sudah bahagia, jadi tolong berhentilah, berhenti memikirkan Devia lagi dan Papa jangan menjadi laki-laki egois, pikirkan perasaanku pikirkan juga Aku, Aku ini Istri mu bukan Baby sister Anakmu..! " teriak Mama Devia sambil menangis.
"Ma, apa maksud mu? "
"Jangan Bodoh dan berpura pura Bodoh Pa, berapa kali Papa menyentuku semenjak awal pernikahan, Hah... tiga kali dalam enam tahun pernikahan kita dan Aku selalu harus bersabar dan bersabar, Papa ini sebenarnya laki-laki normal apa baanci sih...!
" Plaaaakkk....! jaga ucapanmu jangan melewati batas. "
"Pa-Papa menamparku, kau keterlaluan Pa.. apa Papa belum puaas menyiksaa batinku selama ini, tampar Aku lagi Pa, jika perlu bunuuh saja Aku sekalian, biar Papa puuaaas...!"seru Mama Devia dengan tersedu-sedu.
"Hentikan Air matanu Katerina Apa perlu Aku ingatkan perjanjian kita hitam diatas putih sebelum Aku menawarkan pernikahan kita ini, baik tunggu akan Aku ambilkan biar kamu ingat semua itu, '
bergegas Papa Devia membuka satu laci dengan cepat Ayah Devia meraih Map berwarna Merah yang terbungkus rapi dalam plastik tebal setebal mikha kemudian melemparkannya ke muka Mama Devia.
"Baca lagi itu..? "
Dengan Air mata yang terus mengggalir dipipi Mama Devia membuka kertas putih bermatrai yang mana disana ada tanda tangannya dan tanda tangan Suaminya.
Perlahan-lahan Mama Devia mulai membaca isi dari perjanjian yang dulu memang Mama Devia tidak mau membacanya dan langsung menyetujuinya.
ISI Perjanjian.
Satu persatu semua isi perjanjian telah Mama Devia baca hingga kedua bola mata Mama Devia membulat ketika membaca baris no tujuh.
"Tidak ada hubungan Suami istri dalam pernikahan ( Tidak ada Nafkah Batin)
" Pa kenapa kau berbuat seperti ini padaku, apa kau hanya ingin mempermainkan Aku, "
"Sejak awal Aku sudah bilang, Aku sulit melupakan Mendiang Istriku dan Aku tidak akan bisa mencintainu, tapi ternyata seiring Waktu Aku mulai respect dan tertarik padamu dan Aku akan menjadi Suami yang sesungguhnya untuk mu, tapi apa yang berikan padaku, ketika hatiku mulai mau menerima mu? kau selingkuh dibelakangku, kau meminta kenikmatan pada Laki-laki baji... ngaan itu, Aku kecewa dan Marah saat itu hingga kau tau sendiri kan yang terjadi, jika Aku menyentuhmu itu Karena Aku juga ingin merasakan saja seperti apa kamu lagi pula Aku membiayai semua kehidupan glamormu kan, jadi sudahlah, sekarang kamu tidur sana Aku akan tidur di kamar tamu, "
"Pa, jangan pergi, ini kan kamar kita, "
"Sudahlah Ma, kita hentikan sandiwara kita karena sejujurnya diantara kita tidak ada rasa cinta dan mulai sekarang kita sendiri sendiri saja tapi kamu jangan khawatir Aku tetap memberikan dan memenuhi kebutuhan materimu. "
ucapkan itu bapak Devia segera keluar dari dalam kamar mama Devia yang mendengar perkataan dari Papa Devia sangat geram dan marah dengan sangat kesal Mama Devia obatin semua yang ada di dalam kamar.
"Aaaaaaahhhhh brengsek kau...!
" Pyaaarr....! semua alat rias berjatuhan dilantai bantal guling pun semua berhamburan di lantai kini kamar Mama Devia bagaikan kapal pecah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments