Mengulas Kisah

Angin berhembus sepoi-sepoi, semilir sejuk. Matahari sudah tak seterik tadi.

Ranum dan Agam kini berada di sebuah roof top rumah sakit.

''Kenapa kamu tidak mengatakan padaku sejak awal?'' ucap Agam dengan memandang hamparan pemandangan bangunan-bangunan pencakar langit yang nampak berdiri kokoh di hadapannya.

''Bukankah kamu membenciku? Jadi untuk apa aku mengatakan kepadamu.''

''Lagi pula kamu sendiri yang meminta ku untuk tidak menemui mu lagi. Dan kalau pun saat itu aku mengatakan yang sebenarnya, aku juga sangat yakin kalau kau tidak akan mengakuinya. Mungkin malah kau akan memintaku untuk menggugurkan kandunganku.'' jawab Ranum dingin.

...#FLASHBACK#...

Malam itu langit begitu indah. Bintang-bintang bertabur di angkasa dengan kerlipnya. Kebetulan hari itu adalah malam Minggu. Seperti pasangan kekasih pada umumnya, Ranum dan juga Agam pun tak ingin melewatkan malam begitu saja. Mereka pergi ke sebuah wahana permainan yang terletak di pinggir kota yang tak jauh dari pantai. Menghabiskan malam panjang dengan menjajal semua wahana yang ada.

''Aku lapar.'' ucap Ranum.

''Kalau begitu, kita makan dulu di kedai itu.'' tunjuk Agam pada sebuah kedai yang menjajakan menu-menu makanan khas negari sakura.

''Hm.'' Ranum pun mengangguk.

Suasana kedai itu benar-benar romantis. Lampion-lampion tergantung rapi di atas bangunan kayu itu. Temaram cahaya lampu dengan semburat kuning remang-remang semakin menambah syahdunya malam.

''Apa kamu menyukai tempat ini?'' tanya Agam.

''Tempat ini sangat bagus dan makanan di sini juga enak-enak.'' jawab Ranum.

''Kalau begitu lain kali kita akan ke sini lagi.'' ucap Agam.

''Tidak usah berjanji kalau tidak bisa menepati.'' gurau Ranum.

''Laki-laki itu yang dipegang omongannya.'' jawab Agam.

''Mana? Aku tidak bisa memegangnya?'' ucap Ranum dengan tangannya yang seolah-seolah sedang menangkap sesuatu di udara.

''Ah, kamu ini.'' Agam pun terkekeh melihat tingkah absurd wanita di hadapannya.

''Hai, apakah kamu tahu. Kamu sangat berbeda sekarang. Dulu waktu kecil kamu sangat cengeng. Tapi setelah lima belas tahun berlalu ternyata kamu benar-benar berubah.''

''Sudahlah, jangan bahas masa lalu.'' kilah Ranum merasa tak enak hati telah membohongi Agam.

''Kamu juga tidak seperti yang papa katakan sebelumnya. Papa bilang kalau kamu itu adalah gadis yang anggun dan sangat lembut. Tapi setelah bertemu langsung denganmu, ternyata tidak seperti itu.''

''Jadi maksud kamu aku bukan gadis yang anggun dan lembut?''

''Tidak.. tidak.. Bukan seperti itu maksudku. Kamu adalah gadis yang ceria, apa adanya, dan cenderung blak-blakan. Tapi hal itulah yang membuatku menyukaimu.'' ucap Agam.

Ranum merasa terharu mendengar apa yang Agam katakan. Namun, jauh di dalam hatinya ia merasa sangat bersalah karena telah membohonginya.

''Agam...''

''Ya? Mau nambah lagi?'' tanya Agam.

''Ah tidak.. tidak. Aku sudah sangat kenyang.''

''Terus?''

''Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan kepada mu.''

''Katakan saja!'' jawab Agam.

Ranum menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan perlahan.

''Agam... Seandainya aku bukan Frisca bagaimana?'' tanya Ranum hati-hati.

''Kamu ini ngomong apa sih? Jangan ngaco deh.'' ucap Agam dengan terkekeh.

''Aku kan sedang bertanya, kenapa kamu malah tertawa.''

''Ayo jawab dulu. Seandainya aku bukan Frisca taman masa kecilmu dulu, apa yang akan kau lakukan kepadaku?''

''Tentu saja aku akan marah. Bahkan mungkin aku juga akan membenci mu karena telah menipu dan mempermainkan aku.''

Ranum pun hanya membalas dengan tawanya yang nampak canggung begitu mengetahui jawaban Agam.

''Sudah malam, sebaiknya kita segera pulang.'' ajak Ranum.

''Aku antar ya.''

''Nggak usah, sebentar lagi taksi yang aku pesan akan segera tiba.''

''Kenapa sih kamu tidak pernah mau ku antar pulang?''

''Nggak papa, aku hanya tidak ingin merepotkanmu.'' jawab Ranum.

''Tentu saja aku nggak repot, justru aku malah senang.''

''Lain kali saja, ya.'' ucap Ranum.

''Janji?''

Ranum pun mengangguk dan tersenyum pada Agam.

Namun, belum sempat Ranum meninggalkan kedai itu, tiba-tiba saja hujan turun dengan begitu derasnya.

''Yah... kenapa tiba-tiba saja hujan turun?'' keluh Ranum.

''Bukankah ini romantis?'' tanya Agam.

''Ini adalah pertanda dari alam. Kalau kamu tidak boleh pulang sekarang.''

''Tapi ini sudah hampir larut, aku harus segera pulang.''

''Aku tidak akan membiarkan kamu pulang sendirian malam-malam begini. Pulanglah bersamaku.'' mohon Agam.

''Kita tinggu dulu sampai hujannya sedikit reda ya.'' jawab Ranum.

''Baiklah.''

Gemericik air hujan kini semakin nyaring terdengar. Malam beriring kabut mendung. Awan tak kuasa lagi menampung air di dalamnya. Melepaskan satu persatu tetes air agar jatuh dan membasahi bumi. Suara guntur dan derasnya air semakin membuat mencekam malam.

''Kenapa kamu diam saja? Apa kamu kedinginan?'' tanya Agam dengan memberikan jaketnya pada Ranum.

''Nggak papa, aku hanya sedang menikmati setiap tetes hujan yang jatuh malam ini.''

''Apa kau menyukainya?''

''Hm.''

''Kenapa?'' tanya Agam.

''Karena kelak saat hujan turun lagi di malam hari, aku dapat mengenang kembali malam ini. Dan berterima kasih kepadanya karena malam ini telah memberi waktu yang panjang untukku terjebak menghabiskan malam bersama mu.'' ucap Ranum.

''Manis sekali.'' ucap Agam dengan raut wajahnya yang berbinar.

''Frisca..'' Agam memegang tangan Ranum dan menggenggamnya dengan erat.

''Aku mencintaimu.'' ucap Agam.

Ranum sangat senang mendengar ucapan cinta dari Agam. Namun, ia juga merasakan rasa sakit yang luar biasa di hatinya. Ya, Agam memang mengatakan cinta. Namun pada Frisca bukan padanya.

''Sepertinya kita tidak bisa pulang malam ini, terlalu bahaya membawa mobil dengan cuaca seperti ini. Apa lagi sekarang kita sedang di tempat seperti ini.'' ucap Agam sambil melihat info cuaca di ponselnya.

''Kita menginap di sekitar sini ya, akan aku carikan tempat yang nyaman.''

''Tapi?'' ucap Ranum ragu.

''Tenang saja, aku tidak akan macam-macam kok. Nanti kita bisa memesan dua kamar yang berbeda.''

Karena cuaca yang cukup buruk malam itu, mau tak mau Ranum menuruti apa yang Agam katakan. Mereka segera meninggalkan kedai untuk mencari hotel terdekat.

Sepanjang perjalanan yang mereka lewati, terhitung sudah empat hotel yang mereka datangi namun semuanya penuh, tidak ada kamar yang kosong satupun. Hingga akhirnya, mereka sampai di sebuah hotel yang sangat apik dengan desain yang sangat menarik.

''Maaf tuan, hanya tersisa satu kamar kosong untuk malam ini.'' ucap resepsionis hotel.

''Apa tidak bisa dikosongkan? Saya akan bayar berapapun itu.'' jawab Agam.

''Maaf tuan, tidak bisa.''

''Baiklah, saya pesan yang itu.'' kata Agam.

Resepsionis membawa Agam dan juga Ranum menuju kamar mereka.

''Silahkan tuan dan nyonya.''

''Terima kasih.''

''Beristirahatlah. Nanti aku akan meminta petugas hotel untuk menyiapkan baju ganti untukmu.''

''Hm.''

''Kalau begitu, aku keluar dulu.''

''Lho kamu mau kemana? Kenapa harus keluar? Di mana kamarmu?'' tanya Ranum.

Terpopuler

Comments

Kanjeng ayu

Kanjeng ayu

o...ooo..... eng ing eng..... 😱😱

2023-05-14

2

Kanjeng ayu

Kanjeng ayu

mau kasihan sama ranum, tp dia sendiri yg buat kek gituuuu 😕😕

2023-05-14

6

Kanjeng ayu

Kanjeng ayu

terpesona ya gam??

2023-05-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!