Peringatan

''Ratatouille..'' dari kejauhan Agam ikut mengeja perlahan jenis makanan itu.

''Tapi seminggu lalu kamu kan baru saja memakan itu, nak?'' ucap Ranum.

''Tapi El mau makan itu lagi mama. El mohon..'' rengek Elzein.

''Baiklah, kita berangkat sekarang juga!'' seru Ranum setelah beberapa saat.

''Yey! Terima kasih mama.''

''Apapun untuk kamu.'' jawab Ranum sambil mencubit gemas hidung mancung milik Elzein.

''Let's go!'' seru Elzein dengan sangat bersemangat.

Setelah menunggu pesanan kurang lebih dua puluh menit, menu yang dipesan Elzein kini telah tersaji di mejanya. Ratatouille merupakan makanan tradisional khas Perancis yang berupa sayur-sayuran seperti kentang, terong, timun jepang, paprika, tomat, bawang putih, bawang dan olive oil yang dipanggang.

''Ratatouille kentang spesial telah siap dihidangkan. Silahkan menikmati anak manis.'' ucap seorang pelayan yang sudah nampak begitu akrab dengan Elzein.

''Terima kasih om baik.'' jawab Elzein dengan senyum manisnya yang terang saja membuat semua orang terpukau, apa lagi ditambah dengan lesung pipi yang menghiasi kedua pipinya.

''Sama-sama anak manis.'' ucap pelayan itu.

''Yey! Ratatouille kentang kesukaan El sudah siap.'' seru Elzein begitu makanan kesukaannya itu matang.

''Eitss.. Berdoa dulu sayang.'' ucap Ranum mengingatkan.

''Iya, mama.'' Elzein pun mulai berdoa sebelum melahap makanannya.

''Ini benar-benar lezat, mama. The best.'' kata Elzein dengan mulut yang terus mengunyah makanannya.

''Kalau begitu, kamu harus menghabiskan makananmu.''

''Tentu saja. Mama mau?'' tanya Elzein.

''Untuk kamu saja sayang, mama masih kenyang.'' kata Ranum.

Dari kejauhan, diam-diam Agam masih mengikuti Ranum dan putranya. Ia terus mengamati setiap gerak-gerik dua orang yang duduk pada meja nomor delapan.

''Kenapa mereka memilih restoran ini?'' gumamnya sambil bersembunyi di balik buku menu restoran.

''Meja itu?'' ucap Agam saat menyadari letak mejanya.

Agam kembali teringat peristiwa beberapa tahun silam, saat ia pergi bersama Ranum dan membawanya untuk makan malam di restoran yang saat ini sedang ia kunjungi. Sebuah restoran yang menyajikan menu-menu khas negara Perancis favoritnya. Ya, Ratatouille adalah makanan kesukaannya. Saat itu dan pada nomor meja yang saat ini sedang Ranum duduki, mereka menikmati makan malam bersama.

...#FLASHBACK#...

''Ayo, makan. Aaak.'' Agam mencoba untuk menyuapi Ranum dengan makanan yang ia pesan.

''Nggak usah. Aku makan ini saja.'' Ranum kembali menyuapkan sepotong Croissant ke dalam mulutnya.

''Ayolah, coba sedikit saja.'' bujuk Agam.

''Nggak!''

''Lihatlah dari berbagai macam jenis dan banyaknya menu, kenapa kamu hanya memesan itu?'' tanya Agam tak mengerti.

''Cari aman.'' jawab Ranum sekenanya yang membuat Agam menautkan alisnya tanda tak mengerti.

''Asal kamu tahu saja, mana pernah aku pergi ke restoran seperti ini. Apa lagi nama-nama makanan ini benar-benar membingungkan. Jadi, sebaiknya aku cari aman saja. Aku tidak ingin memesan yang aneh-aneh, kalau tidak sesuai dengan mulutku nanti malah mubasir percuma.'' jelas Ranum.

''Hei, kenapa kamu sangat jujur dan begitu menggemaskan, sih?'' Agam mengacak-acak lembut puncak kepala Ranum.

''Sekarang, kamu cobain ini ya sedikit saja.'' mohon Agam.

''Sudah aku katakan kalau aku tidak mau.'' ucap Ranum mempertahankan diri.

''Hanya sedikit saja, aku akan sedih jika kamu tidak mau mencicipinya.'' Agam membuat wajahnya dengan ekspresi sesedih mungkin.

''Hanya sedikit saja?'' Ranum merasa tak tega.

''Iya, cicipi sedikit saja. Setelah itu aku tidak akan memaksa kamu memakannya lagi.'' kata Agam.

''Baiklah, ini semua aku lakukan karena kamu.''

''Uhh manisnya..'' Agam begitu gemas dengan wanita di hadapannya itu.

''Aaaak...''

Ranum pun membuka mulutnya dan mulai mengunyah makanan itu. Selang beberapa detik, tiba-tiba saja.

''Huek! Nggak enak!'' teriak Ranum namun tidak begitu keras.

Agam pun segera menyodorkan minuman pada wanitanya itu.

''Kenapa kamu sangat menyukai makanan seperti ini? Rasanya sedikit aneh.'' tanya Ranum dengan polosnya.

''Mungkin kamu hanya belum terbiasa.'' ucap Agam dengan terkekeh.

''Dulu nenekku sering membuatkannya untuk ku saat aku masih kecil.'' jawab Agam.

''Oh, begitu. Maafkan aku.'' kata Ranum merasa tak enak hati.

''Tak apa. Aku harap kedepannya setiap hari kamu akan memasakkan ini untuk ku.'' goda Agam yang berhasil membuat wajah Ranum memerah.

Untung saja suasana restoran saat itu cukup ramai dan cukup penat, jadi apa yang Ranum katakan tadi tidak terlalu terdengar oleh pengunjung yang lain.

...###...

''Dia benar-benar lahap sekali memakannya, persis seperti ketika aku kecil dulu.'' Agam sedikit menahan ludahnya ketika melihat Elzein yang begitu lahap menyantap menu makanan kesukaannya itu.

''Tunggu dulu, bagaimana bisa anak sekecil itu sangat menyukai makanan seperti itu?'' gumam Agam dalam hatinya.

''Dan juga, jika benar dia adalah anak Ranum seharusnya dia tidak menyukai makanan itu. Tapi, kenapa anak itu sangat lahap sekali memakannya?''

Begitu melihat Elzein yang sangat lahap memakan menu favoritnya, tiba-tiba saja muncul berbagai macam pertanyaaan-pertanyaan dalam benaknya.

Agam masih larut dalam lamunannya, hingga tanpa sadari ada seseorang yang memukul pelan bahunya.

''Pak Agam!''

Agam merasa kaget dan refleks menengok pada sumber suara yang memanggilnya.

''Pak Agam, senang bisa bertemu dengan anda di sini.'' sapa lelaki yang tak lain adalah rekan bisnisnya.

''Oh, Pak Romi.'' ucap Agam sedikit tergagap.

''Sedang apa bapak di sini? Kenapa Pak Agam hanya seorang diri?'' tanya Pak Romi.

''Ah, iya. Saya sedang menunggu kolega.'' jawab Agam sekenanya.

''Oh, begitu. Kalau begitu selamat menikmati makan malam anda Pak Agam. Saya permisi dulu, sudah ada janji temu.'' kata Pak Romi berbasa-basi.

''Silahkan.'' jawab Agam.

Bukan hanya Agam saja yang terkejut ketika namanya dipanggil oleh seseorang. Begitu mendengar dan melihat keberadaan Agam, Elzein pun langsung menghampirinya.

''El, mau kemana nak?'' Ranum segera mengejar putranya yang nampak berjalan ke arah Agam berada.

''El, tunggu!'' panggil Ranum mencoba untuk menghentikan putranya namun sama sekali tidak Elzein hiraukan.

Begitu tiba di meja dimana Agam duduk,

''Hai!'' Elzein ikut mendudukkan dirinya di meja itu.

''Kebetulan sekali kita bertemu lagi di sini.'' ucap Elzein.

''El! Kenapa kamu kesini nak? Ayo kita pulang saja.'' ucap Ranum.

''Tunggu sebentar mama, El ada urusan penting yang harus El selesaikan.'' jawab Elzein.

Ranum dan Agam pun saling berpandangan begitu mendengar ucapan Elzein, namun detik berikutnya mereka langsung saling membuang muka.

''Dengar ya om. El peringatkan sama om, jangan pernah menyakiti mama El. Jangan pernah membentak mama dan membuatnya sedih. Jika om melakukan itu lagi, om berurusan dengan ku. Dan mulai sekarang om bukanlah papa tampan El lagi!'' ucap Elzein dengan nada mengancam namun terdengar begitu menggemaskan.

''Persis seperti ibunya ketika ngambek, semakin menggemaskan.'' jawab Agam dengan terkekeh, entah mengapa tiba-tiba saja kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

Suasana mendadak hening. Berbagai kenangan menyeruak di antara dua orang dewasa yang kini tengah berdiri terdiam dan saling tatap.

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

kereennnn 👍, ini mmg jagoannya mama Ranum

2023-08-12

1

Ersa

Ersa

ya ampun dewasa sekali kata katamu Nak🤭

2023-08-12

1

Ersa

Ersa

baiklah Mari kita tunggu kisah sebenarnya yg terjadi antara agam -ranum dimasalalu

2023-08-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!