Suara tawa yang sempat tercipta berganti menjadi keheningan untuk sejenak. Namun, tak butuh waktu lama sebelum Elzein kembali berkata,
''Kenapa om malah tertawa? Aku sedang tidak bercanda.'' ucapnya dengan kesal.
''Dan kenapa om sekarang ada dimana-mana? Jangan-jangan om mengikuti kami?'' tanya Elzein dengan penuh selidik.
''Hei, itu pertanyaan yang pernah aku ajukan padamu. Kenapa sekarang kau malah membalikan pertanyaan.'' jawab Agam.
''El, sudah nak. Ayo kita pulang sekarang!'' ajak Ranum sambil menggandeng tangan putranya.
''Awas ya!'' ucap Elzein sebelum benar-benar pergi sambil membentuk kedua jarinya ke arah matanya kemudian mengarah ke Agam.
''Tunggu dulu!'' sahut Agam.
Ranum dan Elzein pun menghentikan langkah kaki dan membalikkan tubuh mereka. Agam pun segera menghampiri keduanya.
''Hai tampan, boleh om berbicara berdua saja dengan ibumu?'' tanya Agam pada Elzein.
''Tidak boleh! El tidak akan membiarkan om menyakiti mama lagi!'' seru Elzein.
''Ternyata kamu sangat kejam juga ya.'' ucap Agam dengan menyembunyikan senyum tipis di sudut bibirnya.
''Jangan marah-marah sama mama!'' teriak El.
''Oke oke, om tidak akan bicara lagi.'' ucap Agam pada akhirnya.
''Dengar ya, urusan kita belum selesai.'' bisik Agam di dekat telinga Ranum.
''Aku tahu. Jika tidak ada hal yang penting lagi, kami permisi.'' ucap Ranum meninggalkan Agam seorang diri.
''Ah, sial!''
''Kenapa ini semua begitu menggangguku!''
''Terlebih anak lelaki itu, kenapa aku merasa ada sesuatu yang lain dengannya?''
''Aku harus segera mencari tahu secepatnya.'' ucap Agam.
...----------------...
Waktu terus berputar. Siang berganti malam tak bisa dihentikan. Dan tak bisa berputar ke belakang. Harapan menjadi impian, masa lalu menjadi kenangan. Setiap jam, menit dan detik adalah perjuangan. Berpacu dalam derasnya kecepatan waktu. Berlomba menggapai ketepatan waktu. Setiap langkah menerjang waktu, setiap waktu menerjang langkah, menghantam rasa pilu yang tak perlu ditunggu. Karena waktu akan berlalu. Tinggalkan masa lalu untuk raih esok dengan asa baru. Dan waktu benar-benar membawa semua hal berlalu.
''Bos, ini informasi yang bos inginkan.'' ucap Hardy dengan menyerahkan berkas pada Agam.
''Kenapa kerjamu lambat sekali!'' kesal Agam yang sudah tak sabar membaca berkas itu.
''Lambat? Padahal susah payah semalaman aku mencarinya.'' gerutu Hardy lirih.
Agam pun membaca setiap larik kata-kata yang tersusun pada secarik kertas itu dengan sangat cermat dan teliti. Ia tidak ingin melewatkan sedikit pun informasi yang tertulis di sana.
''Single parents?'' ucap Agam.
''Iya, bos. Bu Ranum adalah seorang single parents. jawab Hardy.
''Lalu, apa dia sudah bercerai dengan suaminya?''
''Tidak bos.''
''Bu Ranum sama sekali belum menikah. Di surat lamaran ketika ia mendaftar di perusahaan ini pun sama sekali tidak disebutkan.''
''Lantas lelaki yang selalu bersamanya itu siapa?'' tanya Agam.
''Menurut informasi yang saya temukan, laki-laki itu adalah pemilik kafe yang pernah bos datangi tempo hari bersama dengan nona Lili. Dan bisa dipastikan jika dia bukan suami bu Ranum.'' jelas Hardy.
''Apa mereka sepasang kekasih?'' tanya Agam dengan intonasi yang agak berat.
''Kalau itu saya belum bisa memastikan. Tapi hubungan mereka sangat dekat.''
''Ya, kamu benar.''
''Berapa usia anak lelaki itu?'' tanya Agam.
''Belum ada informasi pasti tentang hal itu bos. Tapi jika diperkirakan usianya saat ini kurang lebih lima tahun.''
Deg!
Agam menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menyandarkan kepalanya pada kursi kebesarannya. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba saja terasa pening.
''Bos, boleh saya bertanya?'' ucap Hardy.
Agam pun melirik pada asisten kepercayaannya itu.
''Apa ini ada hubungannya dengan peristiwa lima tahun lalu?'' tanya Hardy hati-hati.
''Jika di lihat-lihat anak lelaki itu sangat mirip dengan bos. Bahkan dia juga sangat kejam seperti bos.'' ucap Hardy menurunkan intonasi kalimatnya.
''Apa maksud kamu!'' bentak Agam.
''Tidak.. tidak bos.''
''Oh iya, masih ada pekerjaan yang harus segera saya selesaikan.'' ucap Hardy meninggalkan ruangan atasannya itu.
Setelah kepergian Hardy, Agam kembali membaca setiap detail lembar informasi yang ada di atas mejanya itu. Ia mengingat-ingat kembali semua yang Hardy ucapkan.
''Apa benar anak itu sangat mirip denganku?'' tanyanya dalam hati sambil memandangi sebuah foto seorang anak lelaki tampan yang terselip di kertasnya.
''Hais!! Kenapa hanya dengan memikirkannya saja membuatku ingin bertemu dengan anak itu!'' kesal Agam.
Berbagai pikiran berkecamuk di kepala Agam, ia benar-benar merasa tak tenang. Setelah ia mencari tahu informasi tentang Ranum dan juga putranya, ia menjadi semakin tak terkendali. Siang ini ia memutuskan untuk mendatangi sekolah Elzein.
''Bos, mau kemana?'' tanya Hardy melihat atasannya yang seperti sedang terburu-buru.
''Aku ada urusan.'' jawab Agam singkat sambil terus berjalan.
''Sudah ku duga. Pasti kepikiran tuh orang!'' ucap Hardy menggunjing atasannya. Hardy pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
Kemarin selepas kepergian Ranum dan Elzein dari restoran, Agam bertanya pada para pelayan di restoran itu. Para pelayan dan petugas kasir di sana mengatakan jika perempuan yang bersama anak kecil itu memang sering datang ke restoran. Mereka selalu memesan menu makanan yang sama. Bahkan ketika perempuan itu hamil, dia selalu datang seorang diri dan memesan makanan yang sama persis dengan apa yang ia pesan malam itu.
...----------------...
''Elzein, apa kamu mengenal paman itu?'' tanya bu Alice pada Elzein.
Elzein pun mengangguk.
''Apa El mau bertemu dengannya?'' tanya bu Alice lagi.
''Ya.'' jawab Elzein dengan menganggukan kepalanya lagi.
''Baik, kalau begitu bu Alice tinggal ya.''
''Silahkan Pak.'' kata bu Alice mempersilakan Agam bertemu dengan Elzein.
Ya, kini Agam telah sampai di sekolah Elzein. Ia merasa tak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak bertemu dengan anak lelaki yang memanggilnya dengan sebutan papa tampan itu.
''Hai..'' sapa Agam dengan ramah.
''Kenapa kau bisa tahu dimana sekolahku?'' tanya Elzein.
''Pasti kamu mengikuti ku kan?'' tebaknya lagi.
''Hei, apa kau masih marah padaku? Aku kesini ingin minta maaf padamu.'' ucap Agam.
Elzein memalingkan wajahnya dan menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
''Hei, lihat apa yang ku bawa untukmu!'' Agam mengeluarkan sebuah figur mainan Iron Man dari balik tubuhnya.
''Iron Man!'' seru Elzein senang.
''Bagaimana kau bisa tahu mainan kesukaanku?'' tanya Elzein menerima mainan itu.
''Karena aku tahu semua hal.'' jawab Agam.
''Kamu suka?'' tanya Agam.
''Ya. Terima kasih. Ini sangat keren.'' sahut Elzein senang.
Melihat Elzein yang nampak begitu bahagia, jauh di relung hati Agam tiba-tiba saja terasa begitu hangat. Ia belum pernah merasakan perasaan yang seperti ia rasakan saat ini.
''Kita belum berkenalan secara resmi.'' ucap Agam.
''Kenalkan, nama ku Agam. Siapa namamu?'' tanya Agam dengan menyodorkan tangannya.
Sejenak Elzein menatap tangan Agam dan beralih mengamati wajah lelaki dewasa di hadapannya dengan lekat-lekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ersa
ngakak aku bayangin, Agam diancam anaknya sendiri.. eh bener kan ya kak Othor Agam ini ayah biologis El??
2023-08-12
1
satblu gaming
hardy... hati2... nanti ada yg ngamoookkk 🤣🤣
2023-05-17
2