Nostalgia

Sebuah lagu adalah wujud ekspresi penciptanya. Sebuah lagu adalah ungkapan emosi seseorang yang dituangkan dalam titik-titik melodi dan syair indahnya. Sebuah lagu adalah gambaran penulis untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada para penikmatnya.

Malam ini, Ranum telah selesai membawakan lima buah lagu yang ia nyanyikan bersama dengan band pengiringnya. Ia pun segera turun dari atas panggung dan berniat untuk menghampiri putranya.

''El!'' ucap Ranum dengan terkejut karena melihat Agam yang sedang asyik bermain robot-robotan dengan putranya.

''Mama!'' seru Elzein.

''Untuk apa kamu ke sini?'' tanya Ranum dengan sengit.

''Mama, mama jangan marahin papa. El yang meminta papa untuk datang ke sini dan melihat mama menyanyi.'' jawab Elzein.

''Papa?'' beo Ranum terkejut.

''Iya, papa.'' jawab Elzein.

''Kata papa, suara mama juga sangat merdu.'' ucap Elzein lagi dengan wajah yang berbinar.

''El, sejak kapan mama mengizinkan kamu bertemu apa lagi berbicara dengan orang asing?''

''Ini papa, mama. Bukan orang asing.'' jawab Elzein.

''Sini duduklah, kamu pasti lelah setelah bernyanyi. Akan aku pesankan minuman untukmu.'' ucap Agam menawarkan sebelah kursinya yang kosong.

''Tidak perlu.''

''El, ayo kita pulang!'' ucap Ranum dengan memegang lengan Elzein.

''Tapi El masih ingin bersama papa, mama.'' ucap Elzein dengan sendu.

''El!''

''Baiklah..'' jawab Elzein yang mau tak mau harus menuruti perintah ibunya.

''El harus pulang sekarang papa, El harus menuruti perintah mama.'' imbuhnya.

''Tunggu dulu, biar aku antar!'' sahut Agam ikut berdiri.

''Tidak perlu, terima kasih.'' jawab Ranum dengan ketus.

''Tapi mama kan tidak membawa mobil? Kita tadi berangkat bersama mama Maya.'' ucap Elzein.

''Kita bisa pulang naik taksi.'' kata Ranum pada Elzein.

''Sekarang sudah cukup larut, akan sulit mencari taksi. Ayolah, aku antar kalian.''

''Ayo mama... El mau diantar pulang oleh papa.'' rengek Elzein.

''Tapi El?''

''Mama... El mohon..'' ucap El lagi dengan membuat ekspresi sesedih mungkin.

''Hanya sekali ini saja.'' ucap Ranum pada akhrinya. Ia merasa tak tega melihat El bersedih seperti itu.

Diam-diam di belakang Ranum, El dan Agam melakukan tos karena misi mereka telah berhasil.

Agam segera membawa mobilnya. Ia membukakan pintu bagian depan untuk Ranum, namun Ranum lebih memilih duduk bersama Elzein di bangku belakang.

Agam kembali menutup pintu itu. Ia berjalan memutari mobilnya dan segera melajukan mobilnya membelah jalanan malam yang cukup ramai itu, menembus bisingnya jalanan kota yang tak pernah ada matinya.

''Apa kalian lapar? Kita mampir makan dulu ya.'' ucap Agam memecah keheningan.

''Tidak!'' ucap Ranum.

''Iya!'' ucap Elzein bersamaan.

Ranum dan Elzein pun saling berpandangan sedangkan Agam mengamati mereka dari kaca tengah di mobilnya sambil tersenyum tipis.

''Mama, El masih lapar. Tadi baru makan kentang goreng saja. Papa Yuda tidak memberikan makanan untuk El.'' ucap Elzein sendu.

''Kalau begitu kita makan di rumah saja, mama akan masak nanti.'' jawab Ranum.

''Tapi El sangat lapar. Kalau tidak makan sekarang juga bisa-bisa El pingsan, mama.'' ucap Elzein.

''Apa mama tega membiarkan El pingsan?'' ucapnya lagi.

''Hah, kamu ini.''

Ranum pun melihat di sekelilingnya, sebelum kembali berkata.

''Pak Agam tolong turunkan kami di depan warung pecel ayam yang di depan itu.'' tunjuknya pada deretan para pedagang kaki lima yang berjejer rapi di pinggir jalan itu.

''Tapi El tidak mau makan pecel ayam, mama.'' ucap Elzein lagi.

''Kamu dengar sendiri kan, anak kamu tidak mau makan itu.'' sahut Agam menambahi.

''Diam, tidak usah ikut campur! Cepat hentikan saja mobilnya!'' ucap Ranum ketus.

''Kamu tidak lihat jalanan sedang ramai begini, bagaimana caraku menepikan mobil?'' kata Agam.

''Tinggal berhenti saja apa susahnya!'' kesal Ranum.

''Kalau aku tiba-tiba berhenti, akan sangat membahayakan pengemudi yang ada di belakang.'' kata Agam tak mau kalah.

''Ah, terserahlah..'' ucap Ranum pasrah.

Agam dan Elzein kembali saling mengedipkan matanya diam-diam.

Setelah sepuluh menit menempuh perjalanan, tibalah mereka di sebuah restoran yang memang tidak asing bagi mereka.

''Wah, kenapa papa bisa tahu apa yang sedang aku inginkan?'' ucap Elzein senang begitu mereka tiba di restoran.

''Kenapa kamu membawa kami ke sini?'' tanya Ranum penuh selidik.

''Kenapa? Memangnya ada yang salah dengan restoran ini?''

''Ayo, kita masuk ke dalam.'' Agam membawa Elzein ke dalam gendongannya.

''Hore! El mau makan Ratatouille, papa!'' seru Elzein.

''Tentu saja, kamu boleh memesan Ratatouille sebanyak mungkin malam ini.'' ucap Agam.

''Yey!!'' seru Elzein senang.

Ranum pun hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar dan mengikuti Agam yang sudah berjalan lebih dulu ke dalam restoran.

''Silahkan, tuan.'' ucap pelayan dengan membawa makanan itu di meja mereka.

Agam dan Ranum pun mengangguk dengan senyumnya.

''Terima kasih, om baik.'' jawab Elzein dengan senyumnya yang menawan.

''Anak tampan?'' ucap pelayan tadi sedikit terkejut.

''Ya om, apa om lupa denganku?'' tanya Elzein dengan memanyunkan bibirnya.

''Maafkan om anak tampan, om kurang memperhatikan.'' jawab pelayan.

''Tidak apa-apa. Om baik, kenalkan dia adalah papa El.'' ucap Elzein dengan lantang.

''El!'' teriak Ranum.

''Tenanglah, tidak usah malu begitu.'' goda Agam dan berhasil membuat Ranum semakin kesal kepadanya.

Agam dan Elzein begitu menikmati menu makan malam mereka. Terlebih bagi Elzein, ia bahkan sudah memesan dua porsi Ratatouille. Sementara Ranum hanya memesan segelas jus alpukat saja, ia benar-benar kehilangan nafsu makannya malam itu.

Ranum mengamati dua lelaki di hadapannya itu dengan seksama.

''Benar-benar sangat mirip.'' ucapnya dalam hati saat melihat Agam dan Elzein menghabiskan makanan mereka.

''Aku belum pernah melihat El sebahagia ini sebelumnya.'' gumamnya lagi.

''Sudah puas menatapku?'' tanya Agam yang merasa jika sedang diperhatikan oleh Ranum.

''Siapa yang menatapmu! Jangan terlalu narsis jadi orang.'' gerutu Ranum.

Elzein pun tersenyum memperhatikan Ranum dan juga Agam yang nampak tak akur itu.

''Mama, ayo cobain makanan ini. Ini sangat enak.'' ucap Elzein.

''Tidak sayang, ini untukmu saja.''

''Kenapa? Apa kau masih tidak menyukai makanan ini?'' tanya Agam.

''Sepertinya papa tahu banyak tentang mama.'' sambung Elzein sambil terus mengunyah.

''Anak kecil jangan ikut campur.'' kata Ranum memperingatkan Elzein.

''Papa, ayo ceritakan kenapa mama tidak menyukai makanan ini.'' rengek Elzein.

''El!''

''Baiklah, El tidak akan bertanya lagi.'' Elzein pun memanyukan bibirnya.

Setelah menyelesaikan makan malam, Agam segera mengantarkan Ranum dan Elzein pulang ke rumah.

''Jadi, kalian tinggal di sini?'' tanyanya.

''Iya papa, ini adalah tempat tinggal El.'' sahut Elzein.

''Apa kamu akan membiarkan tamu mu tetap di luar begitu saja?''

''Sekarang sudah malam. Tidak sepantasnya seseorang bertamu malam-malam.'' jawab Ranum ketus.

''Jadi lain kali aku bisa datang ke sini lagi?'' tanya Agam.

''Tidak boleh!''

''Aku peringatkan sekali lagi kepadamu. Ini adalah terakhir kalinya kamu menemui Elzein.'' ucap Ranum dengan ketus.

Terpopuler

Comments

satblu gaming

satblu gaming

ayo el... kamu harus bikin papa dan mama kamu bersatuuuuuu

2023-05-17

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!