Sungguh lihai tanganmu menata kembali hati
Yang hampir mati
'Kan ku letakkan hangat di tengah dekap kita
Jangan biarkan ku pulang
Ke rumah yang bukan engkau
Jika mampu ku menjelajahi langit
'Kan ku petik pelangi 'tuk warnai harimu
Jangan khawatir, masih ada aku
Kan aku persilahkan kau menetap di sini..
Riuh tepuk tangan kembali bergemuruh ketika Ranum mengakhiri syair lagunya.
''Gila, aku yang perempuan aja jatuh cinta sama suaranya.'' kata seseorang yang duduk di meja sebelah Agam dan juga Lili.
''Iya.'' sahut temannya.
''Bagaimana? Kamu suka?'' tanya Lili, wanita yang kini tengah duduk bersamanya.
Agam tidak memberikan jawaban, ia hanya diam sembari ekor matanya terus mengawasi satu-satunya perempuan yang berada di atas panggung di sudut kafe itu.
''Siapa sebenarnya perempuan itu?'' gumam Agam dalam hatinya. Sepanjang lagu dinyanyikan tadi matanya tak pernah berpaling sedikitpun dari sang pembawa lagu. Ia seolah merasa ikut hanyut dan merasakan lagu itu. Bukan itu saja, ia merasa begitu mengenal dan memahami semuanya.
''Ah, sudahlah. Akan aku cari tahu nanti.'' monolognya dalam hati.
Sebenarnya Agam merasa sangat tidak nyaman berada di dekat Lili untuk waktu yang lama. Namun, berkat adanya nyanyian-nyanyian yang terus saja mengalun bersama malam, ia merasa seolah sedikit terselamatkan. Ia terus saja mengabaikan apa yang Lili katakan, pikirannya saat ini hanya tertuju pada perempuan bertopeng dengan suara merdu di sana. Lagi pula ia sudah berjanji pada ayahnya, jika malam ini adalah malam terakhir untuknya menemani Lili, putri rekan bisnis ayahnya. Setelah malam ini, tidak akan ada pertemuan lagi.
Waktu berlalu begitu saja. Tanpa terasa, jarum jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ranum bersama band pengiringnya turun dari atas panggung.
Hal ini tentu saja tak luput dari perhatian Agam. Ia terus saja mengikuti kemana langkah perempuan bertopeng itu pergi. Namun sial, karena malam itu pengunjung kafe cukup ramai, ia kehilangan jejak.
''Gam!'' teriak Lili cukup keras.
''Eh, gimana?'' jawab Agam setelah melepas pencariannya.
''Kamu kenapa sih? Dari tadi tiap aku ngomong selalu kamu cuekin. Aku tuh kaya lagi ngomong sama patung tahu, nggak ada respon atau tanggapan dari kamu.'' gerutu Lili.
Agam pun melirik jam yang melingkar di tangannya.
''Sudah malam, sebaiknya kita pulang sekarang.'' ucap Agam berdiri dari duduknya.
''Nggak! Aku masih mau di sini. Sekarang baru pukul sepuluh, masih terlalu sore.'' jawab Lili.
''Aku antar kamu pulang sekarang atau aku tinggal kamu di sini sendiri.'' ucap Agam dengan nada yang cukup dingin membuat Lili merasa terhentak oleh ucapan lelaki pujaan hatinya itu.
''Hah!'' kesal Lili.
''Oke, aku ikut kamu pulang.'' jawab Lili pada akhirnya.
Sebenarnya Lili masih ingin terus menghabiskan waktu bersama Agam. Susah payah ia memohon pada Pak Hermawan, ayah Agam agar bisa pergi berdua bersama putranya.
''Silahkan turun.'' ucap Agam dengan nada datar ketika mobilnya telah sampai di pelataran rumah milik Lili.
''Kamu nggak mau turun? Barangkali kamu mau mampir, siapa tahu ada hal penting yang ingin kamu sampaikan pada daddy?'' tanya Lili mencoba mengulur waktu kebersamannya dengan Agam.
''Tidak.'' jawab Agam singkat.
Lili merasa begitu kesal. Baru kali ini ia diabaikan oleh laki-laki. Sebenarnya lelaki mana yang tak tertarik dengan Lili? Seorang gadis yang berparas cantik dengan postur tubuh layaknya bintang film ternama. Ia juga merupakan putri semata wayang salah satu pengusaha yang cukup disegani di kota itu. Benar-benar paket komplit.
''Satu hal lagi.'' ucap Agam ketika Lili hendak melangkah turun dari mobilnya.
''Ada apa?'' tanya Lili merasa berbunga hatinya. Berharap-harap cemas tentang apa yang akan Agam katakan kepadanya.
''Ayo katakan sekarang, jangan malu-malu.'' ucap Lili di dalam hatinya.
''Setelah ini, jangan pernah temui aku lagi.'' ucap Agam dengan nada yang dingin.
Duar!
Lili merasa begitu terhempas oleh perkataan Agam. Realita yang tak sesuai dengan ekspektasinya.
''Apa maksud kamu?'' tanya Lili dengan nada yang sedikit bergetar.
''Jika kamu berharap lebih padaku, kamu salah. Aku tidak akan pernah memberikan itu.'' ucap Agam terus terang. Ia tidak ingin membuat Lili atau perempuan mana saja menaruh harapan lebih kepadanya.
Lili segera melangkah keluar dari mobil Agam dan membanting pintu dengan cukup keras.
''Sial! Awas kamu!''
''Aaargh!!'' maki Lili begitu keluar dari mobil milik Agam.
Agam pun kembali melajukan roda kendaraannya menembus angin malam yang mulai terasa menusuk kalbu.
''Satu masalah teratasi.'' ucapnya.
''Sebenarnya siapa perempuan itu?'' ucapnya dalam hati.
''Aku harus cari tahu sekarang juga.''
Ia pun kembali melajukan mobilnya menuju Eunoia kafe guna menuntaskan rasa penasarannya.
Agam kembali masuk ke dalam kafe dan mencoba bertanya pada pelayan yang sedang berjaga.
''Permisi?'' ucap Agam.
''Iya tuan, ada yang bisa kami bantu?'' tanya pelayan itu dengan ramah.
''Boleh saya tahu, siapa perempuan bertopeng yang tadi bernyanyi di sini?'' tanya Agam.
''Oh, maaf tuan. Kami tidak bisa memberitahukan tentang hal itu kepada siapapun. Karena ini adalah perintah dari manajer kami.'' jawab pelayan dengan sopan.
''Hanya namanya saja!'' ucap Agam kembali.
''Sekali lagi kami mohon maaf tuan, bukan kuasa kami untuk memberitahukan hal itu. Mohon pengertiannya.'' jawab pelayan itu dengan sopan.
''Em, baiklah. Terima kasih.'' ucap Agam.
Saat Agam hendak membalikan badan, tiba-tiba saja ada seorang anak lelaki kecil yang menabraknya.
''Aduh!'' keluh anak lelaki kecil itu sambil memegangi keningnya karena terbentur tubuh Agam yang atlestis.
''Kamu tidak apa-apa?'' tanya Agam segera menolong anak lelaki itu.
''Kamu?''
''Papa tampan?'' ucap mereka bersamaan.
''Kenapa kamu bisa ada di sini?'' tanya Agam penasaran.
''Kebetulan sekali.'' ucap Elzein.
''Maaf saya tidak sengaja. Bagian mana yang sakit?''
Elzein pun menunjuk pada keningnya yang nampak sedikit memar.
''Saya antar ke rumah sakit ya, dimana orang tuamu?'' ucap Agam lagi. Ia celingukan mencari dimana keberadaan orang tua anak lelaki itu.
''Kenapa kamu bisa ada dimana-mana? Ini bukan tempat yang aman untuk anak kecil seusiamu!'' ucap Agam sambil mengangkat Elzein ke dalam gendongannya.
''El!'' panggil seseorang dengan sedikit berlari menghampiri Elzein.
''Kamu kenapa?'' tanya lelaki itu dengan nada panik.
''Lho, bukankah anda yang pernah kami temui tempo hari?'' tanya Yuda memastikan.
''Benar.'' jawab Agam singkat.
''Maaf, tadi tanpa sengaja saya menabrak anak ini.'' ucap Agam.
''El, masih sakit?'' tanya Yuda pada Elzein dan mengambil alih Elzein dari gendongan Agam.
''Enggak papa Yuda, anak jantan tahan sakit sedikit.'' ucap Elzein dengan gaya sok jagoan namun nampak menggemaskan.
''Emm, begini saja. Sebagai permintaan maaf, kita bawa anak ini ke rumah sakit dan saya yang akan menanggung semua biaya pengobatannya.'' ucap Agam merasa tak enak hati.
''Tidak usah tuan, terima kasih atas niat baik anda. Tapi sepertinya semuanya akan baik-baik saja. Ini hanya memar sedikit, biar kami yang memeriksakannya sendiri.'' jawab Yuda.
Tiba-tiba, ada seorang perempuan yang datang menghampiri mereka.
''El!'' panggil wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ersa
aku pengen nebak itu Ranum tapi entar kak othornya kasih yg lain😁🤭
2023-08-12
1
satblu gaming
siapa yaaa???? ranum pastii
2023-05-17
3
satblu gaming
lili udah kepedean.... kasian dahhh 🤣🤣
2023-05-17
2