Kulit putih dengan paras yang terpahat apik di wajah mungil itu. Dengan wajah yang menggemaskan dan senyuman polosnya. Wajah yang menatap penuh rasa. Sungguh, sangat mudah bagi kita untuk menyukai bahkan langsung menyayanginya.
Sejenak Elzein menatap tangan Agam dan beralih mengamati wajah lelaki dewasa di hadapannya dengan lekat-lekat.
''Kau sedang tidak menyogok ku dengan mainan ini kan supaya bisa berteman lagi denganku?'' tanya Elzein penuh selidik.
''Ternyata kau memang benar-benar mirip denganku!'' ucap Agam dengan terkekeh.
''Kenapa kau sangat menggemaskan sekali.'' Agam benar-benar menikmati waktunya saat itu dengan perasaan yang begitu berbeda.
''Tentu saja tidak. Aku tulus dan sungguh-sungguh ingin berbaikan dan berteman denganmu.'' ucap Agam sungguh-sungguh.
''Apa kau tidak melihat ketulusan di wajahku?'' ucapnya lagi dengan mata yang berbinar, berusaha untuk meluluhkan keteguhan hati seorang anak yang bernama Elzein itu.
''Elzein Japa.'' ucap Elzein dengan lantang sambil menjabat tangan kekar Agam.
''Agam Birendra Wishaka.'' sahutnya dengan senang.
''Apa kita sudah berteman lagi sekarang?'' tanya Agam.
''Ya!'' jawab Elzein.
''Lalu, apa kau akan memanggilku dengan sebutan papa lagi?'' tanya Agam.
''Tentu saja! Karena kau sangat cocok sekali untuk menjadi papa ku.'' jawab Elzein.
''Kau tahu, aku sangat senang mendengarnya.'' kata Agam sungguh-sungguh.
''Tapi kenapa waktu itu saat aku memanggilmu papa tampan, kamu malah marah?'' tanya Elzein.
''Ah, waktu itu aku hanya kaget saja.'' kilah Agam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
''Bagaimana, kita sudah berteman lagi kan?''
''Ya, mulai sekarang aku akan memanggilmu papa tampan lagi. Asalkan kau tidak menyakiti mama ataupun membuatnya sedih lagi.''
''Oke!'' jawab Agam cepat.
''Hei jagoan, aku tahu kalau aku ini memang sangat tampan dan rupawan, tapi kau cukup memanggilku dengan kata papa saja jangan ada tambahan lain lagi.''
''Kenapa? Nama itu sangat cocok untukmu.'' kata Elzein.
''Karena kau jauh lebih tampan dariku.'' jawab Agam.
''Tentu saja. Mama juga selalu mengatakan itu padaku.'' jawab Elzein dengan bangga.
''Mengatakan apa?'' tanya Agam penasaran.
''Mama selalu bilang kalau papaku adalah lelaki yang sangat tampan, tapi kata mama aku jauh lebih tampan darinya.''
''Dan sekarang kamu juga mengakui ketampananku.'' kata Elzein dengan terkekeh.
''Haisss, kau memang-memang benar persis sepertiku.'' gumam Agam.
Mereka berdua pun tertawa bersama, menertawakan hal-hal sederhana yang mampu membuat keduanya merasa sangat bahagia.
''Kalau begitu cepat panggil aku 'papa'!''
''Tidak mau.''
''Ayolah, cepat panggil aku 'papa'...''
''Apa kau sangat ingin mendengarnya?'' goda Elzein.
''Hah kau ini.'' kesal Agam.
Elzein pun tertawa degan terbahak-bahak melihat Agam yang nampak kesal.
''Oke, oke..''
''Aku akan memanggilmu.'' ucap Elzein masih dengan tawanya.
''Dengar ya!'' perintah Elzein. Agam pun langsung memasang telinganya baik-baik.
''Papa jelek!'' Elzein kembali tertawa hingga terpingkal-pingkal.
''Hah kau ini, dasar bocah tengil!''
Agam benar-benar merasa kesal saat itu, namun jauh di dalam hatinya ia merasa sangat bahagia. Dan semenjak pertemuan itu, Agam selalu merasa ingin berada di dekat Elzein.
...----------------...
Waktu baru menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Agam berjalan memasuki ruangannya dengan raut wajah yang nampak berseri-seri.
''Bos, sepertinya kau sedang sangat bahagia?'' tanya Hardy penasaran.
''Gratiskan makan siang di kantin perusahaan untuk semua karyawan di kantor ini!'' perintah Agam dengan senyuman yang terus mengambang di wajah tampannya.
''Hah!? Gratis bos?'' ucap Hardy kaget.
''Lakukan saja!''
''Ba-baik bos, akan segera saya laksanakan.'' Hardy segera menghubungi pihak kantin untuk menyiapkan makan siang bagi seluruh karyawan di kantor itu.
Dan tepat pukul dua belas siang, seluruh karyawan berhamburan menuju kantin. Di perusahaan milik Agam, seluruh karyawan memang diwajibkan untuk makan siang di kantin perusahaan. Agam sengaja menerapkan sistem itu untuk membantu perekonomian orang-orang di sekitar perusahaannya. Kantin perusahaannya pun sengaja ia desain senyaman mungkin. Setiap sisi sudutnya bersih dan mengikuti tren yang ada saat ini. Menu di kantin perusahaanya juga sangat beragam. Mulai dari makanan khas pedagang kaki lima hingga menu-menu kekinian yang banyak digemari kawula muda. Seperti mie ayam, bakso, seblak, nasi goreng, gado-gado, steak, burger, pecel lele, ramen, dan jenis makanan western lainnya. Bahkan, menu-menu klasik khas angkringan pun tersedia di kantin itu.
Ranum dan Maya berjalan beriringan menuju kantin. Perut mereka sudah keroncongan karena seluruh energinya terkuras habis dengan setumpuk pekerjaan yang harus segera di selesaikan. Ranum memesan seporsi lotek sayur dan segelas jus stroberi yang dicampur dengan buah pisang. Sedangkan Maya memesan semangkuk mie ayam bakso dan juga lemon tea ice. Setelah makanan mereka siap, kemudian mereka berjalan menuju meja kasir.
''Berapa total semuanya mbak?'' tanya Ranum.
''Gratis, mbak.'' jawab kasir itu.
''Gratis? Dalam rangka apa?'' sahut Maya.
''Tidak tahu mbak, tapi sepertinya Pak Agam sedang berulang tahun karena beliau menggratiskan seluruh makanan di sini untuk semua karyawan.'' jawab kasir tadi menduga-duga.
''Tapi sekarang kan bukan hari ulang tahunnya.'' gumam Ranum.
''Hah? Apa yang baru saja kamu katakan!'' sahut Maya cepat.
''Ah, tidak tidak!'' kilah Ranum.
Ranum segera berjalan membawa nampan makanannya menuju meja yang kosong.
''Terima kasih.'' ucap Maya pada petugas kasir dan segera mengejar Ranum.
''Sepertinya kamu tahu banyak hal tentang Pak Agam.'' ucap Maya begitu selesai menyeruput lemon tea ice miliknya.
''Kau salah dengar tadi.'' kilah Ranum sambil terus mengunyah makanannya.
''Hei, kita sudah berkawan cukup lama. Dan aku tahu kapan kamu sedang berbohong ataupun ketika kau sedang berkata jujur.'' ucap Maya.
Ranum menghembuskan nafasnya dengan sedikit berat dan menaruh sendok dan garpunya di piring.
''May.. Apa kamu masih ingat dengan orang yang El panggil dengan papa tampan?'' tanya Ranum.
''Ya, siapa dia? Apa kamu sudah bertemu dengannya?'' tanya Maya penasaran.
Ranum pun mengangguk.
''Aku sudah bertemu dengan orang itu.'' jawab Ranum.
''Siapa? Apa aku mengenalnya? Cepat katakan!'' ucap Maya tak sabaran.
''Apa kau benar-benar ingin mengetahui siapa orang itu?''
''Ya! Cepat katakan. Jangan membuatku mati penasaran.'' kesal Maya.
''Tapi kau harus berjanji satu hal. Kau tidak boleh berteriak atau bahkan pingsan ketika aku mengatakan yang sebenarnya.''
''Iya, cepat katakan!''
''Sabar dong.. Sini mendekat lah.'' ucap Ranum memberi kode pada Maya untuk mendekatkan pendengarannya.
Ranum membisikan sesuatu di telinga Maya. Sontak saja Maya merasa begitu kaget dan tak percaya.
''Apa!'' ucap Maya yang langsung berdiri dan spontan menggebrak meja.
''May! Apa-apaan sih kamu.'' ucap Ranum dengan menurunkan wajahnya karena kini semua pengunjung kantin sedang menatap ke arah mejanya.
''Upss... Sorry.'' ucap Maya malu-malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ersa
haiyoloh, pedesnya mulut El pasti fitocopian Agam nih😆
2023-08-12
1
Queen Q
seru Thor....
2023-05-22
4
Janis
lanjut thor... seru bngtttt
2023-05-10
4