Malam lambat laun berganti pagi. Begitu pula dengan hari yang pasti silih berganti seiring terbit dan tenggelamnya mentari. Yang layu jatuh, yang jatuh tumbuh, begitu seterusnya.
Ranum kembali bersiap mengawali harinya dengan secangkir teh hijau yang ia sesap perlahan-lahan selagi masih hangat. Begitu pula dengan Elzein, ia baru saja melahap habis nasi goreng seafood kesukaannya.
''Kita tunggu papa Yuda dulu ya, mobil mama belum selesai diperbaiki.'' ucap Ranum pada Elzein.
''Iya, mama.''
Tak berselang lama, Yuda telah sampai di rumah milik Ranum.
''Selamat pagi jagoan. Sudah siap berangkat sekolah?'' tanya Yuda.
''Siap dong papa Yuda.''
''Kita berangkat sekarang?'' tanya Yuda pada Ranum dan juga Elzein.
Sepasang ibu dan anak itu pun kompak mengangguk secara bersamaan.
''Num, kata orang bengkel siang nanti mobilmu sudah selesai diperbaiki. Biar aku suruh pegawaiku mengantarkannya langsung ke kantormu.'' terang Yuda yang kembali melajukan mobilnya setelah sebelumnya mengantar Elzein ke sekolahnya terlebih dahulu.
''Terima kasih, Yuda. Kami selalu saja merepotkanmu.'' Sebenarnya, Ranum merasa sangat tidak enak hati pada kedua sahabat yang selalu membantunya itu, Yuda dan juga Maya.
''Sudah semestinya kan kita saling tolong menolong.'' jawab Yuda.
''Kamu dan Maya adalah dua orang yang sangat berjasa bagi aku dan juga Elzein. Tanpa adanya kalian, mungkin aku nggak tahu bagaimana caranya melanjutkan hidupku dulu.'' ucap Ranum dengan tulus.
''Sudahlah, jangan dipikirkan. Sebentar lagi kita sampai di kantormu.'' Yuda berusaha mengalihkan pembicaraan Ranum. Ia tidak ingin melihat Ranum kembali bersedih dan terpuruk seperti dulu pada saat awal pertemuan mereka.
''Sudah sampai!'' kata Yuda sambil menghentikan laju mobilnya.
''Terima kasih, aku masuk dulu ya.'' pamit Ranum sebelum turun dari mobil Yuda.
''Hati-hati.'' Ranum melambaikan tangannya sebelum mobil Yuda melesat jauh pergi meninggalkan pelataran kantornya.
Dari sisi lain, tanpa Ranum sadari ada sepasang mata yang sejak tadi terus mengamatinya tak jauh dari tempatnya berdiri.
''Bos!''
''Bos, kenapa kita tidak turun?'' tanya Hardy pada bosnya.
''Kamu cari tahu semua informasi tentang perempuan itu.'' tunjuk Agam pada Ranum.
''Memangnya kenapa bos? Dia kan karyawan di sini. Apa ada yang salah?'' tanya Hardy.
''Kerjakan saja apa yang aku perintahkan!'' ucap Agam ketus dan melangkah ke dalam meninggalkan Hardy yang masih duduk di belakang kemudi.
''Bos! Kebiasaan banget dah hobinya ninggalin orang mulu!'' gerutu Hardy.
...----------------...
Waktu kembali bergulir. Tiba saatnya waktu menunjukkan pukul setengah empat sore dan itu artinya jam pulang kantor pun tiba.
''Akhirnya, kelar juga kerjaan.'' ucap Ranum sembari meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah seharian penuh berada di depan meja komputer.
''Nih bu atasan, silahkan dikoreksi sudah aku kirimkan file nya di surel-mu.'' Ranum baru saja mengirimkan sebuah berkas pada Maya.
Maya pun segera membuka surel itu. Hanya sepintas saja Maya melihat dan membacanya, sudah bisa ia pastikan jika pekerjaan Ranum pasti sangat sempurna.
''Bagian mana yang perlu diperbaiki?'' tanya Ranum.
''Perfect!''
''Nggak ada cacat!''
''Semenjak ada kamu pekerjaanku sangat terbantu sekali. Benar-benar anak buah yang patut diandalkan.'' ucap Maya mengacungkan kedua jempolnya di wajah Ranum.
''Haisss... Aku sudah tidak mempan lagi dengan kata-kata manismu itu.'' ucap Ranum dengan memanyunkan bibirnya.
''Uluh.. uluh... Kamu tampak menggemaskan sekali saat manyun seperti itu, persis seperti El.'' canda Maya terkekeh.
''Aku kan memang menggemaskan, baru tahu?'' ucap Ranum penuh percaya diri.
''Dih!''
''Oh iya, kamu bisa pulang sekarang Num, biar nanti aku yang bereskan sisanya. Kamu jemput saja El kasihan kalau anak kamu harus menunggu terlalu lama.'' ucap Maya sambil melirik jam di dinding.
''Masih lima belas menit lagi, aku tidak ingin korupsi waktu.'' jawab Ranum.
''Terserah kamu sajalah.''
Ranum mulai membereskan meja kerjanya, merapikan file-file yang berserakan. Dan juga membenarkan letak foto yang berada di atas meja kerjanya, sebuah foto yang ia ambil saat sedang bertamasya di pantai bersama dengan putranya.
''Ranum?'' panggil Maya.
''Ya?''
''Kamu tahu, bos baru kita ternyata sangat perfeksionis dan juga kejam. Kamu tahu Dita dari divisi tiga, dia sampai menangis ketakutan karena dimarahi habis-habisan oleh pak Agam, bahkan katanya dia akan segera mengajukan resign.''
''Kenapa memangnya?'' tanya Ranum yang nampak tak begitu tertarik dengan topik pembicaraan yang sahabatnya itu katakan.
''Karena dia melakukan kesalahan fatal saat membuat rincian biaya kerja sama dengan perusahaan Bumi Terang. Bayangkan saja, dia menghilangkan satu digit di daftar itu. Sangat ceroboh memang, untung saja Pak Agam mengoreksinya langsung.'' jelas Maya.
''Ya, dia memang tidak pernah berubah sejak dulu.'' gumam Ranum.
''Hah? Apa yang kamu katakan tadi?'' tanya Maya sedikit tercengang.
''Oh, tidak. Tidak ada, lupakan saja.'' Ranum mengalihkan pembicaraan.
''Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?'' tanya Maya menerka-nerka.
''Tidak.'' jawab Ranum cepat.
''Aku dengar dari Yuda, El memanggil seseorang dengan papa tampan. Siapa dia? Dan setampan apa dia sampai El seperti itu? Tidak biasanya juga kan El begitu, apa lagi kata Yuda mereka baru pertama bertemu.'' tanya Maya.
Ranum pun hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar dan kembali menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi mendengar apa yang Maya katakan.
''Ada apa?'' Maya menarik kursinya mendekati Ranum.
''Tidak. Hanya saja ini membuatku merasa bersalah pada Elzein.''
''Entah mengapa, sejak El selalu menceritakan tentang lelaki itu, aku merasa jika sebenarnya dia membutuhkan sosok figur seorang ayah. Kamu tahu, sepanjang hari dia selalu membahas orang itu, bahkan saat akan tidur juga.'' jelas Ranum.
''Apa sekarang kau berpikir ingin mencarikan ayah untuk El?'' tanya Maya.
''Atau jangan-jangan kamu sudah pacar baru di belakangku? Ayo, cepat katakan siapa orangnya!'' tebak Maya.
''Kamu ini apa-apaan sih, May. Kamu tahu sendiri kan, selama ini aku hanya fokus pada tubuh kembang El. Mana sempat aku memikirkan hal lain selain itu.'' jawab Ranum.
''Bagaimana dengan Yuda?'' tanya Maya dengan hati-hati.
''Selama ini El sangat dekat dengannya. Mungkin tidak butuh waktu lama untuk kalian saling menyesuaikan diri.'' sambungnya.
''Yuda?'' gumam Ranum. Sejenak Ranum larut dalam renungannya.
Ranum pun mendekatkan kursinya dengan kursi milik Maya, mengikis jarak di antara mereka.
''Bolehkah? Apakah kamu merestui jika kami bersama?'' tanya Ranum.
''Tentu saja, kenapa tidak.'' jawab Maya dengan sedikit gugup.
''Ya, aku akui Yuda memang lelaki yang baik, bahkan sangat baik. Selama aku mengenalnya, tidak pernah sekalipun aku melihatnya melakukan kejahatan. Dia sangat menghormati dan tau bagaimana caranya memperlakukan seorang wanita. Dia juga adalah sosok lelaki yang sangat mandiri. Selain itu, dia juga sangat menyayangi Elzein. Dan bonusnya lagi dia adalah pria yang cukup tampan.'' ucap Ranum dengan membayangkan sosok Yuda.
''Benar-benar paket komplit, bukan?'' tanya Ranum pada Maya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ersa
Maya ada hati tuh ke Yuda
2023-08-12
1
satblu gaming
eh tapi.... tapi kann....
2023-05-17
2