Tidak pernah terbayangkan oleh Ranum, setelah lima tahun lebih berlalu, di malam itu akhirnya ia kembali bertemu dengan sosok lelaki yang pernah menghiasi hari-harinya waktu dulu.
''El, kamu kenapa nak? Mana yang sakit sayang? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?'' ucap Ranum dengan panik. Ia langsung berlari menghampiri putranya ketika ia diberi tahu jika Elzein mengalami sebuah kecelakaan oleh salah satu pelayan di kafe milik Yuda saat ia selesai berganti pakaian tadi.
''Tenang, Ranum.'' ucap Yuda.
''Tadi Dewi bilang sama aku kalau El terluka. Mana yang sakit, nak?'' jelas Ranum dengan raut cemas di wajahnya.
''El baik-baik saja, Num. Tenanglah. Kamu bisa lihat sendiri kan?'' jawab Yuda berusaha menenangkan Ranum yang nampak kalut.
''Iya, mama. El nggak sakit kok. Hanya luka kecil biasa nanti juga akan segera sembuh.'' jawab Elzein dengan senyuman yang mengambang di wajah tampannya.
Sejak ia tiba di tempat itu, Ranum sama sekali tidak menyadari siapa sosok lelaki yang berada di antara mereka. Seorang lelaki yang tak lain adalah orang yang telah melukai putranya, ia terlalu cemas dan panik terhadap kondisi Elzein jadi tak begitu memperdulikan keadaan di sekelilingnya. Setelah memastikan kalau Elzein baik-baik saja, Ranum pun baru menyadari satu hal bahwa kini ada orang lain di antara mereka. Ia mengangkat wajahnya dan melihat ke arah lelaki itu.
Deg!
Untuk sejenak jantungnya seolah terasa berhenti berdetak. Setelah peristiwa siang itu di kantor, kini ia harus kembali bertemu dengan lelaki itu.
''Agam?'' gumam Ranum dengan rasa keterkejutan yang tak dapat ditutupi dari paras cantiknya.
Lelaki itu pun hanya diam mematung. Dingin, dan nampak garis wajahnya yang mulai mengeras.
''Kamu kenal?'' tanya Yuda pada Ranum.
Ranum pun mengangguk dengan ragu-ragu.
Untuk sesaat mereka semua terdiam, hingga pertanyaan Elzein pun membuyarkan keheningan yang sejenak tercipta di antara mereka.
''Mama ini adalah papa tampan yang pernah El ceritakan pada mama waktu itu. Mama ingat kan?'' tanya Elzein.
Ranum semakin mematung tak bergeming. Mulutnya tiba-tiba saja terasa kaku dan kelu.
''Halo papa tampan, kita bertemu lagi.'' ucap Elzein dengan polosnya.
''Oh iya, kenalkan ini adalah mama El, mama tercantik di dunia yang paling El sayangi.'' ucapnya sambil menunjuk ke arah Ranum yang masih diam membeku.
''Dan ini adalah papa Yuda.'' El memperkenalkan satu persatu orang dewasa yang berada di dekatnya pada Agam.
''Elzein!'' panggil Ranum dengan intonasi nada yang sedikit naik dan itu berhasil membuat Elzein langsung menekuk wajah tampannya dan bersembunyi di balik dada bidang milik Yuda. Jika ibunya memanggilnya dengan intonasi seperti itu, ia langsung memahami bahwa ada kesalahan yang telah ia perbuat saat itu. Anak lelaki itu menyadari bahwa nada bicara ibunya tak seperti biasanya. Namun, Elzein tak mengetahui kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga membuat ibunya nampak begitu marah.
''Jadi, ini anak kamu?'' tanya Agam dengan yang terdengar sinis.
''Pantas saja.'' ucapnya lagi dengan nada yang cukup meremehkan. Ia menyilangkan kedua tangannya pada dada bidangnya.
''Lelaki mana lagi yang berhasil kamu perdayai dengan tipu muslihatmu itu?'' imbuh Agam dengan nada bicara yang cukup dingin dan mematikan.
''Jaga bicara anda!'' ucap Yuda yang merasa tak terima mendengar apa yang Agam katakan.
''Cih!'' decak Agam.
''Jika anda adalah seorang laki-laki dewasa, tidak sepantasnya anda merendahkan seorang perempuan dengan kata-kata seperti itu.''
''Apakah anda tidak pernah diajarkan etika untuk menghargai seorang perempuan!'' kesal Yuda yang mulai terbawa emosi.
''Harga?'' ucap Agam dengan nada yang terdengar begitu merendahkan.
''Kurang ajar!'' ucap Yuda mulai tak bisa mengontrol emosinya.
''Yud, udah. Jangan berantem di sini.'' cegah Ranum berusaha melerai tangan Yuda yang mulai terkepal dan siap menghajar Agam.
''Ada El di sini dan kita masih ada di kafe!'' Ranum memperingati.
Mendengar apa yang Ranum ucapkan, Yuda pun mulai melonggarkan kepalan tangannya kemudian melayangkannya ke udara, setelah tadi tangannya sempat terkepal erat hingga nampak sedikit pucat.
''Sebaiknya anda pergi dari sini. Pintu keluar ada di sebelah sana. Sebelum saya berubah pikiran.'' ucap Yuda pada Agam dengan nada memerintah.
Agam pun langsung berjalan keluar meninggalkan kafe milik Yuda dengan amarah yang begitu membuncah. Entah mengapa ia merasa begitu kesal dan marah.
Sepeninggal Agam dari kafe milik Yuda, keadaan mulai menjadi tenang kembali. Beruntung keadaan yang sempat menegang di dekat pintu keluar kafe tadi tak sedikitpun menganggu para pengunjung yang berada di sana.
''Kalian nggak kenapa-kenapa kan?'' tanya Yuda memastikan.
''Nggak apa-apa, Yud. Kami baik-baik saja. Terima kasih.'' jawab Ranum.
''Sebenarnya siapa lelaki tadi?'' tanya Yuda yang masih sedikit emosi.
''Dia adalah bos baruku di kantor.'' jawab Ranum jujur.
Mendengar jawaban Ranum, Yuda tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu di balik nada getir yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Namun, ia tak ingin memaksa Ranum untuk menceritakan yang sebenarnya kepadanya untuk saat ini. Ia lebih memilih diam dan tak bertanya lagi.
''El, kita pulang sekarang ya nak.'' ucap Ranum kembali.
''Aku antar!'' sahut Yuda dengan cepat.
''Nggak usah, Yud. Aku bawa mobil sendiri kok.'' ucap Ranum.
Dari arah pintu belakang, datanglah Tomi, asisten Yuda di kafe.
''Mbak Ranum, sepertinya ban belakang mobil mbak Ranum kempes.'' kata Tomi.
''Astaga!'' ucap Ranum dengan menghembuskan nafasnya kasar.
''Untuk kali ini aku tidak menerima penolakan. Sekalian kita mampir ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan Elzein, takutnya nanti akan selesai sampai larut.'' ucap Yuda.
''Lalu, kafe?'' tanya Ranum.
''Tenang saja, ada Tomi.'' ucap Yuda sambil melirik Tomi.
Tomi pun mengangguk paham.
''Bagaimana El? Papa Yuda antar kamu ke rumah sakit dulu ya?'' tanya Yuda pada Elzein.
Elzein pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda menyetujui ucapan Yuda.
''Tapi?'' ucap Ranum sedikit ragu.
''Biar mobil kamu di taruh di sini dulu, besok pagi akan aku hubungi orang bengkel untuk memeriksanya. Setelah itu, biar pegawaiku yang akan mengantar mobilmu ke kantormu.''
''Baiklah.'' jawab Ranum pada akhirnya.
Cahaya malam temaram kini mulai meredup. Langit-langit malam mulai nampak gelap dan menyisakan keheningan.
Elzein sudah terlelap dalam dekapan Ranum. Setelah tadi pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan keadaanya, kini Elzein sudah terlelap pulas.
Ranum kembali mengingat pertemuannya dengan Agam. Kembali teringat di kepalanya tentang cerita yang tlah lalu yang kau paksa tamat di malam tahun baru kala itu, meski kini sudah mengabu di kepalaku. Di sini, kembali ingin ia perjelas bahwa masih ada rindu untuk menyapamu, bukan kamu. Sederhana ya bahagiaku, kembalimu memang tak pernah aku tunggu, tapi terima kasih kamu sudah menyapa lebih dulu meski dengan kata-kata yang mampu membuatku kelu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ersa
puitis Thor🌹
2023-08-12
1
Ersa
eh ternyata Ranum 🤭🤭
2023-08-12
1
satblu gaming
mengkaget thorr...
2023-05-17
3