Mengungkit kembali

''Apa!'' seru Maya karena merasa sangat terkejut begitu mendengar apa yang Ranum katakan kepadanya.

''Kau sedang tidak berbohong kan!'' ucap Maya kembali setelah suasana kembali tenang.

''Apa aku nampak sedang berbohong?''

''Tidak juga..'' jawab Maya.

''Pantas saja El memanggilnya dengan panggilan papa tampan, Pak Agam kan memang sangat tampan.'' ucap Maya.

''Kau ini sama saja dengan El.'' Ranum merasa sedikit kesal karena sahabatnya itu ikut memuji Agam.

''Kenapa? Dia memang benar-benar tampan bukan?''

''Dan menurut feeling-ku kalian akan ditakdirkan untuk berjodoh.'' tambahnya.

''Kamu ini ngomong apa sih, jangan ngawur!''

Jam pulang kantor telah tiba. Namum sepertinya Ranum akan pulang lebih larut dari biasanya, banyak pekerjaan yang harus segera ia selesaikan saat itu juga.

''Kamu pulang duluan saja, aku akan menyelesaikan ini terlebih dahulu.'' ucap Ranum masih fokus dengan layar komputernya.

''Apa kamu nggak apa-apa aku tinggal sendirian? Aku benar-benar merasa tidak enak hati.'' ucap Maya.

''Tenang saja, lagi pula sebentar lagi ini juga akan selesai.''

''Oh iya, apa El sudah pulang sekolah?'' Maya melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul tiga sore.

''Kebetulan hari ini dia libur sekolahnya, jadi dia di rumah bersama sus Mini.''

''Oh.. gitu..''

''Sana cepat pulanglah, Yuda pasti sudah tak sabar ingin bertemu denganmu.'' kata Ranum.

''Apaan sih!'' ucap Maya dengan tersipu.

Ya, setelah pengakuan Maya tentang perasaannya pada Yuda waktu itu, kini ia menjadi sedikit punya nyali untuk mendekati Yuda.

''Kalau begitu aku pulang duluan ya. Jangan terlalu dipaksakan. Jika lelah kamu bisa lanjutkan besok pagi.'' pamit Maya.

''Hm, aku tahu.''

''Aku pulang duluan ya, Num.''

''Hati-hati..'' Ranum melambaikan tangannya pada atasan sekaligus sahabatnya itu.

Ranum segera menyelesaikan pekerjaannya. Ia tidak ingin membuat Elzein menunggunya lebih lama, namun ia juga tidak ingin membawa pekerjaan pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, ia hanya ingin fokus mengurus dan menemani putranya.

''Akhirnya beres juga.'' ucap Ranum sembari meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

''Akhirnya aku bisa pulang sekarang.'' ucapnya.

Saat ia sedang bersiap-siap untuk pulang, muncul satu notifikasi di ponselnya. Di sana tertulis ada sebuah pesan dari Maya.

''Ranum, tolong serahkan berkas berwarna merah yang tadi sudah aku tanda tangani ke ruangan Pak Agam, ya. Aku benar-benar lupa, maafkan aku. Terima kasih cantik *emoji cium*''

''Hah! Yang benar saja!'' gerutu Ranum setelah membaca pesan itu.

Lalu, muncul sebuah notifikasi lagi di ponselnya.

''Ini semua menyangkut keselamatan banyak orang. Jadi jangan sampai kamu mengabaikan perintah ini dan melakukan kesalahan! *emoji wajah menjulurkan lidah*''

''Bisa-bisanya dia melupakan berkas yang sangat penting ini.''

''Benar-benar nih anak! Sepertinya dia sengaja mengerjai aku.'' kesal Ranum dan merasa sedikit frustasi.

Mau tak mau Ranum harus melaksanakan perintah Maya. Ranum pun berusaha mencari cara agar bisa menyerahkan berkas itu di meja Agam tanpa harus bertemu dengan pemilik ruangan itu.

''Semoga saja orang itu sudah pulang.'' Ranum memeluk berkas yang ada di genggaman tangannya dengan erat.

''Apa aku titipkan saja ya pada asistennya? Tapi jika sampai tercecer atau hilang, pasti aku akan disalahkan oleh banyak orang. Ah, sudahlah semoga saja aku tidak bertemu dengannya.'' ucap Ranum dalam hatinya.

Ranum mulai meneliti keadaan di sekitar untuk memastikan keberadaan Agam di ruangannya.

''Syukurlah. Tidak ada orang di sini. Sepertinya dia juga sudah pulang.'' ucap Ranum merasa sedikit lega.

Dengan sangat hati-hati ia mengetuk pintu itu dengan perlahan. Setelah memastikan jika semuanya aman, ia segera membuka handle pintu itu dengan sangat pelan. Secepat kilat ia meletakkan berkas di atas meja kerja milik Agam. Namun saat ia hendak membuka pintu untuk berjalan keluar dari ruangan itu, pintu itu pun terbuka terlebih dulu.

''Astaga!'' teriak Ranum kaget. Ia tidak menyangka jika pintu itu akan terbuka. Ia begitu kaget dan tak menyangka jika Agam lah orang yang membuka pintu itu.

''Sedang apa kau di sini?'' tanyanya dingin.

''Emm.. anu pak.'' ucap Ranum dengan tergagap. Lidahnya mendadak kelu, saat itu ia merasa seperti seorang maling yang tertangkap basah oleh pemilik rumah.

''Bicara yang jelas!'' gertak Agam.

''Emm.. itu pak. Saya diperintah oleh bu Maya untuk mengantarkan berkas ini di meja bapak. Karena sudah berulang kali saya mengetuk pintu ruangan bapak namun tidak ada jawaban, jadi saya berinisiatif untuk langsung masuk ke dalam. Maafkan saya pak.'' ucap Ranum dengan kepala yang tertunduk.

''Apa menurut kamu sopan masuk ke ruangan orang lain tanpa dipersilakan terlebih dulu?''

''Bukan maksud saya seperti itu, pak.'' Ranum berusaha untuk membela dirinya sendiri.

''Dan juga perbutan kamu ini melanggar privasi orang!'' ucap Agam dengan nada dingin.

''Saya benar-benar minta maaf.'' sahut Ranum merasa bersalah.

''Tunggu di sini. Akan aku periksa berkas yang kau buat ini.''

''Tapi pak sekarang sudah jam pulang kantor.'' elak Ranum tak ingin berlama-lama di ruangan yang sama dengan Agam.

''Duduk!'' perintah Agam tanpa menghiraukan ucapan Ranum.

Ranum merasa ragu untuk duduk, jadi ia lebih memilih untuk tetap berdiri saja.

''Saya bilang duduk! Kenapa masih berdiri di situ. Apa kamu tidak mendengar apa yang saya katakan?''

''Ba-baik pak.'' Ranum segera mendudukkan tubuhnya pada sebuah kursi yang terletak di sisi meja kerja atasannya itu.

''Siapa yang membuat ide ini?'' tanya Agam masih fokus dengan lembaran kertas di tangannya.

''Saya pak.'' jawab Ranum lirih dengan menundukkan kepalanya.

''Angkat kepalamu. Jika ada lawan bicara yang sedang mengajakmu berbicara seharusnya kau memperhatikan itu.''

''Baik, pak.'' Ranum pun mulai mengangkat kepalanya dan menatap lawan bicaranya.

''Apa kamu tahu, dalam kertas ini ada ratusan bahkan ribuan orang yang tergantung pada ini.'' ucap Agam sambil menunjukkan berkas yang sedang ia pegang.

''Iya, pak saya tahu.''

''Lalu, apa menurut kamu ini sudah benar?'' tanya Agam.

''Ya, pak. Saya sudah membuat ini sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Bapak juga bisa lihat sendiri di situ jika Bu Maya dan Pak Andre sudah menyetujuinya juga.'' jawab Ranum.

''Lalu, jika aku tidak mau menanda tangani berkas ini bagaimana?'' ucap Agam dengan dingin.

Ranum pun nampak terkejut mendengar apa yang Agam katakan. Ia mulai menduga-duga jika ada kesalahan dalam berkas itu. Namun, sudah ribuan kali ia membaca ulang untuk memastikan agar tidak ada kesalahan sedikit pun di sana.

''Tapi bisa saya pastikan jika tidak ada kesalahan sedikit pun dalam berkas itu, pak.'' jawab Ranum dengan yakin.

''Berkas ini memang tidak salah, tapi kamu yang salah.'' ucap Agam dengan tatapan yang sangat mematikan.

Deg!

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

modusmu Gam..Gam..🙉

2023-08-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!