Kidung Renjana
Kring!! Kring!! Kring!!
''Hais, berisik sekali.'' gerutu Ranum sembari kembali mematikan dering jam weker di nakas dekat tempat tidurnya.
Namun, dering jam weker itu terus berbunyi memecah tautan mimpi Ranum, sehingga mau tak mau ia pun terbangun dari mimpi indahnya.
''Astaga! Sudah pukul setengah tujuh?'' gerutu Ranum dan dengan terpaksa ia pun membuka kelopak matanya meski rasa kantuk dan lelah memenuhi kedua matanya setelah semalaman begadang menyelesaikan pekerjaannya. Ia pun segera beranjak dari kasur nyamannya dan berlari keluar dari kamarnya.
''El! Bangun nak!'' teriak Ranum dengan tergesa-gesa sembari mengucek bola matanya untuk menghilangkan kantuk.
''Iya, mama?'' jawab Elzein yang kini tengah duduk sembari memakan roti selai coklat di meja makan dengan pakaian yang sudah rapi.
''El? Kamu sudah bangun, sayang?'' Ranum begitu terkejut melihat putranya sudah duduk rapi di meja makan.
''Iya, mama. Tadi El bangun sendiri dan melihat mama masih tidur, jadi El langsung mandi. Anak mama kan sudah besar sekarang.'' ucap Elzein dengan begitu menggemaskan.
''Maaf ya nak, mama kesiangan. Anak mama memang hebat.'' ucap Ranum dengan mengacungkan kedua jempol tangannya.
''Nggak papa mama, El tau mama capek karena bekerja sampai malam. Ini El juga sudah buatkan sarapan untuk mama.'' Elzein menyodorkan sepotong roti panggang yang ia buat sendiri dengan olesan selai coklat di atasnya dan juga secangkir susu hangat.
''Uh, anak mama..'' Ranum merasa begitu terharu dengan sikap putra semata wayangnya itu. Kemudian, ia pun membawa sang putra ke dalam dekapannya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Ranum pun segera bersiap untuk mengantarkan putranya menuju sekolahnya. Ia mengendarai sebuah mobil sederhana yang selama ini dapat membawanya kemanapun ia pergi.
Setelah sampai di sekolah Elzein, Ranum pun segera membawa sang putra memasuki gerbang sekolahnya.
''Sayang, sekolah yang rajin ya. Nanti mama akan usahakan agar tidak terlambat lagi menjemput kamu.'' ucap Ranum sembari membelai kepala putranya dengan penuh kasih sayang.
''Iya, mama.'' jawab Elzein patuh.
''Kalau begitu, segera masuklah. Mama berangkat kerja dulu ya nak.'' pamitnya setelah bergantian mencium kedua pipi putranya.
''Mama ih, jangan cium El di sekolah. El malu, dilihatin orang-orang.'' ucap Elzein dengan wajahnya yang sudah memerah.
''Ups.. Maaf sayang, mama lupa habisnya kamu terlalu menggemaskan.'' ucap Ranum begitu gemas.
''Ya sudah, belajar yang pinter ya. Bye El..'' ucap Ranum sebelum beranjak dari tempatnya semula.
''Bye mama!'' seru El sambil berlari menghampiri gurunya yang sudah menyambutnya di halaman sekolah.
Kemudian, Ranum segera melajukan kendaraannya menuju sebuah gedung bertingkat yang cukup megah tempatnya mengais rejeki. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, ia pun tiba di kantornya.
''Syukurlah, masih ada waktu.'' ucapnya begitu memarkirkan mobilnya.
Ranum pun segera turun dari mobilnya dan berjalan dengan langkah panjang untuk menuju ruangannya.
''Selamat pagi, mbak Ranum.'' sapa seorang laki-laki yang selalu berdiri menyambut kedatangannya di kantor.
''Pagi, juga mas Sapto.'' balasnya dengan ramah.
''Seperti biasanya, rapi dan klimis.'' jawab Sapto, salah satu sekuriti yang selalu berjaga di depan pintu masuk kantornya.
''Terima kasih. Aku masuk dulu, ya. Fighting!'' balas Ranum.
''Monggo, mbak.'' ucapnya mempersilakan.
Begitu memasuki loby perusahaannya, Ranum begitu heran karena melihat banyak karyawan yang berkumpul di sana.
''Num, Ranum!'' teriak salah seorang dari kerumunan itu.
Ranum pun segera menghampiri panggilan itu.
''Ada apa sih? Rame banget?'' tanyanya.
''Kamu lupa? Hari ini kan kantor kita akan kedatangan bos baru.'' jawab Maya mengingatkan.
''Oh...'' jawab Ranum.
''Kok, oh, sih? Sana buruan taruh tas kamu dan segera kembali ke sini. Kita harus menyambut kedatangan bos baru kita.''
''Asal kamu tahu, bos baru kita ini katanya masih muda dan sangat tampan.'' ucap Maya dengan mata yang berbinar.
''Haiss!'' jawab Ranum dengan mengabaikan sahabatnya itu dan berjalan menuju meja kerjanya sebelum kembali ke loby guna menjalankan instruksi atasannya untuk menyambut kedatangan CEO baru di tempatnya bekerja.
Namun, saat ia hampir tiba di loby tiba-tiba saja perutnya terasa sangat sakit.
''Aduh, kok tiba-tiba sakit perut sih. Aku ke toilet dulu deh.'' Ranum pun membelokkan arah kakinya menuju toilet guna menuntaskan hajatnya.
Di sisi lain, di lobby salah satu perusahaan ternama, mereka sedang harap-harap cemas menantikan kedatangan bos baru mereka.
''Udah kumpul semua, kan?'' tanya Pak Andre, manajer di sana.
''Sudah.'' jawab mereka serentak.
Mendengar pertanyaan atasannya itu, Maya pun baru teringat akan sahabatnya yang belum juga kembali.
''Ini si Ranum kemana sih? Taruh tas doang, lama amat.'' ucap Maya dengan cemas.
''Buruan dong, Num. Mana aku nggak bawa handphone lagi, ih.'' kesalnya.
Tak berselang lama, sebuah mobil sedan hitam terparkir di depan pintu. Kini, semua pandangan pun tertuju pada kedatangan mobil itu. Dan betapa tatapan itu semakin teralihkan tatkala seorang pria muda keluar dari mobil dengan setelah jas hitam yang begitu menawan. Lelaki itu berjalan begitu mantap dan percaya diri memasuki ruangan. Semua mata dibuat terpukau dengan pemandangan indah di hadapan mereka.
''Gila! Ini sih lebih dari ganteng. Sempurna banget.'' bisik beberapa karyawati di sana dengan penuh kekaguman.
''Iya, Cha Eun Woo mah lewat!'' balas karyawati yang lain dengan berbisik.
''Pantes ganteng, bapaknya aja udah tua juga masih ca'em gitu.''
''Ya ampun, oppa!'' ucap Maya ikut dibuat kagum dengan kehadiran bos barunya itu.
''Ehem!'' ucap Pak Andre berusaha mengkondisikan suasana yang nampak riuh penuh kekaguman tersebut.
''Selamat pagi! Kami ucapkan selamat datang pada Pak Hermawan dan juga Pak Agam di perusahaan ini.'' ucap Pak Andre.
Gelak tepuk tangan pun mewarnai pesta sambutan sederhana itu.
''Terima kasih, Pak Andre.'' jawab Pak Hermawan dengan begitu berwibawa.
''Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih pada kalian semua, karena kedatangan kami telah menyita waktu kalian dan juga atas sambutan yang begitu hangat pada kami, terlebih pada putra saya. Seperti yang sudah kalian ketahui, putra saya, Agam Birendra Wicaksana kiranya nanti akan menggantikan tugas saya di sini. Mohon kerja samanya semua.'' imbuhnya lagi.
Riuh tepuk tangan pun semakin bergemuruh mewarnai penyambutan bos baru mereka.
''Agam, ada yang ingin kamu sampaikan?'' tanya Pak Hermawan pada putranya.
''Tidak!'' jawab Agam dengan singkat dan dengan nada yang terkesan angkuh.
''Baik, karena sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi. Saya cukupkan sampai di sini, kalian boleh kembali. Terima kasih.'' ucap Pak Hermawan.
Mereka pun memberikan hormat dan bergegas meninggalkan ruangan itu untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
''Nah, ini. Kemana aja kamu?'' tanya Maya pada Ranum yang baru saja bergabung dengan Maya dan teman-temannya yang lain.
''Udah selesai ya?'' tanya Ranum.
''Kita udah bubar gini ya tandanya udah selesai dong!'' jawab Maya.
''Ya maaf, mendadak mules.'' jawab Ranum tanpa rasa bersalah.
''Gila ya, ganteng sih tapi songong banget!'' ucap salah satu diantara mereka.
''Songong juga nggak papa, termaafkan oleh ketampanannya.''
''Kenapa sih?'' tanya Ranum penasaran.
''Makan tuh ganteng!'' balas Maya yang merasa kesal dengan sikap angkuh atasan barunya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Selviana
Mampir juga di novel baru aku yang berjudul (Pengorbanan Cinta Arumi)
2023-05-20
1
Kanjeng ayu
akhirnya up lagi thor, aku menunggu cerita2mu 😍😍😍
2023-05-06
7