Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, adalah waktu yang selalu dinantikan oleh karyawan yang berada di kantor itu.
Ranum pun mengambil kunci mobil dari dalam tasnya dan segera beranjak dari meja kerjanya.
''Ranum, kamu mau kemana?'' tanya Maya yang heran melihat sahabatnya yang nampak terburu-buru.
''Aku harus jemput El, sebentar lagi waktunya dia pulang sekolah.'' jawab Ranum.
''Eitsss..'' ucap Maya mencegah kepergian sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.
''Pukul tiga nanti kita masih ada meeting, sekaligus perkenalan secara resmi dengan bos baru kita.'' kata Maya mengingatkan.
''Ya ampun, bagaimana ini? El pasti sudah menunggu.'' ucap Ranum kebingungan.
''Suruh Yuda saja yang menjemput El, dia pasti bersedia.'' usul Maya.
''Yuda pasti sedang sibuk sekarang, aku tidak ingin merepotkannya.'' ucap Ranum sambil melirik jam kulit berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
''Dia kan bosnya, bos mah tinggal duduk-duduk aja kali kerjaannya.'' ucap Maya.
''May, kalau aku nggak ikut rapat gimana? Lagian kan aku belum pegawai tetap di sini.'' tanya Ranum.
''Oh, tidak bisa. Kata Pak Andre semua divisi harus ikut meeting sore ini.'' jawab Maya.
Ranum merasa begitu bimbang. Ia harus segera menjemput putranya namun satu jam lagi ia juga harus mengikuti meeting bersama para petinggi perusahaan tempatnya bekerja.
''Masih ada waktu.'' ucap Ranum dalam hati.
''May, seperti biasanya ya!'' ucap Ranum segera bergegas meninggalkan Maya.
''Woi! Yaelah, kebiasaan deh tuh anak.'' gerutu Maya, namun dalam hatinya merasa salut sekaligus iba pada sahabatnya itu.
Jalanan kota siang ini nampak sedikit lengang. Ranum mulai menambah laju kecepatan kendaraannya agar segera tiba di sekolah Elzein. Setelah dua puluh menit perjalanan, Ranum tiba tepat pada saat jam pulang sekolah tiba. Ia pun segera mencari putranya dari kerumunan anak-anak yang berhamburan keluar dari kelas.
''Mama!'' teriak Elzein begitu melihat ibunya. Ranum pun melambaikan tangannya pada putranya itu. Segera mereka masuk ke dalam mobil dan memakai sabuk pengaman.
''Sayang, mama harus kembali ke kantor lagi karena mama masih ada meeting. El ikut mama sebentar ya?'' ucap Ranum sebelum menyalakan mesin mobilnya.
''Oke, El akan ikut mama dan jadi anak yang baik.'' ucap Elzein dengan senyumnya yang menawan.
''Terima kasih sayang. Let's go!''
Kini, Ranum membawa Elzein masuk ke dalam ruang kerjanya. Kebetulan di ruangan itu, hanya ada meja kerjanya dan juga meja kerja milik Maya.
''Halo mama angkat.'' sapa Elzein dengan senyumnya yang sangat menawan begitu memasuki ruangan.
''Halo anak mama Maya, kamu baru pulang sekolah ya?'' tanya Maya pada Elzein.
''Hu'um.'' Elzein menganggukkan kepalanya.
''Tepat waktu, yuk kita segera ke ruang pertemuan sebelum terlambat.'' ajak Maya.
''Sebentar!''
''Sayang, mama pergi dulu ya sebentar. Kamu tunggu di sini dan jangan pergi kemanapun.'' Ranum memperingati putranya itu.
''Siap, mama!'' jawab Elzein patuh.
''Kenapa pakai masker? Kamu sakit?'' tanya Maya yang melihat Ranum mengambil masker wajah dari dalam tasnya.
''Enggak kok, aku hanya kurang begitu suka dengan aroma pengharum ruangan di ruang rapat itu.'' ucap Ranum.
''Masih kebawa aroma ngidam? Padahal usia El kan sekarang udah hampir lima tahun.'' goda Maya.
''Sepertinya begitu.'' ucap Ranum dengan terkekeh.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ruang rapat di lantai lima. Lantai lima di perusahaan itu memang sengaja di khususkan untuk menggelar berbagai acara, mulai dari meeting, perjamuan, pesta akhir tahun, dan acara lainnya. Dan beberapa petinggi perusahaan pun sudah berkumpul di sana. Masing-masing diantara mereka telah duduk pada kursi yang memang sudah terpasang atas nama mereka.
Di sisi ruangan lain, Elzein sedang sibuk dengan mainannya. Ia menyusun berbagai potongan balok Lego kesukaannya. Namun, saat ia sedang asyik bermain, tiba-tiba saja Elzein merasa ingin buang air. Ia pun segera berlari menuju toilet di dekat ruang kerja ibunya.
''Eh, dek. Toiletnya sedang diperbaiki.'' ucap petugas yang sedang bertugas memperbaiki toilet itu.
''Aduh, El kebelit pipis om. Masa El pipis di toilet perempuan? El kan anak laki-laki.'' ucap Elzein sambil menahan kakinya agar tidak ngompol.
''Kalau begitu, kamu bisa pipis di lantai empat atau di lantai dua di bawah.'' usul petugas itu.
''Benar juga. Terima kasih om.'' ucap Elzein segera berlari menaiki tangga menuju lantai empat.
Ia pun segera masuk ke dalam salah satu bilik toilet untuk menuntaskan hajatnya.
''Lega..'' ucapnya.
Elzein pun segera berjalan keluar dan mencuci tangannya sambil menghadap cermin. Ia mulai mencuci tangannya dengan sabun hingga bersih dan menata rambutnya agar nampak rapi layaknya orang dewasa yang sedang menata tatanan rambutnya. Tanpa diduga, disebelahnya berdiri ada seorang laki-laki berpenampilan rapi juga sedang mencuci tangannya dan sedikit merapikan rambutnya yang memang sudah rapi. Elzein pun melirik ke arah pria dewasa itu. Ia pun merasa begitu kagum pada pria dewasa yang berdiri di sebelahnya.
''Wah, om sangat tampan.'' ucap Elzein dengan polosnya.
Sontak pria itu pun baru menyadari bahwa ada anak lelaki kecil di sebelahnya.
''Siapa kamu?'' ucap Agam dengan sedikit terkejut.
''Kenalkan namaku adalah Elzein Japa, tapi mama dan yang lainnya selalu memanggilku El.'' ucap Elzein sembari mengangkat tangannya untuk bersalaman.
''Kenapa kamu bisa ada di sini? Dimana orang tuamu? Bisa-bisanya membiarkan anak kecil berkeliaran di sini sendirian?'' tanya Agam.
''Om, om sangat tampan. Om sangat cocok dan memenuhi kriteria untuk menjadi papa El.'' ucap Elzein dengan tatapan yang berbinar. Ia mengacuhkan pertanyaan Agam sebelumnya.
''Bicara apa kamu?'' ucap Agam merasa heran dengan perkataan anak kecil di hadapannya.
''Siapa nama om? Kenapa diam saja?'' tanya Elzein.
''Kata mama, papa El itu bertubuh tinggi dan sangat tampan. Dan om adalah orang yang sangat tampan dan keren. Apakah om mau menjadi papaku?'' tanya Elzein kembali.
''Apa-apaan kau ini?'' ucap Agam merasa heran dan sedikit kesal.
''Mau ya om?'' mohon Elzein lagi.
''Pergi sana, cari orang tuamu! Bisa-bisanya membiarkan anak kecil sepertimu berkeliaran seorang diri di sini. Lagi pula ini kantor, bukan tepat bermain.'' gerutu Agam.
''Kalau om tidak mau mengatakan nama om, maka aku akan memanggil om dengan sebutan papa tampan. Bagaimana?'' ucap Elzein lagi dengan mengedipkan matanya.
''Hei anak kecil, apa setiap bertemu dengan lelaki tampan akan kau panggil dengan sebutan papa juga?'' tanya Agam.
''Tentu tidak, hanya om yang akan menjadi papaku.'' jawab Elzein dengan polosnya.
Tiba-tiba saja, dari arah lain muncul sosok lelaki yang berjalan ke arah mereka dan memanggil Elzein dengan cukup lantang. Kedua lelaki berbeda usia itu pun sontak menengok ke arah sumber suara.
''El!'' ucap lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ersa
🙈😁
2023-08-12
1
Nurul Azizah
lanjuuut mulai seru
2023-05-28
2
Kanjeng ayu
lanjut thor, seruuu
2023-05-06
4