Suara kokok ayam jantan telah terdengar bertalu-talu sejak fajar. Menyapa sang mentari yang masih malu-malu di singgasana kekar. Menghapus gelap yang mengurungnya semalaman. Perlahan-lahan semburat merah muncul di ufuk timur. Suara kokok ayam jantan makin nyaring terdengar. Burung-burung berkicau bersahutan. Ranumnya celoteh burung gereja dan pula riangnya tarian camar. Hangat bersama hembusan angin yang terhirup segar.
Ranum membuka jendela rumahnya lebar-lebar. Hawa sejuk langsung menyergap masuk ke dalam rumah yang berukuran sedang namun cukup nyaman itu. Dari balik jendela, ia menyempatkan diri menyapa sang mentari pagi. Menyambut hangat hembusan udara pagi yang nikmat. Lalu, ia pejamkan matanya untuk sesaat. Hangat. Hingga lamunannya buyar ketika mendengar seseorang mengetuk pintu depan rumahnya.
Tok.. tok.. tok...
''Siapa sih pagi-pagi gini sudah bertamu?'' tanya Ranum pada dirinya sendiri.
Belum sempat Ranum beranjak dari tempatnya berada, Elzein lebih dulu berlari untuk membukakan pintu.
''Biar El yang buka pintu, mama.'' teriak Elzein.
''Baiklah.'' jawab Ranum.
Dengan cepat Elzein berlari menuju arah pintu. Sepertinya ia sudah tak sabar menantikan siapa tamunya yang datang pagi ini.
''Papa!'' seru Elzein begitu pintu terbuka.
''Hai jagoan, selamat pagi. Papa datang lagi.'' sapa Agam begitu Elzein membukakan pintu untuknya.
''Tepat waktu.'' ucap Elzein sambil melirik jam berbentuk Iron Man di tangannya.
''Tentu saja, jam setengah tujuh tepat. Tidak lebih tidak kurang.'' jawab Agam.
''Papa ayo masuk!''
Dari arah dapur, Ranum pun berkata.
''Siapa yang datang El?'' tanya Ranum penasaran.
''Papa!'' jawabnya.
Ranum pun langsung menaruh sebuah apel yang sedang ia cuci dan langsung berjalan menuju ruang tamu.
''Ngapain kamu ke sini lagi? Semalam kan aku sudah memperingatkan mu untuk tidak menemui kami lagi!'' ucap Ranum.
''Aku datang ke sini karena sudah ada janji dengan seseorang.'' jawab Agam santai.
''Mama, mama jangan marah-marah sama papa nanti mama cepat tua.'' kata Elzein menengahi.
''El, mama kan sudah berulang kali bilang sama kamu. Jangan pernah membukakan pintu untuk orang asing apa lagi mempersilakannya masuk ke dalam rumah. Itu berbahaya, sayang.''
''Tapi papa bukan orang asing, mama.'' jawab Elzein.
Sejenak Ranum memperhatikan Elzein dan juga Agam secara bergantian.
''Oh... Jangan-jangan kalian bersekongkol ya? Ini pasti akal-akalan kamu. Kamu sengaja kan melakukan ini!'' tanya Ranum pada Agam.
''Tidak. Ini semua hanya kebetulan.'' jawab Agam.
''El, kamu masuk ke kamar dulu ya. Mama mau bicara dengan orang ini.'' perintah Ranum.
''Baiklah...'' jawab Elzein pasrah.
Elzein berjalan dengan lesu dan menuju kamarnya. Namun, ia tidak menutup pintu kamarnya. Ia malah bersembunyi di balik pintu untuk mendengarkan apa yang orang dewasa itu akan katakan.
''Mau bicara apa?'' tanya Agam dengan santai dan langsung mendudukkan dirinya pada sebuah sofa empuk di ruang tamu rumah Ranum.
''Sebenarnya apa mau mu? Kenapa kamu mendekati Elzein?''
''Memangnya kenapa? Ada yang salah?'' ucap Agam.
''Tentu saja salah, dia adalah anakku. Dan kamu harus meminta izin padaku sebelum bertemu dengannya. Tapi tentu saja aku tidak akan mengizinkannya.'' kata Ranum.
''Jika kamu tidak mengizinkan, aku bisa saja nekat.'' jawab Agam dengan santai.
''Kenapa kamu selalu berbuat semau mu!''
''Kemarin kamu bahkan merendahkan aku dengan mengatakan kalau aku punya laki-laki lain di belakang kamu. Dan sekarang tiba-tiba saja kamu berusaha untuk mendekati El.''
''Katakan apa mau mu sebenarnya!'' geram Ranum.
Agam berdiri dari duduknya. Ia berjalan mendekat ke arah Ranum. Berusaha meraih tangannya namun Ranum selalu menghindarinya.
''Aku minta maaf atas apa yang pernah aku ucapkan kemarin. Aku hanya terbawa emosi sesaat saja.'' ucap Agam.
''Terlambat!''
''Ranum?'' Agam berusaha meriah tangan Ranum lagi namun sia-sia.
''Seharusnya kamu tahu. Itu sama saja kamu mengelak dan tak mengakui apa yang pernah terjadi di antara kita. Sudah jelas bukan sekarang, silahkan pergi dari sini.'' usir Ranum.
''Ranum?''
''Sekarang pergilah. Aku mohon!'' Ranum memalingkan wajahnya dari Agam.
''Ranum?'' mohon Agam lagi.
''Pergi!'' teriak Ranum.
Dengan langkah berat, mau tak mau Agam pun meninggalkan rumah Ranum. Agam tidak ingin membuat Ranum semakin marah kepadanya.
Ranum menutup pintu rumahnya rapat-rapat dan segera berlari menuju kamarnya. Di dalam kamar, Ranum menangis terisak. Ia benar-benar terluka.
Dari balik pintu, Elzein merasa bingung. Ia tidak tahu harus memihak pada siapa saat ini. Namun, melihat ibunya yang bersedih Elzein pun segera menuju kamar ibunya.
''Mama...''
Ranum segera menghapus air matanya, berusaha bersikap tegar dan baik-baik saja.
''Ya, sayang?''
''Maafkan El mama. El tidak bermaksud membuat mama sedih karena meminta papa untuk datang ke sini. El hanya ingin bermain bersamanya.'' ucap Elzein sambil memeluk ibunya.
''Mama nggak sedih sayang, mama hanya meminta Pak Agam untuk pulang ke rumahnya. Sekarang kan masih pagi, tidak pantas seorang laki-laki dewasa bertamu di rumah perempuan dewasa sepagi ini, bukan?'' ucap Ranum tak ingin terlihat sedih di hadapan putranya. Ia tidak ingin membuat Elzein berpikiran yang tidak-tidak.
''El jangan menangis dong...'' bujuk Ranum sambil mencakup wajah putranya dengan kedua tangannya.
''Kalau mama sedih, El juga sedih.'' kata Elzein sendu.
''Mama nggak sedih sayang, sudah ya.''
''Mama sayang banget sama kamu, nak. Kamu adalah hidup mama. Kamu adalah satu-satunya yang mama miliki di dunia ini. Mama nggak mau melihat El sedih, dan mama juga akan melakukan segalanya untuk membuat El bahagia. Mama juga nggak mau kehilangan kamu.'' ucap Ranum sambil mencium lembut kening putranya.
''El juga sayang sama mama.''
...----------------...
Hari berganti. Malam telah berlalu. Matahari memancarkan sinarnya dan bersinar dengan baik.
Ranum berjalan menuju sebuah koridor panjang dan berhenti pada sebuah ruangan yang beberapa tahun ini selalu ia sambangi.
''Selamat datang kembali Ranum Renjana.'' ucap Maya menyambut kedatangan sahabat baiknya itu.
''Ah, terima kasih.'' jawab Ranum. Jujur saja ia kaget saat melihat Maya dan Pak Andre yang kini berada di ruangannya untuk menyambut kedatangannya pagi ini.
''Saya tahu kamu tidak akan benar-benar meninggalkan perusahaan ini. Selamat datang kembali Ranum.'' ucap Pak Andre.
''Terima kasih, Pak.'' jawab Ranum canggung.
''Sekarang kalian kembalilah bekerja. Saya pergi dulu.'' Pak Andre meninggalkan ruang kerja Maya.
''Baik pak, terima kasih.'' ucap Maya dan Ranum secara bersamaan.
''Kenapa senyum-senyum?'' tanya Ranum pada Maya dengan wajahnya yang nampak kesal.
''Sudah aku duga Pak Agam tidak akan membiarkan kamu meninggalkan perusahaan ini begitu saja.'' goda Maya.
''Puas kamu sekarang karena aku gagal mengundurkan diri dari sini?'' ucap Ranum dengan sedikit kesal yang berhasil membuat Maya tertawa dengan puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Kanjeng ayu
ikatan batin????
2023-05-13
6