003- Balas Dendam

"Siapa sih itu cewek kurang ajar banget. Kenal juga enggak main guyur aja, syukurin deh tadi mata dia sakit. Semoga nggak sampai buta," gumam Hara sambil terus melangkah menuju toilet siswa. Baju seragamnya sudah kotor semua dan tidak mungkin dia sekolah dengan seragam yang seperti itu. Hara pun menatap ke sekeliling untuk mencari orang yang sekiranya dia kenal. "Woy, Tralala, sini, Lo!" teriak Hara ketika melihat salah satu teman sekelasnya sedang duduk santai dengan teman kelas yang lain.

"Lo manggil gue?" tanya cewek yang dipanggil Hara seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, ke sini sebentar! Gue mau minta tolong sama, Lo!" pinta Hara memohon.

Cewek yang dipanggil Tralala tadi pun langsung meninggalkan teman-temannya dan menghampiri Hara sambil bertanya-tanya Hara ingin dibantu apa. Dia juga bingung kenapa pakaian Hara bisa kotor semua dan dia menebak-nebak kalau Hara pasti menjadi korban bullying. "Hara, nama gue Ella, bukan Tralala! Jadi, panggil gue dengan nama yang benar baru deh gue tolongin, Lo!" ucap Ella sambil melihat kedua tangan di depan dadanya yang kecil.

Tolong jangan dianggap serius ya pembaca.

"Oke, Lala. Gue minta tolong beliin seragam sekalian hijabnya juga di koperasi sekolah. Ini duitnya, sisanya nanti Lo ambil aja! Gue mau ke toilet dulu buat bersih-bersih, nanti seragamnya tolong diantar ke toilet juga!" Hara memberikan satu lembar uang seratus ribuan kepada Ella.

"Hara, tapi uang, Lo–" Belum juga selesai bicara, Hara sudah memotong ucapannya.

"Sisa banyak? Udah ambil aja semua sisanya, gue ikhlas kok," kata Hara tulus.

"Bukan begitu, tapi uang yang Lo kasih kurang dua ratus ribu. Harga seragam di sini tiga ratus ribu sisa seribu," kata Ella sambil menatap Hara kesal. Bisa-bisanya cewek itu berpikir kalau harga seragam sekolah di bawah seratus ribu.

"Haha, gue kira sisa banyak." Hara tertawa kemudian merogoh saku roknya, mengambil satu lembar uang merah dari sana. "Nih!"

"Kurang seratus ribu, ini kan baru dua ratus ribu?" protes Ella setengah kesal, rasanya ingin melempar uang itu ke muka Hara dengan kasar.

"Hehe, yang seratus ribu gue ngutang dulu sama, Lo! Besok gue ganti." Hara nyengir tanpa ada raut berdosa sama sekali, hari ini dia cuma membawa uang dua ratus lima puluh ribu ke sekolah dan yang lima puluh ribu sebagian sudah dia pakai beli mie ayam di kantin sekolah tadi.

"Ck, oke gue pinjemin Lo yang seratus ribu. Tunggu di sini gue beliin dulu seragamnya!" ucap Ella dengan raut wajah kesal, rasanya ingin memaki Hara, tetapi malas.

"Gue mau nunggu di toilet."

"Seterah Lo aja deh, Ra!"

"Terserah, Lala!" ralat Hara langsung.

"Ya itu maksud gue, seterah," ucap Ella seraya berbalik badan kemudian segera pergi ke koperasi.

"Dikata terserah masih aja salah bilang seterah," gerutu Hara sambil melanjutkan langkahnya menuju toilet, tetapi sialnya ketika di jalan dia malah dihadang oleh segerombolan cowok tampan tetapi terlihat nakal yang dia temui pagi hari tadi. Minus Juan karena cowok itu tidak terlihat bersama gengnya. "Ngapain Lo semua ngehadang gue?" tanyanya ketus.

"Idih, jangan sok kepedean deh! Orang kita nggak ada niatan ngehadang, Lo!" kata Arion sambil tertawa mengejek.

"T-tapi bukannya kita memang mau ngehadang cewek ini ya?" tanya Dhimas dengan begitu polos dan langsung mendapat pukulan di kepala yang dilakukan oleh Gilang.

"O'on banget sih jadi orang!" maki Gilang dengan begitu kesal.

"Jangan kasar-kasar sama aku dong, Lang! Kelapa aku sakit banget tau!" Dhimas mengusap-usap kepalanya bekas pukulan Gilang tadi.

"Nggak usah pakai aku kamu, geli banget gue dengernya!" maki Arion tepat di telinga Dhimas sambil bergidik kegelian.

"Kepala, Dhimas! Bukan kelapa, kalau kelapa airnya enak diminum, nah kalau air di kepala Lo kesukaan para vampir." Nino merangkul bahu Dhimas kemudian meniup ubun-ubunnya.

Lah, dia pikir Dhimas kesurupan mungkin. Dasar, Nino!

Hara hanya memerhatikan mereka sekilas kemudian pergi begitu saja meninggalkan keempat cowok tadi yang masih saja ribut karena menanggapi Dhimas yang lemotnya minta pukul.

"Otak itu letakkan di kepala, Dhimas! Jangan di lutut!" Gilang menoyor kepala Dhimas kemudian pergi menyusul Hara yang sudah kabur.

Gilang berlari karena dia tidak mau kalau sampai kehilangan cewek itu. Dia bahkan dengan tidak tahu malunya masuk ke toilet siswa, memang sih toilet umum sehingga cewek cowok bisa masuk, tetapi saat itu toilet siswa lebih banyak diisi cewek sehingga Gilang harus menahan malu karena masuk ke sana.

Bahkan dia sampai dikatai cabul oleh beberapa cewek di sana sampai-sampai dilempar air dan bra.

"Apa? Bra? Ini bra punya siapa woy?" teriak Gilang sambil melempar bra tadi ke sembarang arah. "Gila ya, cewek di sekolah gue kenapa seremnya ngalahin hantu Hanako-San." Gilang bergidik lalu memilih berlari keluar toilet daripada keluar dari sana sudah sudah tidak perjaka lagi.

Woy, Gilang! Lo mikirnya kejauhan ege! Otak Lo kayaknya harus dicuci pakai sabun sinar matahari karena isinya kotoran semua. Author hanya bisa memaki dalam hati.

Sementara itu, Hara yang mendengar keributan di luar hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Dia fokus membersihkan wajahnya yang kotor oleh jus alpukat tadi.

...***...

"Ran, apa Lo nggak mau balas dendam sama tuh cewek kurang ajar?" Thalita, teman Rani bertanya kenapa cewek yang duduk di ranjang UKS setelah mengobati matanya.

"Gue bakal balas dendam sama dia, bisa-bisanya dia bikin mata gue sakit. Awas saja, pulang sekolah nanti gue bakal ngasih pelajaran buat dia," kata Rani menggebu-gebu, dia benar-benar membenci Hara sampai ke akar-akarnya.

"Ran, Lo kan bukan guru. Kok Lo mau ngasih pelajaran ke cewek itu sih?" Dhila menggaruk pelipisnya yang tidak gatal karena bingung dengan kata-kata ketua geng The Angel's.

"Nggak gitu konsepnya, Dhila! Lo udah cocok banget jadi pacarnya Dhimas. Sebelas dua belas o'onnya," seru Thalita sambil mengusap dada, dia harus ekstra sabar menghadapi temannya yang satu itu.

"Aaa, jangan bilang soal Dhimas, dong! Cinta gue ditolak kemarin, hiks ... mamaaa!" Dhila malah menangis sambil guling-guling di lantai UKS.

Rani dan Thalita yang melihatnya hanya bisa menggeleng kepala dan tidak peduli. Mereka berdua justru memilih pergi dari UKS karena sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Mereka memang sengaja bolos tiga mata pelajaran sekaligus karena malas belajar.

Mohon jangan ditiru ya semuanya!

Ketika jam pelajaran selesai, banyak murid yang langsung memilih pulang walau ada beberapa yang masih memilih diam di sekolah dan bermain dengan gengnya atau ikut kegiatan di luar jam pelajaran.

Rani dan kedua temannya sudah standby menunggu Hara keluar dari kelasnya. Mereka akan balas dendam saat itu juga dan berniat membuat Hara keluar dari sekolah itu bagaimanapun caranya. Ngomong-ngomong, sebenarnya yang membuat Rani kesal dengan Hara karena murid baru itu bisa dekat dengan Juan, padahal selama ini dia selalu gagal dekat dengan cowok incarannya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!