“Tunggu.. Kita akan mengadakan pesta ??”
“Iya, sayang.. Bersiaplah dan nanti jam 6, Melanie dan Nathan akan datang kemari.”
Calissa terlihat sangat senang, dia bahkan berlari kecil menuju ke kamar mandi untuk mempersiapkan semuanya. Arsen yang memang pulang kerja jam 4 sore itu, memberikan kabar mendadak untuk Calissa, mengenai pesta yang akan mereka adakan nanti malam di rumah.
Arsen kemudian mempersiapkan semuanya, dia mengeluarkan sebuah bubuk putih di dalam plastik sembari tersenyum licik di sana, entah bubuk apa itu yang jelas sepertinya tidak baik untuk sesuatu yang akan terjadi nantinya.
“Maafkan aku Calissa, aku tidak memiliki pilihan lain.” Ujarnya memasukkan obat itu kembali ke sakunya, dan kemudian mulai meraih handphone dan mencoba memesan makanan lewat online, daripada memasak sendiri hanya akan menghabiskan banyak waktu. Lagipula Arsen dan Nathan banyak pekerjaan yang membuat mereka baru bisa pulang kerja di sore hari.
~Saat jam 6 sore~
Calissa membantu Arsen untuk mendekorasi meja yang sudah di sediakan, di atasnya begitu banyak makanan lezat dan enak. Ada ayam panggang yang begitu besar, beberapa makanan chinese seafood, lalu juga ada pasta yang terdapat di meja, juga ada soup cream ayam yang tersedia di sana.
Kebetulan Melanie dan Nathan juga sedikit terlambat datang ke rumah, jadilah Calissa dan Arsen menata piring, sendok, dan garpu untuk makan nanti. Begitu banyak makanan membuat Calissa bertanya kepada kekasihnya.
“Apakah habis jika memesan makanan sebanyak ini ??”
“Jika sisa kita bisa memasukkan ke dalam kulkas untuk besoknya.”
Calissa mengangguk, dia melihat beberapa botol kaca bening dengan minuman putih di dalamnya, dia merasa penasaran dan bingung.
“Minuman apa itu ??” Tanya Calissa dengan penuh tanda tanya.
“Whisky. Makan tidak enak tanpa minuman beralkohol.”
Calissa terdiam dia masih merasa bingung, haruskah dia ikut meminum atau tidak, karena dia belum pernah meminum minuman keras dalam hidupnya.
“A..apakah aku harus meminum minuman itu ??”
Arsen menggelengkan kepalanya, “Jika kau tidak suka, kau tidak perlu meminumnya.”
Calissa tersenyum, dia senang karena sosok Arsen bukanlah sosok pemaksa seperti yang dia pikirkan. Karena biasanya, lelaki akan memaksa kekasihnya untuk meminum minuman keras seperti dirinya. Tapi disini lain, Arsen bahkan tidak mempermasalahkan perbedaan Calissa.
“Baiklah kalau begitu..”
“Tapi, biarkan aku menyiapkan minumanmu nanti.”
“Minuman apa ??”
“Jus alpukat ??”
“Iya, aku suka itu !! Jus alpukat !!” Ujar Calissa dengan senang, rupanya Arsen benar-benar masih mengingat makanan dan minuman favoritnya itu.
Arsen tersenyum senang, meskipun dalam hatinya begitu senang, ternyata semudah itu hanya untuk menjebak kekasihnya sendiri. Astaga, berdosa sekali Arsen, memanfaatkan kepolosan Calissa yang begitu mempercayainya.
Padahal, Arsen bukanlah seorang pangeran yang baik hati, dan manis. Dirinya tetaplah lelaki yang memiliki nafsu dalam dirinya, dan Calissa mungkin akan menjadi korban dari kebrutalan Arsen.
Mungkin..
...
“Kenyangnya..”
Setelah malam, mereka berempat sudah selesai menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Berempat nya melakukan rutinitas seperti biasa, yaitu saling berbicara satu sama lain. Calissa berbicara dengan Melanie, dan Arsen dengan Nathan. Sesekali Arsen meminum whiskey di gelasnya, tapi pandangannya ke arah yang berbeda.
Arsen tersenyum menatap ke arah Calissa, yang terlihat asyik berbicara dengan di seberang sana. Nathan mengetahui arti tatapan bosnya itu, dan memutar matanya malas.
“Tidak biasanya kau menunggu jawaban seseorang, jika kau menginginkan sesuatu biasanya kau akan memaksa mereka.” Ujar Nathan, sementara Arsen menghela nafasnya.
“Ini Calissa, aku tidak bisa seenaknya. Aku tidak mau kehilangannya lagi.”
Nathan mengangguk, “Jadi kau akan tetap menunggunya ??”
“Aku manusia, bukan malaikat yang tidak memiliki nafsu. Jadi, aku sudah mempersiapkan semuanya.” Arsen mengeluarkan sebuah bubuk putih dari sakunya, membuat Nathan terkejut bukan main.
“Kau.. Akan melakukannya..??”
“Yeah, lihat saja.” Bisik Arsen kepada Nathan di sebelahnya, kemudian memanggil kekasihnya dan berbicara dengan Calissa di sana.
“Calissa sayang, gelasmu sudah habis, haruskah aku menambahkan lagi ??”
“Tentu saja.”
Arsen kemudian bangkit dari tempat duduknya, berjalan ke arah meja Calissa dan mengambil gelas, dan kemudian menuju ke arah dapur. Nathan melihat itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah atasan sekaligus sahabatnya itu, betapa nekadnya Arsen. Tapi memang itulah sahabatnya yang dia kenali, sebagai sosok yang begitu nekad dan bertingkah di luar batas.
Di dapur, Arsen memberikan bubuk putih pada minuman Calissa, berharap kekasihnya akan terpengaruh oleh obat yang dia berikan, dan kemudian keduanya bisa menikmati malam bersama. Berharap saja, semua berjalan sesuai dengan rencana Arsen.
Setelah semua selesai, Arsen keluar dari ruangan dan menyerahkan segelas jus itu kepada kekasihnya.
“Ini minumannya.”
“Terima kasih, Arsen.”
“Oh iya, Melanie.. Kau dan Nathan boleh menginap disini malam ini, aku sudah mengatakan kepada Nathan mengenai lokasi kamar yang kalian gunakan.” Ujar Arsen kepada Melanie.
“Tentu saja, tapi.. Apakah kamarnya kedap suara ??”
“Ya, semua ruangan disini kedap suara, jadi kalian bebas melakukan apapun.” Ujar Arsen, dia kemudian kembali ke tempat duduknya, dan melihat bagaimana kekasihnya meminum minuman itu.
“Apakah akan langsung bereaksi ??” Tanya Nathan dengan nada perlahan tentunya.
“Tidak, tapi secara perlahan obat itu akan bereaksi dan mempengaruhi pikirannya juga.”
“Tidakkah ada, zat addictiv di dalamnya ??”
“Tidak ada, hanya obat biasa.”
“Baguslah, akan semakin buruk jika ada kandungan yang membuatnya ketagihan.” Ujar Nathan menanggapi ucapan bosnya itu.
“Sesuai perkataanku, untuk masalah letak kamar yang kau gunakan nanti.” Ujar Arsen kepada Nathan.
“Oke.”
Disisi lain, Calissa sendiri asyik berbicara dengan Melanie. Perlahan minuman itu di minumnya, karena perutnya tidak lagi terlalu kekenyangan seperti tadi. Maklum, semua masakan yang ada di sana, sebagian kesukaan dari Calissa.
Tidak, Arsen bukan sosok cinta buta, yang hanya menyajikan masakan yang disukai oleh Calissa saja, tapi Nathan dan Melanie juga menyukai masakan yang sama, jadilah keduanya tidak keberatan dengan masakan yang mereka bawakan.
“Minumannya enak, beda kaya tadi.” Celetuk Calissa mencicipi minuman itu.
“Eh ?? Bukannya sama-sama jus alpukat ya ??”
“Gak tau, mungkin di kasih susu sama Arsen.”
Melanie tidak bodoh, dia tahu pasti Arsen melakukan sesuatu kepada minuman itu, tapi dia tidak akan berbicara apapun, yang dia lakukan hanyalah diam dan membiarkan saja permainan terjadi. Lagipula, Arsen tidak mungkin akan menyakiti kekasihnya sendiri, dan sudah yakin itu bukan racun melainkan obat.
Perlahan, Calissa meminum minuman itu lagi, hingga habis. Tapi Melanie belum melihat reaksi apapun yang terjadi pada sahabatnya itu, mungkin memang reaksi obatnya cukup lama dan perlahan. Jadilah, Calissa masih bertingkah normal, hanya saja dia merasakan minuman yang dia minum berbeda dari sebelumnya, itu saja.
“Bagaimana rasa minumannya ??”
“Enak, kau mau ?? Aku bisa katakan kepada Arsen.”
“Tidak usah, aku sudah cukup kenyang untuk meminum jus buah.”
“Begitukah ??? Ngomong-ngomong kenapa aku merasa sedikit hawa disini berubah.”
“Eh ?? Berubah gimana ??”
“Kaya agak panas gitu, kamu gak merasa kepanasan ??”
Obatnya mulai bereaksi, sebaiknya aku menyatukan keduanya saja Batin Melanie.
“Lebih baik kau berbicara kepada Arsen.”
“Benar juga.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments