“Calissa !! Jangan jauh-jauh !!”
“Oke !!”
Arsen dan Nathan hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat Calissa dan Melanie yang tampak menyukai tempat wisata yang mereka kunjungi, yaitu Place De La Concorde. Sebuah alun-alun besar di Italia dengan air mancur di bagian tengahnya itu, lalu mereka juga akan mengunjungi sebuah tempat yang cukup populer yaitu Menara Eiffel. Tapi sepertinya ke tempat ini saja sudah membuat kedua wanita itu sibuk berfoto satu sama lain, apalagi nanti saat di menara Eiffel ??
Tapi Nathan dan Arsen juga menjaga mereka dari jarak yang cukup dekat, memastikan mereka tidak akan terpisah dengan jarak jauh, atau mereka akan tersesat karena tempatnya yang cukup ramai dan luas. Kedua wanita itu melakukan sebuah kegiatan yang umum dilakukan seorang perempuan, yaitu selfie dan mengambil gambar di pemandangan sekitar. Astaga, sepertinya jalan-jalan ini hanya akan membuat kedua perempuan itu senang, berbeda dengan Arsen dan Nathan yang juga sering berkunjung di sana.
“Anda.. Tidak melakukannya semalam ??”
Arsen menggelengkan kepalanya, “Dia belum siap.”
“Tidak apa, memang terkadang beberapa perempuan masih belum bisa menerima dengan baik.”
“... Dia lebih takut.”
“Takut ?? Takut di tinggalkan ??”
“Takut saat proses aku memasukkan milikku.”
Nathan yang mendengar alasan itu, kemudian menutup mulutnya menahan tawa. Arsen menatap datar ke arah tangan kanan kepercayaannya itu, dan menghela nafasnya.
“pfftt...”
“Tertawa saja, tidak perlu di tahan.”
“Ma..maafkan aku.. Bos.. Hahahaha..”
Arsen sendiri saja, hampir tertawa geli semalaman karena mendengarkan pernyataan dari Calissa mengenai alasan itu, tapi sepertinya Arsen tetap akan membeli pengaman sebagai jaga-jaga jika nanti malam, Calissa mau menyerahkan dirinya, maka Arsen sudah persiapan sejak awal.
Disisi lain..
Melanie dan Calissa yang asyik berfoto, kemudian keduanya melihat sekeliling. Sepertinya mereka tersesat, karena mereka tidak menemukan Arsen dan Nathan di sana. Padahal mereka berfikir ingin meminta tolong memotret agar keduanya bisa masuk ke dalam foto, hingga mereka melihat sesosok lelaki yang datang bertanya kepada mereka, dengan menggunakan kamera.
“Hai, aku sebagai fotografer ingin membantu anda dalam memotret disini.” Ujar sosok lelaki itu dengan ramah.
Calissa dan Melanie terkejut bukan main.
“Aku tidak tahu jika disini, ada fotografer yang sediakan untuk pariwisata ??” Ujar Melanie dengan rasa penasaran dan curiga.
“Ya, setiap hari ada banyak fotografer yang disediakan jika ada yang membutuhkan bantuan.” Ujar lelaki itu dengan ramah dan sopan, akhirnya kedua perempuan itu mau dan menerima jasa yang di tawarkan.
Beruntung saja, Melanie di berikan uang pecah oleh Nathan, karena Calissa pasti dibawakan black card dari Arsen. Mengingat seberapa bucin lelaki itu kepada Calissa.
Well, Nathan juga sangat bucin sebenarnya.
“Baiklah, bersiap, satu... Dua...” Sang lelaki memberikan aba-aba, dan membuat kedua wanita itu bersiap di tempat mereka dan bergaya sesuai keinginan mereka. Setelah itu, lelaki itu memotret tanpa flash karena disana begitu cerah, tapi tetap terdengar bunyi dari kameranya.
Cekrek !
“Ya, bagus.. Ayo lagi satu, dua..”
Cekrek !
Setelah beberapa gaya dan pengambilan gambar, barulah sang lelaki memberikan hasil foto yang sangat indah itu, sang lelaki berkata akan menyerahkan foto itu dalam bentuk cetakan. Kedua tampak senang dan berfikir jika foto itu bisa menjadi kenangan bagi keduanya.
“Baiklah, kau bisa mencetaknya.”
“Baiklah, tunggu disini, kira-kira 10 menit.”
Setelah ditinggalkan oleh lelaki itu, lalu muncul Arsen dan Nathan yang akhirnya menemukan mereka. Kedua lelaki itu terlihat lega dapat menemukan kedua kekasih mereka dalam kondisi aman.
“Kemana saja kalian ?? Astaga, membuat kami khawatir.” Ujar Nathan dengan menghela nafasnya berat, membuat Calissa dan Melanie terkekeh merasa tidak enak karena membuat kedua kekasih mereka begitu marah dan emosi.
Melanie menjelaskan dengan singkat apa yang mereka lakukan, hingga sosok lelaki sang fotografer datang menyerahkan foto itu kepada Melanie.
“Ini hasil gambar yang kalian minta, semoga kalian datang lagi.” Ujarnya dengan ramah kemudian pergi dari sana.
“Siapa dia ??” Tanya Nathan dengan nada penasaran.
“Oh.. Dia.. seorang fotografer yang memang memotret para wisatawan disini. Aku sudah membayarnya juga.” Ujar Melanie menjelaskan, sementara Nathan dan Arsen saling bertatapan satu sama lain dengan rasa penasaran.
Sejak kapan ada fotografer di sini Batin keduanya dengan nada curiga, tapi mereka tidak berfikir yang aneh-aneh karena Melanie dan Calissa tampak tidak terkena masalah apapun, jadilah keduanya tenang. Dan berfikir positif mungkin memang ada tukang foto keliling sekarang.
Lalu mereka berempat kembali berjalan-jalan dari sana, tanpa menyadari jika seseorang mengintai mereka dari kejauhan dan memberikan seringaian licik memandangi mereka berlalu dari tempat itu.
...
Disisi lain, di wilayah yang berbeda. Terdapat sebuah kondisi dan situasi yang sangat berbeda. Kedua orang itu menunduk menyesal di hadapan sosok lelaki yang menatap rendah ke arah kedua orang itu. Brian memandang tajam dan sinis ke arah kedua orang tua Calissa yang sepertinya tidak mampu menemukan putri mereka yang kabur.
Cinthia dan Rizal, keduanya tidak bisa menemukan Calissa yang sudah kabur, membuat Brian marah besar dan memandang ke arah keduanya dengan meremehkan.
“Apa kalian benar-benar sebodoh itu hingga tidak bisa menemukan putri kalian ?!”
“Maafkan kami tuan.”
“Ck !! Hutang kalian padaku sudah terlalu banyak !! Sebagai gantinya, kalian akan menjadi budakku !!”
“Tu..tuan.. Aku mohon ampuni kami..”
Brian memutar matanya malas, dia tahu jika kedua orang tua itu tidak mungkin bisa berbuat apapun untuk membantunya. Brian tahu dimana lokasi Calissa dan Arsen saat ini, tapi dia sengaja tidak memberitahu kepada kedua orang tua Calissa, untuk menguji apakah kedua orang itu bisa berguna baginya atau tidak. Tapi nyatanya, keduanya malah terlihat seperti orang lemah tak berdaya, jadilah Brian berfikir akan membunuh dan menjual organ mereka untuk menggantikan hutangnya.
“Bagaimana.. Jika kalian menjual organ kalian untuk menutup hutang kalian ?? Lagipula aku tidak mengetahui lokasi putrimu, jadi kalian harus menggantikannya.” Ujar Brian menyeringai licik, membuat kedua wajah orang itu ketakutan dan begitu khawatir.
Keduanya memang berhutang begitu banyak, hanya untuk berfoya-foya dan menjadikan Calissa sebagai tumbal hutang mereka. Dan berfikir dengan mengekang Calissa, membuat putri mereka tidak akan berani memberontak apapun ucapan mereka, tapi faktanya. Calissa malah berani meninggalkan dan minggat dari rumah, tanpa memberikan pesan apapun untuk kedua orang tuanya.
Brian kemudian memerintahkan anak buahnya untuk bisa menarik kedua orang tua itu ke ruangan bawah tanah untuk bisa di siksa dan di bunuh, lalu menjual organ dalam mereka untuk dijadikan pelunas hutang keduanya kepada Brian.
Setelah ruangan sepi dan hanya berisikan Brian dan anak buahnya, sang lelaki di sebelahnya yaitu Arvin menyeringai licik. Dia tahu bosnya, Brian sudah mengetahui lokasi Calissa, tapi atasannya malah berbohong seakan-akan tidak mengetahui keberadaan Calissa.
Brian sengaja menjadikan alasan ketidaktahuannya, hanya untuk menghabisi kedua suami istri serakah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments