Menjadi sekretaris dari Regan memang lebih sibuk dan lebih banyak kerjanya. Belum lagi dengan perintah-perintah tak penting yang selalu Regan berikan padanya. Menurutnya Regan dan Pak Beno hampir mirip soal itu.
Suara mesin fotokopi menjadi irama di saat ia kewalahan dengan tugasnya. Bahkan sampai suara pulpen yang diketuk ke meja pun terdengar oleh Renatta. Belum lagi ponselnya yang berdering menambah irama di siang itu.
"Kamu itu mengkopi dokumen apa minum kopi? Lama bener! Cepat kemari! Aku ada tugas baru untukmu!"
"Baik Pak."
Renatta hanya bisa menghela napasnya saja. Meski kesal dan jengah akan semuanya, ia tetap menuruti kemauan Regan. Setelah berkas sudah digandakan semua, Renatta kembali ke ruangan Regan.
"Tugas baru apa ya, Pak?" tanya Renatta langsung pada intinya.
"Sebentar lagi Amanda akan berulang tahun yang ke 26. Jadi, aku ingin kamu menyewa restoran mewah untuk aku dan Amanda makan malam beserta kejutan yang romantisnya juga. Aku berniat untuk melamarnya."
"Wah, Amanda pasti sangat senang. Baik, saya akan menyiapkan semuanya, dan saya pastikan Bapak tidak akan kecewa."
"Bagus."
Renatta pun keluar dari ruangan Regan dan langsung duduk di tempatnya. Ia menaruh tangannya di dagu.
"Amanda memang selalu beruntung. Bahkan dia akan menjadi menantu dari pemilik perusahaan ternama. Apalah aku yang pacar aja nggak punya. Cinta pun masih aku sembunyikan. Kalau saja dari dulu aku jadi orang baik, mungkin hidupku bisa lebih baik dari sekarang," gumam Renatta.
Renatta mulai mencari-cari daftar restoran mahal dan terkenal untuk membuatkan acara untuk Amanda. Meski ia merasa iri dengan Amanda, tapi ia juga ikut bahagia dengan Amanda yang akan dilamar oleh Regan.
Seketika ia teringat jika ulang tahunnya dan Amanda jatuh pada tanggal dan bulan yang sama. Renatta kembali membandingkan dirinya dan Amanda.
"Benar-benar perbedaan yang sangat mencolok. Di hari bahagia nya Amanda akan dilamar, sementara aku? Paling hanya akan dibuatkan kejutan oleh Kak Nesha ataupun Devan, ya walaupun terkadang Grace juga begitu."
Renatta kemudian tersadar dan melanjutkan pekerjaannya kembali daripada memikirkan hal yang tidak perlu.
*
*
Sore harinya, Renatta pergi ke restoran yang sudah ia cari-cari untuk acara spesial Regan dan Amanda. Ia ingin memastikan langsung apakah foto-foto yang ada di internet sama dengan yang ada pada kenyataannya. Karena kebanyakan, fotonya suka diedit-edit agar terlihat bagus.
Setelah diamati dan ia lihat-lihat, tempatnya memang bagus, dan as untuk acara lamaran. Renatta pun bertemu dengan manajer restoran dan membicarakan rencananya juga tanggalnya. Serta apa saja yang diperlukan untuk mempersiapkan semuanya.
Sepulang dari sana, Renatta mampir ke kedai ice cream favoritnya. Ia memilih ice rasa stroberi dan vanila. Ia makan disana sambil melihat lalu lalang orang yang lewat.
Banyak sekali orang yang tidak mampu di bawahnya, bekerja keras demi mencari uang. Seketika Renatta merasa bersyukur, karena ia masih punya tempat tinggal meski hanya sewa dan uang untuk hidup meski hanya terasa cukup.
Renatta menghampiri seorang bapak pemulung dan langsung memberikan sedikit uang ke bapak itu.
"Ini buat bapak, semoga bisa bermanfaat."
"Terima kasih ya Neng. Semoga dilancarkan terus rejekinya. Cepet dapat jodohnya."
"Aamiin, sama-sama Pak."
Renatta pun berjalan untuk pergi mengunjungi papanya di penjara. Ketika ia berada di bawah, ia bisa merasakan bagaimana penderitaan orang-orang. Namun ketika dulu ia berada di atas, ia suka sekali menghamburkan uang untuk hal yang tidak perlu.
"Mungkin, ini adalah cara Tuhan untuk membuatku sadar atas kesalahanku."
*
*
"Pa, gimana keadaan papa? Tahanan di dalam tidak jahat ke papa kan?"
Papa Dewa menggeleng.
"Nggak Nat. Bahkan papa sering curhat sama mereka. Papa juga sedikit banyak tahu alasan kenapa mereka ada di dalam sel penjara. Mereka melakukannya karena terpaksa untuk membiayai hidup mereka. Jadi, kalau dipikir-pikir lagi, ya apa yang mereka lakukan itu adalah cara terakhir mereka. Karena bekerja serabutan itu, nggak akan bisa menghasilkan banyak uang."
"Syukurlah kalau mereka baik ke papa. Natta senang dengarnya. Natta sekarang jadi paham, kerasnya kehidupan Pa. Orang akan memandang kita rendah, karena melihat kita bukan orang yang berada dan berkuasa. Begitu juga dengan apa yang terjadi dengan papa. Papa dituduh melakukan korupsi. Natta yakin orang yang sebenarnya melakukan korupsi sekarang hidup bergelimang harta. Mungkin dia hampir terciduk dan ketika itu ia langsung membuat rencana dan memfitnah papa karena ia yakin papa tidak akan bisa melakukan apapun. Kenapa orang berambisi dan punya kuasa semengerikan itu Pa?"
Papa Dewa tersenyum senang karena kini putrinya telah tumbuh jadi wanita dewasa dan bijak.
"Ini semua cobaan, cobaan yang pastinya Tuhan tahu kalau kita bisa menghadapinya meski sangat sulit. Harus kamu ingat Nat, tidak semua orang yang berambisi dan berkuasa itu mengerikan, hanya segelintir orang yang merasa tidak puas saja yang melakukan hal yang melanggar hukum. Jadi, papa harap, kamu akan selalu jadi orang yang jujur. Jangan haus akan harta dan kekuasaan. Karena ketika tua nantinya, bukan itu yang paling dibutuhkan, tapi hangatnya sebuah keluarga dan kebersamaan itu sendiri."
Renatta mengangguk, ia akan terus mengingat nasehat dari papanya.
"Kalau begitu aku pamit pulang ya Pa. Pasti Kak Nesha sendirian di rumah."
"Iya, salam dari papa untuknya dan ucapkan terima kasih untuk makanan yang diantarkannya kemarin, enak sekali."
Renatta mengangguk lagi. Kemudian berpamitan ke papanya.
Di malam yang dingin, angin yang bertiup, dan daun-daun yang bergoyang karena tiupan aing. Renatta melangkahkan kakinya sambil menikmati suasananya. Terkadang ia pun memetik daun dan meniupnya seolah-olah daun itu berguguran seperti di musim gugur. Karena saking menikmati waktu di malam itu, Renatta sampai tidak sadar ada mobil yang berjalan di belakangnya dengan pelan seolah-olah memang sengaja untuk mengikutinya.
Sampai ketika Renatta duduk di kursi yang ada di trotoar jalan, laki-laki itu pun turun dan berdiri di hadapan Renatta. Hingga membuat Renatta terkejut dibuatnya.
"Bapak? Kenapa Bapak malam-malam ada disini?"
"Harusnya aku yang tanya. Kenapa kamu malam-malam masih berkeliaran di luar? Apa kamu tidak tahu kalau banyak preman dan orang jahat di malam hari?"
"Wah, saya merasa senang Bapak rupanya mengkhawatirkan saya ya?"
"Cih! Kepedean. Aku hanya tidak ingin pekerjaanku jadi banyak karena kamu yang tiba-tiba dijahati orang."
Hal itu membuat Renatta mengerucutkan bibirnya. Lagian kenapa ia percaya diri sekali Regan mengkhawatirkannya? Regan kan sangat membenci dirinya, pasti yang dipikirkan laki-laki itu ya dirinya sendiri.
"Baik, terima kasih atas nasehatnya Pak. Saya akan ingat-ingat."
"Ya sudah sana pulang!"
"Bapak nggak mau nawarin saya pulang bareng?"
"Nggak, aku mau menjemput Amanda dari kantornya yang lagi lembur," jawab Regan.
"Oh begitu," jawab Renatta yang iri. Lagi-lagi Amanda selalu beruntung.
Regan pun masuk lagi ke mobilnya dan melaju dengan cepat. Renatta hanya bisa menghela napasnya saja. Kemudian berdiri dan berjalan untuk pulang ke rumahnya.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
bibi
lanjuy
2023-06-19
0
Nanda Jihan
up
2023-05-17
0
Ningsih Nengnong
sabar natta. kamu pasti mendapatkan kebahagiaanmu nantinya🤗🤗
2023-05-17
0