"Hoammm."
Renatta bangun dari tidurnya ketika mendengar alarm dari ponselnya. Sebenarnya ia masih sangat mengantuk karena biasanya ia tak pernah bangun sepagi ini. Bahkan ia seringnya dibangunkan oleh sang kakak.
Dengan mata yang masih belum terbuka sempurna, Renatta keluar dari kamar dan pergi ke kamar mandi yang ada di belakang.
Setelah beberapa menit, Renatta keluar dengan mata yang sudah terbuka sempurna dan wajah yang terlihat sudah segar meski hawa dingin menusuk ke kulitnya karena air di pagi hari sangat dingin.
"Ini semua gara-gara Regan. Karena dia memintaku untuk berangkat kerja lebih pagi, aku sampai harus mandi dengan air sedingin ini, huh!"
Sebenarnya jika mau, Renatta bisa memasak air, tapi karena ia malas, ya, begitulah jadinya.
Ketika Renatta sudah bersiap dengan pakaian yang rapih dan riasan di wajahnya, kakaknya baru saja keluar dari kamar sambil menguap. Ia membulatkan matanya ketika melihat sang adik yang sudah rapih. Bahkan ia sampai menggeleng-gelengkan kepala takutnya ini hanya khayalan saja.
"Kak aku berangkat ya."
"Hah? Sepagi ini? Jadi ini benar kamu, Natta?"
"Iya kak, bos ku yang memintanya."
"Perasaan Pak Beno tidak mempermasalahkan kalau kamu telat pun. Yang penting kalau ada acara di pagi hari kamu harus tepat waktu. Kok aneh?"
Nesha keheranan sendiri dengan perubahan bos adiknya.
Renatta menepok jidatnya. Ia lupa mengatakan jika bosnya bukan lagi Pak Beno melainkan Regan. Lalu ia cerita dulu sebentar ke kakaknya baru setelahnya pergi ke halte.
*
*
Di halte, Renatta menatap jam yang ada di layar ponselnya. Waktu sudah menunjukkan 06.15. Sementara waktu tempuh dari halte itu ke kantornya kurang lebih 20 menitan. Itu artinya ia akan telat. Wanita itu hanya mampu menghela napasnya karena bus yang ditunggu-tunggu belum datang juga.
"Astaga! Kenapa bus nya lama sekali? Bisa-bisa aku dimarahi habis-habisan oleh Regan."
Dari jarak jauh, bus sudah kelihatan. Renatta bernapas lega. Lalu berdiri sambil menunggu bus itu ada di hadapannya.
Di dalam bus, rata-rata penumpangnya adalah ibu-ibu yang mau belanja ke pasar. Renatta mendengar celotehan ibu-ibu yang saling menyapa dengan akrabnya. Renatta jadi ingat, dirinya tak memiliki teman selain Grace dan Devan. Karena semua temannya menjauhinya ketika ia miskin bahkan berbalik menindasnya. Tapi, karena itu semua, Renatta jadi tahu siapa yang tulus dan siapa yang munafik, serta ia juga tahu kesalahannya.
Bus berhenti di halte dekat tempat kerjanya. Renatta turun dan berjalan menuju ke gedung yang masih sepi karyawan yang datang. Yang sudah ada hanya satpam di depan dan beberapa pekerja kebersihan. Wajar saja, karena jam masuk kerja masih 1 jam lagi. Akan tetapi Renatta baru sadar kalau suasana pagi ternyata tidak terlalu buruk juga karena udaranya yang sangat bagus.
Renatta masuk ke dalam ruangan Regan dengan tanpa izin karena Regan tak kunjung mengizinkannya masuk. Namun ia teringat ucapan Regan yang itu artinya Regan belum bangun dari tidurnya.
"Hufttt!
Dengan perasaan gugup dan tidak enak Renatta mengamati setiap penjuru ruangan Regan untuk mencari keberadaan laki-laki itu.
Ternyata ia masih tidur di kamar pribadi yang ada di dalam sana. Renatta bingung bagaimana cara membangunkan Regan yang tertidur dengan pulas nya.
Akhirnya, Renatta memilih untuk menggoyang-goyangkan baju Regan agar laki-laki itu terbangun dan cara itu berhasil. Dengan mata yang masih setengah terbuka, Regan melihat ke arah Renatta.
"Oh, kamu sudah datang? Jam berapa sekarang?" tanyanya.
"06.45 Pak," jawab Renatta.
"APA!" Regan berteriak dengan matanya yang sudah terbuka dengan sempurna.
"Sudah aku bilang kamu harus datang jam 06.30!" tambahnya lagi.
"Maaf Pak, tadi saya menunggu bus nya lama sekali."
"Ya naik taksi dong Natta! Gimana sih? Dalam satu jam aku harus sudah makan, mandi, berpakaian dan menyiapkan berkas-berkas meeting. Memangnya cukup?"
"Tapi biaya naik taksi mahal Pak. Lebih baik saya gunakan uang itu untuk biaya makan saya dan kakak saya. Saya akan menyiapkan semuanya. Anda bisa mandi sekarang."
"Cih, pintar sekali kamu menjawabnya."
"Maaf Pak," ucap Renatta sambil menunduk.
"Minggir!"
Regan mengusir Renatta untuk menjauh karena dia akan mandi. Renatta pun menurut. Regan memberitahukan letak pakaiannya yang ada di dalam lemari. Setelahnya ia benar-benar pergi mandi.
Renatta memilihkan satu setelan kemeja berwarna cokelat tua lalu meletakkannya di atas kasur. Setelahnya ia pergi keluar dan membereskan meja kerja Regan yang dipenuhi berkas-berkas yang berantakan. Tapi, sebelum itu ia memesan sarapan di tukang bubur ayam langganannya sebanyak dua porsi karena ia pun tadi tidak sempat untuk sarapan.
"Kerja keras sih boleh aja, tapi nggak sampai seperti ini juga. Dia gila kerja apa ya? Semua berkas dibuka, memangnya bisa hapal semua kalau dia baca semalaman."
"Berani kamu membicarakan aku di belakang?"
"Eh ... " Renatta begitu terkejut ketika mendengar suara Regan yang sangat dekat dengannya. Rupanya laki-laki itu berada tidak jauh dari belakangnya.
"Sudah jahat, suka ngomongin orang di belakang pula. Lengkap sekali!"
Regan berjalan ke depan Renatta lalu mengambil tumpukkan berkas yang paling atas untuk dilihatnya.
"Emang kalau ngomongin di depan boleh, Pak?" tanya Renatta. Hanya dibalas dengan tatapan mata tajam oleh Regan. Membuat nyali Renatta menciut seketika.
Renatta keluar dari ruangan ketika mendapatkan pesan kalau buburnya sudah sampai. Ia turun ke bawah untuk mengambil bubur itu. Karena takutnya jika si bapak yang masuk, malah kebingungan dimana ruangannya karena saking besarnya gedung tempatnya bekerja. Renatta masuk lagi ke ruangan Regan dengan membawa satu kantong makanan yang berisi dua porsi.
"Kamu pikir aku rakus? Kamu ingin melihat tubuhku jadi gendut? Memberikanku makan dua porsi?"
"Siapa yang mau beri dua porsi? Satu untuk saya Pak. Saya juga tidak sempat sarapan tadi. Gara-gara disuruh berangkat kerja lebih awal," jawab Renatta kemudian mengambil satu porsi buburnya. Ia membawa bubur itu ke meja tamu di ruangan Regan.
Regan membuka makanan yang dibelikan Renatta. Ia kesal karena yang dibelikan Renatta adalah bubur ayam. Sementara dirinya, tidak suka bubur ayam.
"Kenapa belinya bubur sih? Aku kan tidak suka! Belikan aku makanan yang lain Natta!"
"Sudahlah Pak, makan saja yang ada. Enak kok buburnya. Saya jamin Bapak akan ketagihan. Lagian salah bapak sendiri yang tidak bilang maunya sarapan apa. Jadi saya beli, apa yang biasanya saya makan. Kalau pesan makanan lain, takutnya waktunya tidak akan cukup. Kan Bapak sendiri yang bilang, kalau ada meeting di luar, dan masih banyak berkas yang harus dirapihkan."
"Ish!"
Regan kesal. Tapi perutnya lapar juga. Alhasil ia terpaksa memasukkan bubur ke dalam mulutnya. Ia sampai takut-takut karena pengalaman pertamanya makan bubur dulu tidak enak, ia jadi tidak pernah mau makan lagi.
Satu suapan masuk ke dalam mulutnya dan rasanya enak. Regan jadi lahap memakannya. Renatta bahkan sampai heran sendiri. Yang katanya tidak suka malah habis lebih dulu.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
L B
dalam keadaan susahlah kita akan melihat mana yang sahabat mana yg bukan, mana yang tulus dan mana yang bukan.
dalam keadaan bersalahlah kita akan melihat mana orang² yg berlapang dada,berjiwa besar menerima maaf mu, mana orang² yg akan menghardikmu lalu meninggalkan mu dan mana orang² yang bertahan di sisimu dan menasehati mu.
2023-05-15
5
Nanda Jihan
up lagi
2023-05-15
0