Malam harinya, ketika waktu makan malam tiba. Renatta membuka obrolan tentang ia yang bertemu dengan Amanda setelah 8 tahun berlalu. Bahkan Renatta memuji kecantikan Amanda juga style fashion nya yang bagus. Lalu ia bandingkan dengan dirinya yang hanya punya beberapa barang branded, itu pun karena kebutuhan pekerjaan. Bahkan tas mahal pun cuma punya satu, dan itu pun hadiah dari Devan.
"Jangan membandingkan diri kamu dengan orang lain Natta. Percuma saja, tak ada untungnya. Yang ada kamu jadi terus merasa rendah diri. Kita harus mensyukuri semua yang kita punya saat ini. Lagipula kamu juga tak kalah cantik dari Amanda, malah menurut kakak kamu lebih cantik, apalagi kamu sudah jadi anak baik sekarang."
Renatta terlihat menghela napasnya.
"Aku terlihat baik di mata kakak. Tapi, orang-orang masih menganggap ku wanita jahat. Entah harus bagaimana aku menebusnya kak."
"Kamu seperti bukan Natta yang kakak kenal. Natta yang dulu bahkan tak memperdulikan perkataan orang. Ia hanya peduli pada dirinya sendiri dan keluarganya. Kenapa sekarang kamu jadi selalu merasa rendah dan tidak percaya diri? Jangan terus merasa bersalah Natta. Kewajiban kamu cuma meminta maaf. Masalah diterima atau tidaknya maaf itu. Itu semua bukan urusan kamu."
"Aku tahu itu kak. Tapi, entah kenapa rasanya tidak tenang. Aku selalu merasa, karma itu selalu mengikuti langkahku. Bahkan setiap tahunnya saja selalu ada saja masalah yang terjadi karena ku. Gimana aku nggak merasa bersalah?"
Nesha menghela napasnya kemudian memasukan satu suapan terakhirnya. Lalu meneguk air putihnya. Setelah itu ia menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Renatta.
Tangannya ia letakkan di pundak Renatta, memberikan energi positif dan dukungan ke adiknya.
"Kakak tahu, tapi kalau kamu terus terpacu dan memikirkan masa lalu. Kamu tidak bisa menemukan kebahagiaan nantinya Natta. Karena kamu terjebak di masa laluku sendiri. Kakak hanya ingin, kamu fokus ke masa sekarang dan masa depan. Bekerja dengan giat, sayangi keluarga dan bahagiakan dirimu sendiri."
Entah kenapa setiap kata yang diucapkan kakaknya terasa menusuk di hatinya. Renatta pun memeluk kakaknya sambil terisak.
"Terima kasih, karena kakak selalu bersamaku. Melewati cobaan ini berdua bersamaku. Aku nggak tahu kalau seandainya, kakak nggak ada. Mungkin aku nggak mampu melewati 8 tahun ini sendirian."
Nesha tak mengatakan apapun, ia menanggapinya dengan menepuk-nepuk punggung Renatta. Karena sebenarnya dirinya pun tak akan mampu melewati ini semua tanpa Renatta.
Setelah puas menumpahkan tangisnya, Renatta melepas pelukan itu. Ia teringat kalau besok adalah hari ulang tahun mamanya.
"Besok mama ulang tahun, kita ke rumah sakit bersama ya kak."
Nesha mengangguk. Ia merasa bersyukur memiliki adik sambung yang menyayanginya seperti Renatta. Mau seburuk apapun Renatta di mata orang lain. Baginya Renatta adalah adik terbaik.
*
*
Rumah sakit.
Renatta dan Nesha sudah berada di ruangan sang mama. Mama Kamala masih terbaring dengan berbagai peralatan medis yang terpasang di tubuhnya.
"Selamat ulang tahun Ma. Aku dan kakak datang untuk merayakannya. Semoga mama lekas bangun dari koma dan sehat. Kami membutuhkan mama," ucap Renatta sambil menggenggam tangan sang mama.
Tak terasa air mata pun mengalir begitu saja. Meski mamanya tidak menyayanginya dengan tulus, Renatta tidak peduli itu. Karena kehadiran Mama Kamala dan Nesha dulu, membuat Renatta memiliki kakak dan seorang mama yang diimpi-impikannya. Karena mama kandungnya sendiri meninggal dunia setelah berhasil melahirkannya ke dunia.
Tampak terlihat jelas air mata pun menetes dari mata Mama Kamala. Mungkin di bawah alam sadarnya, ia mendengar semua ucapan Renatta. Hanya saja ia tak mampu menjawab perkataannya itu.
Nesha tampak menghapus air mata mamanya.
"Mama pasti mendengar doa darimu. Semoga mama bisa segera kembali berkumpul bersama kita."
Renatta mengangguk. Kemudian ia pamit keluar sebentar untuk membeli sesuatu di kantin rumah sakit. Karena ia berjalan sambil sedikit melamun, tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang berjalan berlawan arah dengannya.
Renatta menunduk sambil mengucapkan maaf. Ketika ia mendongak, rupanya orang yang ditabraknya adalah Regan.
"Cih! Kenapa dibanyaknya tempat di bumi ini, harus kamu yang aku temui?"
Regan tampak kesal.
"Maaf, tapi pertanyaan itu tidak bisa aku jawab. Karena itu sudah takdir-Nya."
Regan mendengus sebal karena jawaban dari Renatta. Renatta pergi begitu saja dari hadapan Regan.
"Mentang-mentang ini bukan hari kerja. Dia jadi seenaknya. Awas saja! Kalau nanti kamu sudah menjadi sekretaris ku. Aku jamin kamu tidak bisa berkutik."
Regan pun melangkahkan kakinya menuju ke kamar rawat seseorang. Di depan kamar, sudah ada Ozy dengan membawa buket bunga dan parsel buah. Regan masuk ke dalam sendirian dengan membawa apa yang ada di tangan Ozy, sementara laki-laki itu menunggunya di luar.
Di dalam, Amanda tengah duduk di samping ranjang mamanya. Ia tersenyum senang melihat Regan yang menepati janjinya yang akan datang untuk menjenguk sang mama.
"Makasih ya Regan, sudah mau repot-repot datang menjenguk Tante. Tante merasa senang sekali. Sudah lama juga kita tidak pernah bertemu. Kamu semakin tampan saja," ucap Mama Dewi.
"Sama-sama Tante. Tidak repot kok. Lagipula ini kan akhir pekan, aku juga tidak sibuk. Pujian Tante terlalu berlebihan."
"Suruh Regan nya duduk sayang. Kasian kan kalau dia berdiri terus."
"Iya mama."
Amanda pun mempersilahkan Regan untuk duduk di sofa. Ia juga menceritakan asal muasal mamanya dirawat di rumah sakit. Karena terlalu kecapean, dan banyak pikiran lah yang membuat mamanya harus dirawat.
Di tengah asiknya Regan dan Amanda mengobrol, Mama Dewi nyeletuk tentang hubungan keduanya yang masih saja stuck di tempat.
"Kalian ini, padahal udah lama saling kenal. Kamu udah tahu dan kenal seluruh keluarga Regan. Begitu juga dengan Regan sama kamu. Kenapa nggak nikah aja? Usia kalian juga sudah terbilang pas untuk menikah."
Mendengar ucapan seperti itu dari mamanya Amanda. Regan jadi seperti memiliki keberanian dan ingin mengutarakan niat baiknya.
"Em, Tante sebenarnya aku ... "
"Mama, jangan bicara sembarangan. Aku dan Regan kan sudah seperti saudara. Mana bisa kita menikah. Mama suka aneh deh."
Regan terlihat kecewa dan menghela napasnya. Hal inilah yang membuatnya selalu gagal menyatakan perasaannya. Karena Amanda selalu saja menggagalkannya. Seolah tahu apa yang akan Regan katakan. Tapi, Regan tak pernah berhenti untuk mencintai Amanda.
Mama Dewi pun tampak sedikit kecewa juga. Padahal ia sangat berharap Regan menjadi menantunya. Karena tak ada alasan yang bisa membuatnya menolak laki-laki sesempurna Regan sebagai calon menantu. Hanya saja ia tidak mengerti kenapa Amanda seperti tak menyukai Regan. Padahal Amanda sendiri tahu kalau Regan menyukainya begitu juga dengan Mama Dewi.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
L B
pasangan aneh😌😌😌 🙄🙄🙄
tidak bisa/ingin memberikan maaf adalah bentuk kesombongan yang sebenarnya.
kalian itu pasangan angkuh 😤 cocok, ngam 😏. kalau kamu beneran baik manda, maaf mu seharusnya seluas lautan, kamu enggak akan memfitnah natta tentang laptop regan.
2023-05-13
1
Maria Kibtiyah
sumpah gedeg bagt ma si amanda ma si regan kayak. dah. palig bener aj
2023-05-13
0