mirip

Tiga jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikendarai Bram memasuki halaman di rumah yang memiliki halaman sangat luas. Rumah sederhana namun terkesan begitu nyaman dan besar. Terlihat wanita tua yang tengah tergopoh menyambutnya dengan perempuan yang lebih muda duduk di kursi roda dengan senyum hangatnya.

"Ealah den, pulang kok gak kabar kabar dulu, to!

Tau gitu, si mbok tadi masak makanan kesukaan den Bram!" mbok Darmi menyambut Bram dengan wajah berseri, pembantu yang sudah ikut keluarganya sejak masih muda. Meskipun kini usianya sudah tua, mbok Darmi masih betah tinggal dengan keluarga Bram. Merawat ibunya yang tengah sakit stroke. Mbok Darmi cukup telaten dan cekatan. Bram menyayangi wanita sepuh itu seperti neneknya sendiri.

Tatapan mbok Darmi beralih pada Tuti yang sedari tadi hanya diam. Berdiri canggung di belakang Bram.

"Ini siapa, den?

Calonnya?" mbok Darmi tersenyum lebar memamerkan giginya yang tak lagi utuh.

Bram hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya dengan tingkah wanita sepuh yang selalu menghangatkan suasana rumah.

Bram menghampiri ibunya, mencium tangannya takzim.

"Mama sehat?" sapa Bram menatap penuh kasih sayang pada wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

"Alhamdulillah, ajak masuk temannya!" sahut Bu Rukmini ramah. Tuti yang sedari tadi diam, akhirnya melangkahkan kakinya ikut mendekat ke arah Bu Rukmini, menyalaminya takzim dengan tangan bergetar. Gugup pada dirinya sendiri, takut jika kehadirannya tidak diterima.

"Mbok!

Tolong siapkan kamar buat mbak Tuti ya. Mulai besok, mbak Tuti akan bantu bantu mbok nemenin mama!" Bram menatap mbok Darmi dengan senyuman tipis.

"Siap den, laksanakan. Istirahat dulu, biar si mbok nanti siapkan makanannya juga." mbok Darmi langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Bram.

"Masuklah, mbak!" Bram terlihat sangat santun dan berwibawa dihadapan ibunya. Membuat Tuti semakin segan dengan laki laki yang sudah bersedia menolongnya itu.

"Duduk, nduk!

Kamu pasti lelah!" Bu Rukmini dengan ramah mempersilahkan Tuti untuk duduk di kursi kayu ruang tamu.

Rumah sederhana namun begitu nyaman.

Memiliki bangunan yang sangat luas, khas bangunan kuno. Bahkan semua bahan terbuat dari kayu jati asli.

"Terimakasih, Bu!

Maaf sudah merepotkan!" sahut Tuti yang masih terlihat sungkan. Sedari tadi selalu menundukkan wajahnya. Menyembunyikan perasaan kalut dan sedih yang mati matian dia tahan.

"Kamu hamil?" kembali Bu Rukmini membuka suaranya. Menelisik penampilan Tuti yang terlihat perutnya sedikit membuncit.

"Iya, Bu!

Saya hamil lima bulan." sahut Tuti dengan wajah terlihat pias.

"Dimana suami kamu, nduk?

Kok kamu bisa saja, Bram?" kembali Bu Rukmini melontarkan pertanyaan yang membuat dada Tuti sesak.

"Suami saya, itu Bu. Saya...." Tuti bingung harus menjawab apa, takut kalau kehadirannya tidak diterima setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Tuti, kabur dari suaminya, ma!" sahut Bram santai. Sedangkan Tuti terlihat semakin pucat padi. Kedua tangannya terlihat memilin baju dengan gemetar.

"Kabur?

Maksudnya bagaimana?

Bram! jelaskan sama mama. Kamu tidak bawa kabur istrinya orang kan?

Jangan macam macam kamu!" Bu Rukmini terlihat tegang, menatap tajam pada anak lelakinya.

"Mama jangan salah paham dulu.

Justru Bram sedang menolong mbak Tuti dari kejahatan suaminya.

Mbak Tuti dijual sama suaminya sendiri, ma!

Padahal saat ini sedang hamil, tapi suaminya menyuruh mbak Tuti melayani orang yang sudah bertransaksi dengan suaminya.

Bram, gak tega. Sebagai sesama kita wajib menolongnya." blas Bram panjang lebar, membuat Bu Rukmini tertegun, menatap Tuti dengan perasan iba. Bahkan kini Tuti sudah terisak, wajahnya basah dengan air mata.

"Ijinkan, saya bekerja disini, Bu!

Saya akan melakukan perkejaan apa saja, saya janji, akan mengerjakan semuanya dengan baik. Saya takut pulang, karena suami saya kasti akan kembali menyuruh saya melayani laki laki hidung belang dan menghajar saya. Saya sudah gak sanggup. Tolong ijinkan saya tunggal disini!" Tuti menangis, memberanikan diri untuk bersuara. Berharap kehadirannya diterima, meskipun harus menjadi pembantu seumur hidup dirumah ini.

"Astagfirullah!

Baiklah, kamu boleh tinggal disini.

Kamu bisa bantu bantu mbok Darmi, dan menjaga Almira, cucuku!" sahut Bu Rukmini yang tak tega melihat kesedihan Tuti. Hatinya juga tak bisa memungkiri, jika Tuti hampir mirip dengan menantunya yang sudah meninggal, istrinya Bram.

"Terimakasih, ma!

Bram bisa tenang meninggalkan mbak Tuti disini.

Bram nanti sore harus kembali lagi ke kota, karena masih ada pekerjaan disana yang belum selesai.

Almira nanti pulang jam berapa?

Bukannya hari ini dia tidak ada les tambahan?" Bram ikut menimpali, Almira adalah anak satu satunya Bram dengan almarhum istrinya. Almira sudah kelas dua SMU.

"Sebentar lagi juga pulang.

Pasti dia senang, melihatmu pulang, Bram!

Entah seperti apa reaksinya setelah nanti ketemu dengan mbak Tuti.

Kamu hampir mirip dengan almarhumah istrinya Bram, nduk!" sambung Bu Rukmini yang menatap sendu ke arahnya Tuti yang langsung kaget mendengar ucapan yang dilontarkan oleh ibunya Bram.

"Saya?

Apa itu benar, Bu?" sahut Tuti yang masih tak percaya.

"Iya, meskipun gak sama persis. Tapi kalian ada kemiripan. Semoga adanya kamu dirumah ini, bisa mengendalikan senyum Almira yang sudah lama hilang." sahut Bu Rukmini sendu.

"Silahkan diminum, Den!

Nyah, dan siapa tadi namanya?" mbok Darmi meletakkan tiga cangkir berisi teh hangat. Dan juga cemilan.

"Tuti! panggil saja saya Tuti, mbok!" sahut Tuti ramah. Entah kemana sifat angkuh yang dulu dimiliki Tuti. Setelah menjalani kepahitan hidup bersama Warno. Tumbuh penyesalan dan membuat dirinya sadar, bertekad untuk memperbaiki diri menjadi orang baik.

"Asalamualaikum!

Papa pulang!!" teriak Almira yang mengetahui kepulangan papanya saat melihat ada mobil sang papa yang terparkir dihalaman rumah.

Almira tertegun, matanya menatap tak percaya ke arah Tuti dengan bibir bergetar.

"Mama!" ucapnya lirih.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]

#Bidadari Salju [ On going ]

#Wanita Sebatang Kara { New karya }

#Ganti Istri { New karya }

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say❤️

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

jadi ketauan donk kalo Bram suka main2 sama p3l4cur .... 🤭

2023-08-21

2

Mus Zuliaka

Mus Zuliaka

ksian jg nasip tuti, biar kata ngeselin tp klo dijual dan disiksa si warno pengangguran lama2 ya ksian. smoga bs brubah jd lbih baik lah si tuti.

2023-06-19

0

Nayla Ujji ...

Nayla Ujji ...

😥😥...
saya terharu...
Alloh Maha Pengampun. Maha Pengasih.
semoga kau, istiqomah. Tuti.
dan menjalani semuanya dengan rasa syukur.

2023-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!