Dijemput paksa

"Sudah tukang selingkuh, kamu ternyata juga wanita yang berhati batu!

Sungguh menyesal aku, dulu sudah memaksa anakku untuk menerima perjodohan. Aku pikir dengan sikap baik orang tuamu, kamu juga orang yang baik seperti mereka, tapi ternyata semua salah besar!

Kamu sungguh bukan perempuan baik baik!" desah Bu Retno yang sudah lelah menghadapi sikap batunya Tuti.

"Jangan menghardik ku, Mak!

Lihat saja pada anakmu itu, kalau dia bisa menyenangkan ku, tidak mungkin aku selingkuh!

Jadi tidak usah terus menyalahkan ku!" sahut Tuti yang mulai bisa membuang perasaan takutnya. Dia pikir untuk apa menghormati jika dirinya sudah dibenci.

"Kenapa dengan anakku?

Aku tau siapa Bagus, dia bertanggung jawab sama kamu dan anak anaknya dengan sepenuhnya. Apa kamu kekurangan selama menjadi istri anakku, hah?

Apa bagus pernah bicara kasar dan berbuat kasar padamu?

Aku yakin, anakku tidak akan sanggup melakukan itu, karena pada dasarnya Bagus anak yang baik dan paham agama.

Kalaupun ada sikapnya yang mulai berubah, paling dia akan mendiamkan kamu tanpa mau banyak bicara. Dia anakku, aku sangat hafal seperti apa tindak tanduknya putraku.

Kamu saja yang kegatelan, sampai sampai kamu sering tidur dengan mantan pacarmu yang pengangguran itu!" bentak Bu Retno yang sudah tidak Sudi lagi bicara baik baik dengan Tuti.

Bu Retno benar benar sudah habis kesabaran menghadapi menantunya itu.

Selama ini, Bu Retno diam saja dan bahkan menutup mulut dan telinganya dari omongan tetangganya tentang desas desus perselingkuhan Tuti. Bu Retno punya prinsip selama tidak ada bukti dia akan diam saja dan menganggap itu hanya kabar burung. Tapi tidak saat ini, Vidio Tuti dan Warno sudah menyebar luas. Tentu saja membuat perempuan paruh baya itu murka dan malu dengan kelakuan mantunya.

"Namanya anak, ya pasti di bela lah, meskipun dia cuma memberikan uang belanja tiga ratus ribu seminggu!" sungut Tuti yang sengaja mengeraskan suaranya biar di dengar para tetangga yang tengah kepo diluar sana. Tapi justru perkataan Tuti makin membuat para tetangga riuh mencemoohnya.

Ada yang bilang kurang bersyukur, tidak tau diuntung, istri mata duitan, istri banyak tingkah, dan masih banyak lagi suara suara sumbang diluar menanggapi ucapan Tuti.

"Cukup Tuti!

Apa kamu tidak malu, dengan orang orang diluar sana?

Dan soal uang belanja yang kamu ributkan, perlu aku luruskan biar tidak jadi fitnah.

Aku sudah memberikan uang lebih padamu selama ini, lima ratus seminggu sekali hanya untuk pegangan kamu dan uang jajan anak anak, semua urusan dapur dan rumah sudah aku cukupi. Bahkan aku juga memberikan satu juta lima ratus sama kamu dalam satu bulan sekali kusus untuk nafkahmu saja. Tapi apa?

Justru kamu habiskan untuk menyenangkan selingkuhanmu itu. Sebagai laki laki yang banting tulang mencari nafkah, tentu aku tidak rela. Susah payah aku mencari uang, kamu dengan seenaknya memberikan secara percuma untuk laki laki pengangguran itu. Pasti siapapun tidak akan sudi dan sakit hati. Begitu juga denganku, makanya aku dua bulan ini menghentikan uang nafkahmu yang sejuta lima ratus, tapi aku masih memberikan uang pegangan untukmu tiga ratus ribu seminggu sekali, itupun diluar urusan dapur, karena aku sudah mencukupinya. Jadi tidak usah kamu banyak drama, mulai sekarang mintalah kebutuhan kamu sama kekasih pengangguran kamu itu, karena kita sudah selesai sampai disini!" balas Bagus panjang lebar dan membuat warga semakin heboh menyalahkan dan menghujat Tuti.

"Aku gak mau, kang!

Pokoknya aku gak mau dicerai, titik!

Aku maunya tetap disini, jadi istri kamu!" sahut Tuti membuat Bagus hilang kesabaran.

"Aku sudah menjatuhkan talak, Tuti. Kita sudah bukan lagi suami istri secara agama.

Dan aku juga sudah tidak mau menerima kamu lagi setelah apa yang kamu lakukan pada laki laki itu. Sungguh menjijikkan!" balas Bagus geram dan matanya menatap tajam pada Tuti yang sama sekali tidak perduli dan terlihat santai. Entah terbuat dari apa hatinya.

"Mau kamu usir aku berapa kali pun, aku akan tetap tinggal disini. Kalau mau, pergilah sendiri, ini rumahku, aku berhak menempatinya sampai kapanpun. Jadi, kang Bagus saja yang meninggalkan rumah ini, kenapa harus aku?" sahut Tuti dengan senyuman licik dan sikapnya yang tak tau malu.

"Selain tukang zina, kamu ternyata juga licik dan serakah. Memalukan!" herdik Bu Retno yang begitu kesal dengan kelakuan Tuti.

Tuti justru tertawa lebar, tak perduli dengan hardikan mertuanya, sampai ada suara yang menghentikannya dan membuatnya mundur dengan wajah pucat pasi, ketakutan!

"Memalukan kamu, Tuti!

Aku sebagai orang tua kamu, mendengar ucapan kamu ini sungguh malu. Keterlaluan kamu!" teriak pak Sawal yang di ikuti oleh Bu Ipah, orang tuanya Tuti.

Wajah mereka merah padam karena malu dengan kelakuan anak perempuannya.

"Hentikan kelakuan kamu itu, bapak menjemputmu, karena tau kelakuan kamu tak mungkin bisa diterima suami dan keluarganya. Bukannya sadar dan memperbaiki diri, tapi kamu justru bersikap memalukan. Jangan sampai, bapakmu ini kalap lalu membunuhmu!

Minta maaflah pada suami dan mertua kamu baik baik, lalu ikut pulang dengan bapak!" bentak pak Sawal dengan wajah mengeras.

Tuti yang dari dulu, memang takut dengan bapaknya yang temperamental saat dia melakukan kesalahan, hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan laki laki sepuh yang sudah terlihat murka itu.

"Tapi, pak!" sahut Tuti dengan terbata.

"Tidak ada tapi tapian. Ikuti perintah bapak, kalau tidak, pasti kamu tau akibatnya, kan?" sahut pak Sawal dingin dengan wajah garangnya.

"Lebih baik, kita bicarakan dulu di dalam, pak!

Mari silahkan masuk, Pak, Bu!" Bu Retno menimpali dan langsung disambut baik oleh kedua orang tua Tuti. Mereka memang orang baik dan sudah mengenal baik keluarganya Bagus, jadi wajar kalau orang tua Tuti merasa sangat malu dan bersalah karena kelakuan anaknya itu.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]

#Bidadari Salju [ On going ]

#Wanita Sebatang Kara { New karya }

#Ganti Istri { New karya }

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say❤️

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ternyata begitu pawang nya dateng, Tuti langsung keok ...
cepet bawa pulang anak mu yg dj4l4n9 itu, pak Sawal - bu Ipah .. daripada kelamaan jadi tontonan warga ... bikin malu ajah .. 😡

2023-08-21

2

say

say

untung orang tuanya c Tuti, beradab baik, coba klo saruana ciga c Tuti, auto makan hati deh🤦‍♀️

2023-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!