Jatah semakin dikurangi

"Mas, aku tanya loh ini. Kok gak ada yang jawab sih! Kalian budek gitu?" sungut Tuti yang mulai kesal karena merasa diacuhkan.

"Kami sudah pulang dari sejam yang lalu, kamunya saja yang asik di dalam kamar, sampai sampai kami mengucapkan salam gak dijawab.

Kamu lagi ngapain sih di kamar?" sahut Bagus dengan wajah datarnya. Tuti yang tidak pernah diperlakukan dingin oleh suaminya merasa heran dengan perubahan sikap Bagus itu.

"Em itu, kang. Tadi aku ketiduran." sahut Tuti mencari alasan. Bagus hanya diam dan kembali fokus menatap layar datarnya, berkirim pesan dengan salah satu temannya yang sudah jadi pengacara. Bagus akan mengubah semua kepemilikan aset atas nama orang tua dan anak anaknya, biar saat bercerai, Tuti tidak mendapatkan apapun dari harta yang bagus perjuangkan selama ini, dengan hasil kerja kerasnya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Seperti biasa, setiap hari Sabtu, Bagus pasti akan memberikan uang belanja paa Tuti.

Dengan wajah berseri, Tuti menunggu kepulangan suaminya, namun sudah hampir magrib Bagus tak kunjung pulang.

"Kemana sih bapak kalian?

Jam segini kok belum pulang juga?" rutuk Tuti yang mulai kesal.

Sedangkan kedua anaknya hanya diam saja sambil matanya fokus ke arah televisi.

Mereka sengaja gak makan dulu, karena tadi Bagus mengirim pesan, ke ponsel Agung. Bagus akan membawakan makanan kesukaan mereka.

"Kalian gak makan?

Itu, sudah ibuk gorengin telur dadar dan ada kecap manis di meja. Makan sana!" Tuti memerintahkan anak anaknya untuk makan dengan nasi dingin dan telur dadar yang tadi sore digorengnya. Padahal dirinya sendiri membeli sate, tapi dihabiskan sendiri tanpa mau membaginya dengan anak anaknya.

"Kami makan nunggu bapak pulang saja.

Bapak janji, mau belikan kami nasi Padang ikan rendang." sahut Ani cuek, dan membuat Tuti mencebik kesal ke arah anaknya.

"Makan itu gak usah aneh aneh, makan apa yang ada dirumah. Uang nya di hemat. Kapan bisa kaya kalau kalian makan saja selalu minta yang enak enak. Ngirit gitu loh, jadi anak kok susah banget diajak ngomong." sungut Tuti dengan wajah masamnya.

"Lha tadi yang makan sama sate siapa?

Ibuk saja tiap hari makan enak enak, kami cuma dikasih telur, kalau gak telor ya tempe. Gitu terus.

Tidak kayak bapak, selalu membelikan makanan enak sama kita!" sahut Ani yang tak mau kalah dengan ibunya.

"Asalamualaikum." suara Bagus menghentikan perdebatan ibu dan anak yang lagi seru serunya.

Tuti yang sudah tidak sabar mau meminta jatah uang belanjanya langsung menghampiri suaminya.

"Kang, kok baru pulang jam segini?" todong Tuti dengan wajah dibuat cemberut, namun Bagus tak menghiraukan pertanyaan Tuti. Sibuk dengan kedua anaknya yang langsung meminta kantong keresek yang ada ditangannya.

"Kalian makan saja dulu, itu bapak sudah belikan rendang, bapak mau mandi dulu." Bagus menyerahkan bungkusan pada Ani.

"Ani buatkan kopi ya, pak!

Kita makannya bareng saja, Ani sama mas Agung nunggu bapak saja." sahut Ani dengan senyum merekah.

"Kang, kok kamu cuekin aku sih?

Dari mana kamu, kok baru pulang jam segini?" sungut Tuti kesal karena diabaikan.

"Apa kamu gak lihat, aku mampir ke warung Padang, antri. Jadinya lama." sahut Bagus cuek bahkan nadanya sedikit meninggi.

Bayangan perselingkuhan Tuti selalu membuat hatinya sakit, dan itu memacu amarah di dadanya untuk meletup.

"Aku tanya baik baik. Tapi kamu kok ngegas sih jawabnya!

Aku nunggu kamu loh dari tadi.

Harusnya tidak perlu beli makanan diluar, buang buang duit saja. Boros itu namanya.

Dirumah aku sudah masak, tinggal makan kok masih gak terima." sungut Tuti yang terus mengomel mengeluarkan semua kekesalannya.

"Aku yang cari uang, jadi suka suka aku mau ngapain dengan uangku. Lagian buat nyenengin anak apa salahnya?

Kamu saja suka beli makanan enak diluar, tapi kedua anakmu cuma kasih telur sama tempe. Tega kamu itu jadi ibu, dimana mana, seorang ibu itu rela mengalah dan berkorban buat anak anaknya, tapi tidak buat kamu, kamu justru suka berfoya foya dengan orang lain, sedangkan anak anak kamu biarkan makan seadanya, bahkan hampir tidak pernah bisa beli jajan. Terus, uang yang aku kasih kamu kemana kan?" sahut Bagus panjang lebar dengan mata menatap tajam.

Tuti yang tidak menyangka akan diamuk sedemikan oleh Bagus, hanya bisa melongo. Shock dengan apa yang terjadi. Bagus benar benar berubah.

"Kang!

Kamu kok jadi jahat banget sama aku, ada apa?" sahut Tuti yang pura pura sedih.

"Sudahlah, aku capek. Mau mandi dulu." sahut Bagus yang langsung pergi meninggalkan Tuti.

"Sedangkan kedua anak mereka masih duduk anteng menunggu bapaknya di depan piring masing masing. Bahkan Bagus hanya membeli nasi Padang sebanyak tiga bungkus saja.

Bagus marah karena tadi Agung menelponnya dan menceritakan ulah ibunya yang makan sate tapi tidak mau berbagi, dan justru menyuruh mereka makan sama telur dan kecap.

"Loh, ini kok cuma tiga bungkus saja?

Buat ibuk mana?" Tuti menghampiri kedua anaknya yang masih duduk anteng di kursi meja makan yang ada di dapur.

"Bapak cuma beli tiga bungkus saja.

Bukannya ibuk sudah makan sama sate kambing ya tadi?" sahut Agung, membuat Tuti melotot lalu pergi begitu saja memasuki kamarnya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"Ini, jatah buat satu Minggu!" bagus menyerahkan uang limapuluh ribuan sebanyak enam lembar pada Tuti.

"Kok cuma tiga ratus ribu, kang?

Dapat apa uang segini?

Jangan pelit pelit kamu kang! Bikin aku semakin pingin pergi saja dari kamu!" Tuti menatap tajam ke arah Bagus. Namun Bagus tak perduli sama sekali, tetap tenang dan cuek.

"Aku akan membelikan, telor, daging, dan ayam buat stok dikulkas. Dan jatah uang saku anak anak sudah aku berikan sendiri sama mereka, masing masing anak seratus lima puluh untuk satu minggu.

Lebih baik kamu atur uang itu dengan baik, jangan banyak protes." sahut Bagus santai, dan pergi meninggalkan Tuti yang terlihat mengepalkan kedua tangannya erat.

"Awas kamu, mas!"

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]

#Bidadari Salju [ On going ]

#Wanita Sebatang Kara { New karya }

#Ganti Istri { New karya }

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

byuh kok ada seorg ibu yg tega sama anak kandungnya uang 500rb 1minggu ya lumayanlah hanya utk kebutuhan dapur saja..Krn utk listrik dll sdh dipenuhi sama suami..

2024-01-17

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

beeuuh ... playing victim ...
gak laku, Tut ... 🤪🤪🤣🤣🤣

2023-08-21

2

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

good job, Baguuuusss .... 👍👍👍👏👏👏
istri durhakim dan slingkuhan s0nt0l0y0 mah emang kudu digituin ... benalu mah hempaskan ajah ke kerak bumi ... 😡

2023-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!