"Perempuan murahan! Pelacur!
Sekarang juga, aku jatuhkan talak padamu Tuti Sarinah binti Sumarto!
Mulai detik ini juga kamu bukan lagi istriku!" lantang Bagus mengucapkan kata talaknya pada Tuti yang menangis histeris. Bagus yang sudah tidak bisa mentolerir perbuatan istrinya memilih pergi setelah menjatuhkan kata talaq. Meminta warga untuk mengurus hukuman mereka berdua. Bagus sudah tak lagi mau perduli.
Sebelum benar benar pergi, Bagus sempat meminta vidio pada salah satu pemuda yang ada di sana, untuk jaga jaga bila nanti dibutuhkan sebagai bukti. Karena meskipun mereka berpisah, Bagus tidak mau kedua anaknya jatuh ke tangan Tuti. Tak akan tega jika buah hatinya berada dalam pengasuhan seorang ibu yang moralnya sudah bobrok.
Pikiran Bagus kacau, bukan karena memikirkan kelakuan istrinya yang keterlaluan itu.
Tapi memikirkan kedua anaknya, kalau sampai berita itu menyebar. Pasti mental mereka akan terluka, belum lagi mereka akan menanggung malu oleh ulah ibunya itu, tidak mungkin perbuatan Tuti tidak menyebar, pasti akan menjadi bahan ghibah warga kampung. "Sialan kamu Tuti, uuugh dasar perempuan murahan!" umpat Bagus frustasi, dadanya naik turun menahan emosi yang masih membara.
"Gus! kamu baik baik saja?" pak Slamet menghampiri Bagus yang masih berdiri di dekat motornya.
"Gimana mau baik baik saja, kang.
Aku kepikiran anak anakku, pasti ini akan membuat mereka terguncang! Dasar Perempuan murahan!" sahut Bagus dengan wajah memerah.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?
Jangan bodoh mempertahankan perempuan seperti itu hanya demi alasan anak anak. Karena Tuti sepertinya sudah tergila gila dengan laki laki pengangguran itu." sahut pak Slamet memberikan nasehatnya.
"Iya, kang!
Aku tidak lagi mau diam saja. Bahkan kang Slamet juga mendengar sendiri kalau aku sudah menjatuhkan talak pada Tuti.
Aku akan mengusirnya dari rumah tanpa membawa apapun. Biarlah dia hidup dengan laki laki tak berguna itu. Aku sudah lelah menghadapi perempuan itu." sahut Bagus dengan memejamkan matanya, berusaha menetralisir perasaannya.
"Aku tak pulang dulu, kang!
Takutnya anak anak sudah sampai rumah, ini sudah jam mereka pulang sekolah!" sambung Bagus yang mulai bisa menguasai dirinya.
"Mau kemana kamu, Gus?
Katanya pulang, kok balik kesana?" sahut pak Slamet heran, karena Bagus kembali ke arah kontrakan Warno yang masih dikerubuti warga sekitar.
"Mau ambil kunci rumah, sekalian kunci motor yang di bawa Tuti.
Itu motor milikku, aku tidak akan biarkan wanita itu memakai barang hasil kerja kerasku." Sahut Bagus dengan wajah mengeras.
"Mana kunci rumah dan motor kamu!" tekan Bagus dingin, menatap nyalang ke arah Tuti yang sudah memakai baju lengkap, begitu juga dengan Warno yang juga sudah memakai kembali bajunya.
"Bapak siapanya perempuan itu, suaminya?" tanya bapak bapak yang terlihat berwibawa.
"Saya Bagus, suami dari perempuan murahan itu.
Tapi baru saja saya jatuhkan talak pada perempuan itu. Jadi sekarang, kami hanya mantan." sahut Bagus datar dengan tatapan yang tak beralih dari melihat dua pasangan mesum itu.
"Oh begitu, saya turut prihatin atas kejadian seperti ini. Maafkan saya, sebagai RT disini, saya sudah lalai menjaga ketertiban lingkungan, sehingga sampai terjadi hal seperti ini.
Lalu, pak Bagus mau bagaimana, mereka mau diproses hukum atau gimana?" sahut bapak bapak itu yang ternyata RT di daerah ini.
"Terserah sama pak RT dan warga saja. Karena saya sudah tidak punya urusan lagi dengan perempuan ini. Dia bukan istri saya lagi. Sebaiknya, untuk menghindari maksiat terjadi lagi, nikahkan saja mereka. Saya juga akan memasukkan gugatan ke pengadilan sekarang juga." sahut Bagus dengan tatapan sinis diarahkan ke arah Tuti yang terlihat shock mendengar ucapan Bagus.
"Kang, kamu serius mau bercerai dariku?
Maafkan aku, aku janji tidak akan mengulangi lagi dan akan meninggalkan dia demi keutuhan rumah tangga kita, maafkan Tuti, kang!" sahut Tuti dengan wajah memerah dan air mata yang sudah menganak sungai.
"Terlambat!
Aku sudah tak Sudi lagi melihat kamu.
Mulai detik ini, kamu tidak usah lagi menginjakkan kaki kamu dirumahku. Aku akan mengirimkan barang barang kamu kesini setelah ini. Tunggu saja!" sahut Bagus tegas dengan wajah datarnya.
Bagus melangkah ke arah meja kecil yang ada disudut ruangan, dengan cekatan, bagus mengambil kunci didalam tas tersebut.
"Kang, jangan ambil motorku!
Aku pulang dengan apa?" Tuti menatap nanar ke arah mantan suaminya yang kini terlihat tak lagi mau perduli lagi padanya.
"Ini motorku, Aku membelinya dengan uangku buat kamu antar jemput anak anak.
Sekarang kamu bukan lagi istriku, Tuti.
Aku ambil kembali motor itu, karena kamu tidak punya hak memakainya lagi, apa lagi laki laki itu, aku tak sudi milikku disentuh olehnya." sahut Bagus dengan kembali melangkah keluar.
Meminta pak Slamet untuk ikut pulang membawa motornya Tuti.
Dan benar saja, saat Bagus sampai dirumahnya, kedua anaknya sudah duduk manis di kursi teras dengan wajah ditekuk.
"Kalian sudah pulang?
Ayo masuk!" Bagus menyapa kedua anaknya yang tak seceria biasanya, bahkan Ani terlihat sembab seperti habis menangis.
Bagus membuka pintu rumah dan mengajak kedua anaknya masuk.
"Gus, aku langsung balik saja ya, itu sudah ditunggu sama tukang ojek. Tadi pas di gang depan, aku memintanya untuk mengantarku pulang." pak Slamet yang merasa tak enak memilih langsung pulang, memberikan ruang untuk Bagus dan kedua anaknya bicara.
"Terimakasih ya, kang!
Oh iya, ini buat naik ojek!" Bagus menyodorkan uang seratus ribuan pada pak Slamet yang langsung ditolaknya.
"Gak usah, aku bawa dompet kok.
Kamu simpan saja, kayak sama siapa saja.
Yasudah, aku balik dulu ya. Kamu tenangin saja diri kamu dulu. Semoga semua baik baik saja. Yang sabar!" sahut pak Slamet sebelum pergi naik ojek.
Bagus menatap nanar kepergian pak Slamet, entah seperti apa kalau tadi tidak dapat informasi dari laki laki yang umurnya lebih tua empat tahun darinya itu. Akan selamanya hidup dalam kebohongan istrinya.
Tapi kini, meskipun sakit, setidaknya mereka sudah berpisah dengan alasan yang jelas.
Tinggal bagaimana memberi pengertian pada kedua anaknya agar mereka tidak larut dengan rasa sedih dan malu.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]
#Bidadari Salju [ On going ]
#Wanita Sebatang Kara { New karya }
#Ganti Istri { New karya }
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
syukkkaa dgn sikap Bagus yg tegas ....
2023-08-21
2
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
koq pak eRTe gak kenal sama warga nya ? 🤔
2023-08-21
0
sella surya amanda
lanjut
2023-05-10
0