Dunia ini sempit

Sudah tiga bulan, Tuti pergi meninggalkan rumah tanpa kabar. Warno sudah mencari kemana mana tapi tidak menemukan keberadaan Tuti. Bahkan hampir tiap hari, dia menguntit rumah mertuanya, tidak juga mendapatkan keberadaan Tuti. Tuti tidak ada dirumah itu.

Warno semakin kelimpungan, karena yang pegangannya sudah habis. Buat makan saja susah, gak ada yang bisa dijualnya lagi.

"Pak!

Gimana kabarnya, Tuti ya?

Sudah lama kita tidak tau bagaimana keadaannya.

Bagaimanapun dia itu anak kita. Kok aku cemas, akhir akhir ini sering mimpi lihat Tuti nangis.

Apa dia hidupnya sekarang tidak baik baik saja?" lirih Bu Ipah sendu. Wajah tuanya terlihat begitu sedih, memikirkan nasib anak perempuannya.

"Kita doakan yang baik baik saja toh, Bu!

Dia sudah milih jalan hidupnya sendiri. Dikasih suami baik yang bertanggung jawab disia siakan, malah justru memilih laki laki pengangguran kayak Warno. Biar Tuti tau dengan sendirinya, kalau hidup dengan laki laki pemalas itu sengsara dan makan hati. Kalau dia gak kuat pasti pulang kemari. Sudah, jangan terlalu dipikirkan!" sahut pak Sawal sambil menghirup udara sebanyak mungkin. Matanya nampak berkaca kaca, teringat bagaimana nasib anak perempuannya.

"Tapi perasaan ibu, gak enak, pak!

Takut, Tuti kenapa kenapa?" balas Bu Idah dendam bibir bergetar, bagaimanapun Tuti adalah putrinya.

"Coba, minta Arip untuk mencari keberadaan kakaknya. Suruh selidiki bagaimana nasibnya sekarang!" pinta Bu idah dengan wajah sendunya.

"Coba kamu bilang ke Arip, pak!

Anak itu juga susah susah gampang suruhannya." Bu Idah terlihat begitu putus asa. Wajah tuanya semakin nampak kuyu.

"Mbak Tuti kabur!

Arip dapat info dari teman yang tinggal satu desa dengan mas Warno.

Mbak Tuti sudah gak kelihatan lebih dari tiga ga bulan. Bahkan suaminya juga sudah diusir dari kontrakannya, karena tidak bisa bayar." tiba tiba Arip muncul, ikut menyahut ucapan orang tuanya yang membahas kakak perempuannya.

"Astagfirullah! Kamu tau dari mana, le?

Apa itu benar, bukan cuma kabar bohong kan?" sahut Bu Idah yang sudah meneteskan air matanya. Dadanya langsung terasa sesak.

"Kenapa kamu diam saja to, Rip?

Dia mbak yu kamu, kenapa gak bicara sama ibu dan bapak?" pak Sawal ikut menimpali, semarah apapun dirinya, Tuti tetaplah anak perempuannya, perasaan cemas dan khawatir langsung menyergap hatinya.

"Arip, cuma gak mau kalau ibu dan bapak itu kepikiran. Arip sudah mencari keberadaan mbak Tuti kok, Arip dibantu teman temannya Arip, dan Alhamdulillah, mbak Tuti keadaannya baik dan juga sehat. Sekarang mbak Tuti jauh lebih baik, dia sedang hamil." sahut Arip dengan tanpa ragu, mengatakan apa yang dia ketahui.

"Hamil?

Terus sekarang dia ada dimana, Le?

Mbak yu kamu, tinggal sama siapa?" cerca Bu Idah yang sudah tergugu mendengar nasib anak perempuannya.

"Ibu yang tenang. Mbak Tuti sehat sehat aja kok. Arip akan ceritakan semuanya, tapi bapak sama ibu janji, harus merahasiakan semuanya, karena ini demi keselamatan mbak Tuti." Arip menatap iba pada kedua orang tuanya yang terlihat terpukul dengan kabar yang dia ceritakan.

"Ceritakan, Le!

Tuti anak bapak dan ibu, kamu gak usah khawatir, kami tidak mungkin membuatnya celaka." sahut pak Sawal yang berusaha untuk tegar.

"Suaminya mbak Tuti itu, gila!

Dia sudah memaksa mbak Tuti untuk melayani laki laki hidung belang. Kalau tidak mau, mbak Tuti akan disiksa. Bahkan, mbak Tuti tidak lagi di ijinkan pegang hape, uang hasil menjual mbak Tuti, dia juga yang pegang. Mbak Tuti hanya dimanfaatkan untuk kepentingan laki laki gila itu." Arip mengepalkan kedua tangannya erat, benci dan dendam jika ingat cerita kakaknya tentang Warno.

"Maksud kamu apa to, Le?

Di jual, maksudnya dijual untuk tidur dengan laki laki kayak wanita pelacur, begitu?" tanya Bu Idah meradang. Arip hanya bisa mengangguk, membenarkan ucapan ibunya. Bu Idah semakin meraung, dadanya benar benar sesak dengan kenyataan yang menimpa Tuti.

"Ya Alloh, pak!

Anak kita, pak! Anak kita disiksa! Pasti, Tuti sangat menderita oleh ulahnya laki laki pengangguran itu. Benar benar hewan itu orang!" Raung Bu Idah yang semakin pecah tangisnya.

"Sekarang, mbak yu kamu, ada dimana?" pak Sawal berusaha untuk tegar, meskipun hatinya panas dan ingin menghancurkan kepala Warno.

"Mbak Tuti, di tolong oleh seseorang yang kebetulan adalah saudara teman sekampus nya Arip. Mbak Tuti baik baik saja, mereka memperlakukan mbak Tuti sangat baik. Mbak Tuti bantu bantu dirumah keluarganya temannya Arip. Dan setiap bulan juga diberi gaji, bahkan kehamilannya juga dirawat oleh keluarga itu.

Saat Arip menemui mbak Tuti, mbak Tuti bilang kerasan tinggal disana. Karena mereka semua menyayangi mbak Tuti. Dan agar mbak Tuti juga tidak ketahuan sama suaminya yang gila itu. Untuk itulah, kita biarkan mbak Tuti disana saja, sampai dia melahirkan. Dan lagian juga mereka cuma nikah siri, urusan perceraian juga tidak terlalu rumit. Nanti biar arip cari tau pada pak ustadz, bagaiman hukumnya." jawab Arip panjang lebar dan membuat Bu Idah juga oak sawal sedikit merasa lega, karena anak mereka baik baik saja, dan yang penting aman dari kelakuan gila suaminya.

"Bawa ibu ketemu mbak mu, Le!

Ibu ingin ketemu sama dia, tak tega rasanya." Isak hu Idah yang mulai mereda tangisnya.

"Iya, Bu!

Pasti! Nanti Arip antar ibu dan bapak ketemu mbak Tuti, tapi cari waktu yang tepat dulu. Jangan sampai Warno melihat kita dan mengikuti. Kasihan mbak Tuti. Tania bapak dan ibu tau, Warno Siring memata matai kita dirumah ini, untuk mencari tau keberadaan mbak Tuti." Arip bicara dengan santai, namu dadanya bergemuruh bila teringat perbuatan Warno pada kakaknya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]

#Bidadari Salju [ On going ]

#Wanita Sebatang Kara { New karya }

#Ganti Istri { New karya }

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say❤️

Terpopuler

Comments

say

say

semoga semuanya berakhir dgn happy ending ya Thor 🤲😘

2023-05-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!