Skandal Di Rumah Mertua
Hotel yang saat ini disewa untuk acara pernikahan Bara dan Jesica sudah dipenuhi oleh para tamu undangan. Dua keluarga tersebut merupakan orang terpandang yang mempunyai banyak kolega.
Pelaminan yang mewah dan megah, tempat dimana saat ini Bara dan Jesica berdiri. Senyum bahagia terlihat dari bibir mereka.
Siang tadi, Bara telah mengucapkan ijab qobul dengan sangat lancar tanpa halangan. Di saksikan oleh dua pihak keluarga dan para tamu undangan. Dan malam ini puncak acaranya, berbagai hiburan disuguhkan.
"Sayang, duduklah! Kamu pasti capek!" perintah Bara ketika melihat Jesica mulai memijat kakinya.
"Aku tak enak dengan para tamu, sayang," ucap Jesica. Dia paksakan tetap berdiri karena ada beberapa kolega Bara yang akan berpamitan.
Bara dan Jesica sudah berpacaran tiga tahun. Mereka sudah saling mengenal satu sama lain.
Bara sudah tidak punya mama karena meninggal lima tahun yang lalu. Dua bulan setelah pernikahan Marino-- kakak Bara.
Alexio-- papa Bara, tak mau lagi menikah setelah sang istri tiada. Dia memilih menjadi single parent. Apalagi anak-anaknya sudah besar dia tak butuh lagi seorang istri untuk menjaga kedua putranya.
"Acara sudah hampir selesai, kalau mau istirahat dahulu tak apa," kata Mitra-- kakak ipar Bara.
"Tidak, Kak. Saya tak enak dengan para tamu," kata Jesica.
Akhirnya dia menunggu sampai acara selesai. Malam itu mereka menginap di hotel. Besok baru pindah ke rumah Bara. Di rumah Bara tak hanya ada Alexio namun Marino dan Mitra juga masih tinggal di sana.
Alexio tak pernah mengizinkan kedua anaknya untuk pergi dari rumahnya. Dia ingin selalu bersama kedua putranya.
"Sayang, bantu aku buka reselting gaun ini," ucap Jesica.
Dengan sigap Bara membantu Jesica membuka gaun yang dia pakai saat pesta tadi. Kini Jesica hanya memakai celana pendek dan tank top saja.
"Sayang, kamu mandi duluan saja. Aku mau bersihkan make upku," kata Jesica.
"Tidak sayang, akh maunya kita mandi bareng," tolak Bara. "Sini aku bantu." Bara mengambil kapas lalu menyangka sedikit miceller water untuk menghapus make up Jesica.
Bara sangat telaten saat membantu Jesica, dia sampai mendekatkan wajahnya di depan wajah Jesica.
"Jangan terlalu dekat! Aku jadi gugup!" larang Jesica karena Bara menatapnya dengan intens.
"Sayang, apa kita akan tunda malam pertama kita?" tanya Bara yang terlihat sudah tak sabar.
"Kenapa harus ditunda?" tanya Jesica.
"Kamu siap?" tanya Bara.
Jesica mengangguk pelan dan menunduk. Acara membersihkan make up sudah selesai.
Bara mendekatkan bibirnya pada biribir ranum Jesica. Di lumatnya bibir itu tanpa jeda sehingga Jesica tampak kesusahan untuk bernafas.
Jesica mendorong dada Bara agar memberinya ruang untuk bernafas namun Bara justru semakin liar. Tangannya sudah masuk ke dalam celana pendek Jesica.
"Aku tak ingin menundanya," kata Bara.
Malam itu dua insan yang sudah sah menjadi suami istri telah menyatukan tubuh mereka. Peluh dan deru nafas menjadi satu. Mereka saling menikmati setiap inci tubuh pasangannya.
Hingga akhirnya mereka terkulai lemas. Jesica hendak berdiri namun dicegah oleh Bara.
"Biar aku gendong," kata Bara dengan sigap memakai boxernya lalu menggendong tubuh sexy Jesica yang masih polos.
Mereka kini mandi bersama saat tengah malam. Dinginnya air tak lagi menjadi penghalang bagi mereka yang tengah dimabuk asmara.
Rasa capek tak lagi terasa, setelah penyatuan yang mereka lakukan.
"Ternyata benar kata orang, malam pertama memamg sangat nikmat," kata Bara saat mereka telah selesai mandi.
"Kamu sering ya ngobrolin kaya gitu sama teman," kata Jesica.
"Wajar sayang kalau cowok ngobrol kaya gitu," ucap Bara main ke atas tempat tidur. "Sini kita tidur, besok siang kita pindah ke rumah papa," kata Bara.
Jesica naik keatas tempat tidur dan berbaring di sebelah Bara.
Bara memeluk Jesica dan mencium keningnya.
"Tidurlah bidadariku!" pinta Bara.
Jesica menurut saja pada Bara karena dia memang sudah mulai mengantuk. Akhirnya mereka berdua terlelap dalam posisi Bara memeluk Jesica.
***
Pukul 09.00 WIB, Bara dan Jesica terbangun. Terlalu capek membuat mereka terlelap dan tentu bangun kesiangan.
"Perutku lapar," rengek Jesica.
"Ayo mandi! Setelah itu kita ke bawah cari makan!" ajak Bara.
Tanpa alasan lagi Jesica segera mandi bersama Bara lagi. Kedua insan itu sedang senang mandi bersama.
"Sayang, ayo buruan!" teriak Jesica.
Bara muncul dengan pakaian santai. Mereka ke restoran hotel untuk sarapan.
Ponsel Bara berdering, panggilan dari Alexio.
"Papa nelfon," kata Bara.
"Angkat saja!" perintah Jesica.
Bara menekan tombol hijau dan ponsel itu sudah diarahke ke telinga.
"Iya, Pa. Setelah sarapan kami pulang," kata Bara.
Jesica tak mendengar apa yang dikatakan sang mertua karena Bara mensilent panggilannya.
"Papa minta kita cepat ke rumah," kata Bara setelah menutup panggilan dari sang papa. "Harusnya kita di sini beberapa hari menikmati waktu berdua," sesal Bara.
Sementara Jesica hanya tersenyum, makanan sudah datang mereka segera makan. Selesai makan mereka pulang karena Alexio terus menelfon.
Sampai di rumah Bara, Alexio dan Mitra sudah menunggu mereka.
"Akhirnya mereka datang, Pa," kata Mitra.
"Papa aku sebenarnya masih ingin menginap di hotel. Tapi papa malah menyuruhku pulang," protes Bara.
"Kenapa? Takut di sini tidak bisa bebas?" tanya Alexio. "Papa tak mau kamu lama-lama dihotel, papa ingin melihat kamu dan Jesica tinggal di sini," kata Alexio.
Bara diam saja, apapun yang Alexio katakan yak pernah bisa dibantah. Bahkan Marino saja tak berani membantah ucapan sang papa.
***
Malam itu Jesica membantu untuk menyiapkan makan malam. Dia sama sekali tak melihat Marino di rumah.
"Kak Mitra, kemana Kak Marino? sejak tadi aku tak melihatnya?" tanya Jesica.
"Oh dia keluar kota tadi pagi," jawab Jesica. "Maklum dia harus urus kantor cabang, jadi kamu sering LDRan," sambung Mitra.
Makan malam terlihat sangat nikmat apalagi saat ini Jesica sudah bersama sang suami tercinta. Beruntung Bara tak seperti Marino yang harus sering keluar kota. Bara sudah menjalankan usahanya sendiri. Sementara Marino bekerja di kantor cabang milik Alexio.
Selesai makan malam, Jesica dan Bara mengobrol bersama Alexio. Namun, Mitra tak ikut serta.
Jesica sudah mulai mengantuk hingga dia ajak Bara untuk segera undur diri dari sang papa.
Tengah malam, Jesica terbangun karena haus. Sementara di meja kamarnya tak ada air. Di keluar kamar menuju dapur.
"Aaah..aahhh," Suara itu tak asing dari telinga Jesica.
Tanpa sadar Jesica justru mengikuti arah sumber suara. Dan ternyata itu dari kamar Mitra. Jesica terkejut, setahu dia Marino di luar kota lalu dengan siapa Mitra di dalam kamar?
"Aahh...aaahh," ******* pria yang membuat Jesica terasa siapa pria yang sedang bersama Mitra.
Jesica hanya mempu menutup mulut. Dia bersembunyi karena terdengar suara langkah kaki.
Seseorang menepuk bahu Jesica, dia terkejut dan menoleh kebelakang. Dilihatnya Bara berdiri dibelakangnya.
"Bikin kaget saja," kata Jesica.
"Ngapain di sini?" tanya Bara.
"Haus mau ambil minum," jawab Jesica.
"Salah arah kamu, dapur ada di sana bukan di sini," kata Bara menunjuk letak dapur.
"Hehehe iya maaf," kata Jesica.
Jesica beranjak dari tempatnya, "Kalian belum tidur?" tanya seseorang.
Jesica dan Bara menoleh, ternyata Alexio berdiro di belakang mereka. Melihat Alexio, Jesica sedikit takut.
"Jesica kamu kenapa?" tanya Alexio.
"Ti...tidak, Pa," jawab Jesica gugup.
"Bara ajak istrimu tidur segera, ini sudah malam," kata Alexio lalu melangkahkan kaki menuju kamarnya yang letaknya selisih satu kamar dengan kamar Mitra.
"Aman...," ucap Jesica.
"Apa yang aman?" tanya Bara.
Jesica sadar dia hampir saja keceplosan.
"Tak apa-apa, aku minum dulu lalu kita balik tidur." Jesica sengaja mengalihkan pembicaraan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🥀⃞SalmiaSR
aiiihhh pasti ada apa2 itu mertua sama mantu.. knp juga suruh bara cepet2 balik ke rumah.. wah bahaya nnti klo bara keluar kota
2023-05-22
1
Bagja
waw ceritanya menakjubkan kak. ini berdasarkan kisah nyata atau bkn?
2023-05-16
0