Jesica berusaha untuk mendorong Alex agar menjauh. Namun, tubuh Alex sudah sangat dekat. Bahkan mulutnya yang bau sedikit alkohol tercium di hidung Jesica.
Jesica kira Alex akan menciumnya. Namun, Jesica salah besar. Jesica yang lengah kecolongan. Alex meremas gunung kembar milik Jesica.
Tangan Jesica kanan Jesica mencoba melepaskan tangan Alex. Namun, semakin Jesica meronta malah Alex semakin meremasnya.
"Bolehkah aku mencicipinya?" tanya Alex dengan seringai yang menakutkan.
"Jangan lakukan itu, Pa! Aku mohon!" pinta Jesica sembari terus menyingkirkan tangan Alex.
"Tapi aku ingin kamu, Jesica. Aku sudah lama merindukan tubuhmu," ucap Alex.
Alex mendorong Jesica hingga mepet ke tembok. Dengan bringasnya Alex terus meremasnya.
"Pa, aku mohon hentikan!" teriak Jesica.
Seberapa besarpun Jesica memberontak dia tetap kalah. Hingga akhirnya ada kesempatan untuk Jesica kabur. Jesica menendang ******** Alex hingga dia kesakitan dan melepaskan tangan Jesica. Jesica langsung saja lari ke dalam kamar dan mengunci pintu.
Di ambilnya ponsel miliknya, dia mencoba menghubungi Bara. Namun, tak ada jawaban bahkan nomor Bara pun tak aktif. Mencoba menelfon Amalia tapi tak aktif juga.
Jesica ketakutan tangannya sampai gemetaran ketika menekan ponsel.
"Jesica...Jesica...buka pintunya!" teriak Alex. "kamu harus temani aku malam ini," kata Alex terus menggedor pintu kamar Jesica.
Jesica gugup, dia tak tahu harus menghubungi siapa. Dia mencoba menghubungi orang tuanya tapi gak ada yang angkat. Akhirnya Jesica menghubungi Liana.
"Halo Bik Liana, kalian di mana?" tanya Jesica ketika tersambung.
"Kami sedang menginap di hotel, Non. Pak Alex meminta kami libur hari ini," jawab Bik Liana.
"Bik tolong pulang! Papa mau memperkosa saya," tutur Jesica ketakutan .
"Jesica keluar kalau tidak saya dobrak," kata Alex.
Jesica semakin takut, dia takut Alex berhasil mendobrak pintu kamarnya.
"Bik...cepat tolong aku!" pinta Jesica.
Namun, tiba-tiba terdengar suara Alex mendobrak pintu. Jesica meletakkan ponselnya mengambil meja untuk menindih pintu. Belum sempat meja sampai di pintu, Alex sudah berhasil mendobrak kamar Jesica.
"Kamu tidak akan bisa lari," kata Alex.
Jesica berusaha untuk lari ke luar kamar tapi Alex sudah menangkapnya lebih dulu.
"Papa, jangan lakukan itu! Aku gak mau nyakitin Mas Bara," tangis Jesica semakin menjadi.
"Aku gak peduli," kata Alex. Dia menghempaskan tubuh Jesica ke kasur.
"Jangan, Pa...jangan...," ucap Jesica memohon.
Sementara itu Liana yang baru mendapatkan telfon dari Jesica langsung mengajak Bik Murni pulang. Namun, dia dihalangi oleh Maura. Berkat kelicikan Liana, dia berhasil mengelabuhi Laura.
Liana dan Bik Murni segera memesan taxi untuk pulang. Sampai di rumah ternyata di kunci beruntung Liana membawa kunci cadangan.
Mereka langsung ke kamar Jesica. Saat mereka sampai Jesica dalam kungkungan Alex. Alex hampir saja menodai Jesica. Liana memukul Alex dengan sapu.
"Dasar bajingan, otak ************!" teriak Liana sambil terus memukul Alex.
"Liana apa-apaan kalian. Kalian sudah menggagalkan rencanaku. Hentikan!" teriak Alex merebut sapu itu dan mendorong Liana.
Sementara Bik Murni sudah mengamankan Jesica. Murni membawa Jesica ke luar rumah.
"Kalian lancang sekali, kalian aku pecat," kata Alex.
"Aku tidak takut, Alex. Lakukan saja! Aku sudah muak jadi babumu," bantah Liana.
Liana langsung berlari ke luar rumah, mereka bertiga melarikan diri. Alex tak bisa mengejar mereka karena di luar ada orang.
"Bik, kita kemana?" tanya Jesica.
"Kita cari tempat tinggal saja," jawab Liana.
Mereka akhinya mencari kos kecil untuk semalam. Mereka tak mungkin membawa Jesica ke hotel tempat mereka tadi akan menginap.
***
Esoknya mereka ke rumah sakit, Bara terkejut melihat Jesica dan para pembantunya datang.
"Ada apa ini?" tanya Bara.
"Mas, semalam kamu ngapain? Aku telfon gak diangkat," kata Jesica.
"Maaf batuku habis," jawab Bara. "Ada apa kamu menelfonku semalam?" tanya Bara.
"Den Bara, Non Jesica di lecehkan bapak. Beruntung kami datang," kata Liana.
"Hah...sialan!" umpat Bara kaget.
Bara merasa bersalah karena mengantarkan Jesica pulang semalam. Bara meminta maaf pada Jesica dan mengaku menyesal telah mengantarkan Jesica.
"Sudahlah, Mas. Mulai sekarang kita pindah saja. Aku gak mau tinggal lagi dengan papa," ucap Jesica.
Tinggal bersama Alex membuat Jesica trauma. Dia takut jika dia dan Bara lengah maka Alex akan mencari kesempatan lagi.
"Iya, kita harus segera pindah," kata Bara. "Bik Liana dan Bik Murni tenang saja, kalian bisa ikut tinggal bersama kami di apartemen untuk sementara waktu," sambung Bara.
"Terima kasih, Den," ucap Liana dan Murni serentak.
Mereka meninggalkan Amelia seorang diri. Mereka kembali ke rumah untuk mengambil barang mereka.
Alex saat itu ada di rumah, dia tengah bersama seorang wanita. Siapa lagi kalau bukan Maura.
"Kenapa papa tega melecehkan Jesica?" tanya Bara. "Apa kurang dengan yang papa lakukan pada Kak Amelia?" tanya Bara marah.
"Salah siapa dia jual mahal," jawab Alex.
"Bajingan!" teriak Bara melayangkam bogem ke wajah Alex.
"Apa kamu tidak terima? Kamu tidak tahu saja kalau aku sudah mengincarnya sejak lama," bantah Alex.
"Pantas jika Kak Marino pergi, rumah ini sudah tak nyaman lagi," kata Bara. "Ayo kita pergi!" ajak Bara sambil menyeret kopernya.
"Kalau kamu keluar dari rumah ini, maka tidak akan bisa kembali," ancam Alex.
"Aku tidak takut, kalaupun papa matipun aku gak akan datang. Aku sudah anggap papa mati mulai hari ini," kata Bara.
"Dasar anak durhaka! Lihat saja nanti kamu akan mengemis meminta bantuan papa," kata Alex.
Bara memilih pergi dari pada meladeni Alex. Dia tak ingin mengotori tangannya untuk melukai Alex.
"Mas,kamu yakin memutuskan hubungan dengan papa?" tanya Jesica ketika mereka dalam perjalanan ke apartemen.
"Tentu, dia yang memulai semua lebih dulu," jawab Bara. "Aku gak mau mengorbankan rumah tanggaku dengan tetap menjalin hubungan dengan orang seperti dia," sambung Bara.
"Benar kata Den Bara. Pak Alex bukan orang baik yang bisa diajak kerja sama. Dia pasti akan mengulanginya kesalahan lagi," sahut Liana.
Sampai di apartemen Bara menunjukan kamar untuk Bik Liana dan Bik Murni. Setelah itu Bara meminta Jesica untuk istirahat. Bara meninggalkan Jesica dengan Bik Liana. Dia pergi ke pasar dengan Bim Murni membeli bahan makanan.
Di pasar, Bara bertemu dengan Marino. Dia terkejut melihat Marino ada di pasar.
"Kakak ngapain di sini?" tanya Bara.
"Aku buka toko di pasar," jawab Marino. "Papa sepertinya sudah memblokir akses aku untuk melamar di perusahaan manapun. Sebab, aku sudah melamar tapi semua menolak," kata Marino. "Kamu sendiri ngapain ke pasar?" tanya Marino.
"Jesica semalam dilecehkan papa," jawab Bara.
"Bajingan papa!" umpat Marino. "Lalu kamu masih tinggal di sana?" tanya Marino.
"Tidak, aku tinggal di apartemen den Bik Murni dan Bik Liana. Mereka yang menolong Jesica karena semalam aku di rumah sakit menunggu Kak Amelia," jawab Bara.
"Amelia masih tinggal di sana?" tanya Marino.
"Iya, papa memintanya untuk tetap tinggal," jawab Bara.
Bara merasa iba dengan nasib Marino. Dia kehilangan pekerjaan dan semua fasilitas yang dulu Alex berikan. Dia benar-benar mulai dari nol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Itha
engak papa mulai dari nol yang penting halal
2024-04-28
0