...Hidup itu singkat, hanya antara Adzan dan Sholat . Lahir di Adzankan mati di sSholatkan, Lantas apa yang mau anda Sombongkan...
...-Gus Baha-...
...🍁...
Begitu dingin dan terasa menenangkan bagi Nissa yang memang menikah dalam keadaan belum adanya cinta.
Mungkin hal itu sama hal nya dengan Tama, yang mungkin saja juga menikah karena belum adanya cinta. Sempat terfikir kan oleh Nissa jika Tama mau menikahinya karena alasan terpaksa, hal ini tentu mungkin karena usia Tama yang tidak lagi muda. Terlebih karena tuntutan orang tua.
Laki laki yang memilihnya memang telah berusia 35 tahun , cukup matang mungkin dalam segi usia, namun entahlah dalam hal lainya, tentu Nissa harus siap dengan segala kemungkinan yang mungkin belum pernah dia bayangkan sebelumnya.
Segara garis besar mungkin Tama banyak menjadi idaman bagi para wanita, namun hal itu tidak berarti Nissa pun sama, karena bagi Nissa laki-laki yang baik agama lah idamannya.
Meski begitu bukan menjadi sesuatu yang tidak mungkin untuk keduanya bersama, karena tentu Nissa telah berbesar hati menerima segala kekurangan Tama, begitu juga sebaliknya.
***
Suasana terasa cukup sepi , karena baik Inara maupun Tama tidak ada satupun yang memulai pembicaraan.
Inara terlihat begitu sedih , tak jarang sesekali Tama juga melihat bagaimana Inara mengusap paksa air matanya. Seolah tengah memendam rasa kecewa, namun tengah karena apa.
"Sebenarnya ada apa Ra ?"
Inara hanya menggelengkan kepala sebagai jawab atas pertanyaan Tama.
Beberapa kali memulai pembicaraan untuk sekedar mencairkan suasana, namun pada akhirnya Inara juga tetap memilih untuk diam saja. Hingga hal itu cukup membuat Tama merasa jengah.
Beberapa saat berkendara akhirnya sampailah juga pada tempat tujuan Tama, rumah mewah dengan segala desain modern yang terlihat begitu memanjakan mata.
Ya disanalah tempat Inara tinggal, Bahkan sejak Tama mengenalnya sebelum dia berangkat ke Jerman, dan saat ini pun juga Inara bersama orang tua serta saudaranya tinggal di sana.
Tidak ada ucapan terima kasih ataupun sambutan hangat , justru Inara mencelos begitu saja pergi meninggalkan Tama yang masih termenung di dalam mobil.
Merasa di abaikan Tama pun memilih untuk pergi meninggalkan kediaman Inara.
***
Dua hari berlalu, semua persiapan tampak semakin terlihat sempurna.
Baik Nissa maupun Tama telah melakukan fitting baju kebaya dan tentu gaun yang akan di kenakan untuk acara resepsi.
Suasana berdebar kian di rasakan oleh kedua pengantin, tidak hanya Nissa saja yang kini berdiam diri dalam kamar, namun nyatanya juga Tama pun melakukan hal yang sama.
Setelah rencana cutinya terlaksana, Tama memilih untuk tetap tinggal di rumah dan tidak sekalipun keluar, hal itu tentu juga atas nasihat Bu Sisca, pasalnya tidak mungkin Tama melakukan hal itu jika tidak karena terpaksa.
Beruntung momen pernikahan ini memang sebuah momen besar bagi Tama jadi dia tentu akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin.
Sadar diri minim akan ilmu agama, hal itu tentu membuat Tama mau tidak mau harus kembali belajar untuk membuatnya pantas bersanding dengan Nissa, meski sejujurnya Nissa sendiri tidak menuntut lebih terhadap calon suaminya. Lebih tepatnya Nissa hanya meminta suami dan imam yang baik.
Beberapa buku bacaan seputar Pernikahan dalam Islam, Tuntunan Sholat lengkap, dan beberapa judul buku lain telah siap untuk Tama baca.
"Kiyaiii ...!! "
Terdengar suara nyaring dari balik pintu kamar Tama. Suara yang tidak asing baginya, hingga dia hanya menggelengkan kepala ketika suara itu terus saja memanggilnya.
"Kiyaiii Assalamualaikum Kiyaiii... "
Reza baru saja menerobos masuk kamar Tama , namun tidak lantas membuatnya terkejut. Justru dia merasa insecure dengan nama yang baru saja Reza panggil untuk dirinya.
"Sial An loe Za "
Keduanya tampak terkekeh bersama, mendapati panggilan baru yang di sematkan pada Tama.
"Bagaimana Kiyaiii Sudah siap dan mantap ?" goda Reza
"Kiyaii Kiyaii... Sialan Lo "
Meski terdengar nada ejekan dari Reza , namun Tama sangat paham jika sahabatnya hanya bercanda, dan tentu lah Reza juga begitu bahagia dengan pernikahan Tama saat ini.
Tidak hanya itu, kebahagiaan yang di rasakan Reza menjadi lebih sempurna tatkala sang sahabat menikah dengan putri dari orang yang sudah dia anggap sebagai guru selama ini.
Ya, benar saja, sebelum mengenal Tama , ustadz Hamzah telah lebih dahulu mengenal Reza, dan hubungan keduanya semakin dekat tatkala Reza kerap menjadi donatur tetap Pesantren.
Tidak sampai di situ, Reza juga kerap bertanya Perihal nasihat rumah tangga , dan juga tentu agama yang dia sendiri juga merasa awam.
Perbincangan diantara keduanya terus saja berlangsung dengan di selingi canda tawa.
"Kiyai sudah hapal doa bertempur ?"
Mendapati pertanyaan menohok dari Reza, seketika hal itu cukup menggelitik batin Tama.
"Memangnya ada ?"
"Eittsss jangan salah Kiyaii... Semua ada doa dan tata caranya"
Mendengar hal itu Tama hanya tampak menganggukkan kepala seraya menggaruk kepalanya yang tidak lah gatal, pasalnya dari sekian banyak buku yang dia beli tidak satupun membahas soal malam pertama.
"Aduhhh bagaimana... Kiyai ini !!"
Lagi-lagi ejekan demi ejekan keluar begitu saja dari mulut Reza.
Padahal jika di ingat-ingat Reza pun tidak jauh beda dari Tama yang juga sebelumnya tidak mengetahui apa-apa tentang doa dan lain sebagainya.
Lebih parah mungkin , karena Reza belajar agama setelah menikah dengan Maryam.
Beruntung saat ini Tama diberikan waktu dan kesempatan untuk belajar sebelumnya, meski dia sendiri tidak paham apa yang dia pelajari.
"Lo kok gak ngasih tau gue ?"
"Loe nggak nanya !!" ketus Reza
Melihat sahabatnya yang begitu menyedihkan Reza pun akhirnya juga tidak tahan.
"Nih. Titipan dari Maryam " ucap Reza.
Kedua bola mata Tama membelalak sempurna ketika melihat sebuah buku yang baru saja dia terima dari Reza. Sekilas membaca pada bagian daftar pustaka, yang kemudian membuat senyum Tama merekah sempurna.
"MashaAllah gus Terima kasih kitab suci nya " celetuk Tama pada sang sahabat.
Tidak beda dengan Tama, Reza pun juga mendadak terkejut dengan panggilan baru yang di sematkan Tama pada namanya.
"Gas Gus Gas Gus ... Menghina gue loe ya"
Seketika ruangan kembali di penuhi dengan tawa dari kedua sahabat tersebut.
Meski hinaan dan cemoohan kerap kali menghiasi keduanya, namun hal itu lah yang semakin mengeratkan persahabatan diantara mereka
Tanpa terasa 30 menit sudah Reza menemani dan menghibur sahabatnya, sedikit membantu banyak menyusahkan nya, namun kehadiran Reza cukup memberikan semangat bagi Tama.
Reza pun berpamitan pada Tama , dan tentu tidak lupa berpamitan pula pada kedua orang tua Tama untuk kembali ke kantor.
Kesibukan yang padat cukup membuat Reza tidak dapat meninggalkan Kantor dengan begitu mudah , sekalipun dia merupakan pemilik perusahaan
Belum lagi kondisi Maryam yang tentu juga sangat membutuhkannya, selama masa masa kehamilan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yani
Dua sahat saling ledek
2023-10-09
1
Ita Mariyanti
part lucu kyai vs Gus 🤩🤩🤩
2023-10-08
1
Lilis Ilham
wkwkwk ngakak tiap baca
2023-06-20
1