BAB 2. Dokter Tama

...Orang yang paling menyedihkan adalah orang yang mempunyai Penglihatan, Namun tidak memiliki Pandangan...

...🍁...

Sedikit banyak Dokter Tama cukup terganggu dengan perubahan sikap Nissa.

Penasaran, sudah pasti !. Namun Dokter Tama tidak ingin bertindak gegabah, dengan selalu mencecar Nissa dengan pertanyaannya. Dia hanya tidak ingin Nissa merasa ilfil dengan nya.

Meski baru beberapa hari mengenal sosok Nissa, Nyatanya Dokter Tama memiliki penilaian tersendiri terhadap nya. Nissa yang memiliki kepribadian lembut dan santun cukup membuat Tama tertarik.

Cinta ?, Entah lah. Yang pasti Nissa seolah menjadi penyejuk kegersangan hati Tama saat ini.

Sama hal nya dengan Nissa, Tama pun kini juga tengah merasakan kehampaan, karena harus mengalah dan kembali berkorban perasaan akibat dari lamaran nya terhadap Mahira yang di tolak.

Kecewa ?. Sudah pasti, untuk yang kesekian kali Tama harus menerima kenyataan, penolakan dari wanita yang dia harapkan bisa menjadi pasangan hidupnya.

Nahasnya, Tama pun merasakan apa yang di rasakan Nissa, merana dan kecewa karena cinta, meski keduanya tidak saling menyadarinya, namun nyatanya keduanya memiliki profil percintaan yang sama.

Sama-sama di tolak.

Beberapa saat menanti , akhirnya Ali telah selesai dengan terapi nya, kini baik Nissa maupun dokter Tama telah di perbolehkan untuk masuk, hal ini berkaitan dengan penjelasan perkembangan terapi Ali.

Bersyukur perkembangan kesehatan Ali jauh lebih baik, bahkan diluar dugaan Ali pulih lebih cepat, meski nantinya masih harus mengenakan bantuan Tongkat untuk berjalan.

Dan tentu perkembangan yang sangat pesat ini membuat Ali mendapatkan izin dari dokter untuk bisa lebih cepat kembali ke pesantren.

"Lalu kapan Ali diperbolehkan pulang dok?" tanya Nissa.

"Em. Untuk itu Lusa Ali bisa pulang, dan berkaitan dengan jadwal kontrol serta terapi bisa dilakukan satu Minggu sekali dalam bulan pertama, setelah itu bisa satu bulan satu kali untuk pemulihan maksimal" ujar sang dokter yang menangani Ali.

"Baik dok, terima kasih"

"Sama-sama Bu Nissa , Adakah yang ingin di tanyakan lagi?"

"Sepertinya tidak dok" ucap Nissa.

"Baiklah jika begitu Ali bisa kembali ke kamar" ujar sang dokter

Setelah cukup mendapatkan penjelasan dari dokter, Nissa bersama Ali keluar dari ruangan, di luar Tama telah menunggu keduanya. Meski tidak membersamai Nissa, namun Dokter Tama tetap setia menanti keduanya hingga pemeriksaan dan konsultasi selesai.

"Bagaimana ?"

"Alhamdulillah, InshaAllah Lusa Ali bisa pulang dok" jawab Nissa pada dokter Tama.

"Syukurlah"

Seperti formasi semula, Dokter Tama kembali mengambil alih kursi roda untuk kemudian dia dorong kembali ke kamar Ali.

Ketiganya menyusuri lorong-lorong rumah sakit, dengan sesekali dokter Tama kembali mencuri pandang pada Nissa.

Masih seperti sebelumnya, Nissa tampak murung entah karena sebab apa. Yang jelas Tama akan mencari tahu sendiri sebab dari hal itu.

Tidak butuh waktu lama , ketiganya telah samai di lantai 8 , tempat dimana kamar Ali berada.

"Tama !!"

"Heii!!"

Sebuah suara, dan lambaian tangan yang seketika membuat ketiganya menoleh.

Seorang wanita berparas Ayu dengan kemeja pink yang di balut jas berwarna putih serta nametag bertuliskan Dr. Inara, Sp.JP. , menggunakan Rok hitam Sebatas lutut yang tampak memperlihatkan kaki jenjang nya.

Tama yang merasa di panggil pun lantas menajamkan penglihatan nya, mencoba mengingat sosok yang baru saja menyapa dirinya.

"Kau lupa dengan ku ?" Tanya wanita tersebut dengan Ter engah, setelah keduanya berada tepat saling berhadapan.

"Inara ?"

"Ya !"

Begitu bahagia nya Inara bertemu dokter Tama, hingga tanpa disadari dia menghambur begitu saja dalam pelukan Dokter Tama.

"Astagfirullah!"

lirih Nissa dengan begitu pelan, Hingga dua orang yang baru saja bertegur sapa itu tidak mendengar nya.

Hal ini tentu bukan pemandangan yang biasa Nissa saksikan, terlebih bagi Ali yang masih seorang remaja kemarin sore.

"Astaga, Kapan kau kembali dari Jerman ?" tanya Tama yang tampak kaget dengan kedatangan teman lama nya.

"Hellow !. Aku sudah 3 Tahun di Indonesia, Sepulang dari Jerman aku bekerja di Jakarta, Tapi sekarang aku di mutasi ke sini" Ujar Inara dengan penuh semangat.

"Benarkah ?"

"Ya !. Dan kita akan menjadi partner Tam !" ujar Inara penuh kegembiraan.

Keduanya tampak asyik mengobrol, hingga tak sedikitpun menyadari jika masih ada Nissa dan Ali yang juga berada disana.

Beberapa kali jelas terlihat oleh pasang mata Nissa, bagaimana Inara sangat dekat dengan Tama, terlihat bagaimana dia menyentuh Tama meski hanya sebatas bahu. Begitu juga Tama yang terlihat tidak terganggu dengan hal itu.

"Maaf dok, bisa saya bawa Ali masuk" sela Nissa yang tidak ingin Ali melihat percakapan gaya barat antara Tama dan Inara.

"Oh. Maaf, aku melupakan kalian" Ucap Tama yang tampak bersalah. Sementara Annisa hanya tersenyum kecil.

"Tidak masalah dok, Anda bisa melanjutkan perbincangan anda, saya akan membawa Ali masuk" ujar Nissa.

Kini tanpa aba-aba Nissa langsung mengambil alih kursi roda dari tangan Tama, dan setelahnya dia dorong masuk kedalam kamar.

Setelah kepergian Nissa dan Ali, Tama dan Inara terdengar kembali berbincang. Seolah tiada habisnya obrolan diantara keduanya , Annisa yang mendengar perbincangan keduanya dapat memahami hal itu. Sepertinya memang keduanya sangat akrab.

"Siapa Tam ?"

"Apa mereka saudaramu ?" tanya Inara yang tampak penasaran.

Bukan tanpa alasan Inara menanyakan hal itu, karena bukan lah tugas seorang dokter, mendorong kursi roda pasien menyusuri koridor-koridor rumah sakit. Terlebih rumah sakit sebesar ini, tentu akan ada petugas khusus yang akan mengantar jemput pasien.

"Oh. itu, Ceritanya panjang" jawab Tama singkat.

"Ohya. Sepanjang apa, kau bisa menceritakannya, aku akan mendengarkannya" ucap Inara dengan gaya manja nya.

"Lain waktu saja akan aku ceritakan"

"Ayo lah, ini pertemuan pertama kita Tam" rengek Inara.

"Masih ada kedua , ketiga, dan seterusnya Inara" Ucap Tama.

"Aku ada operasi satu jam lagi, jadi kita bisa bicarakan ini lain waktu !" tukas Tama lagi.

Meski dengan berat hati, pada akhirnya Inara pun menganggukkan kepala, menyetujui tawaran Tama.

Setelah mengakhiri perbincangan dengan Inara, Tama berbalik dan setelahnya memegang handel pintu ruang perawatan Ali.

"Lho. Katanya mau ada operasi, kok malah kesitu!" ujar Inara.

"Aku harus menemui mereka terlebih dahulu Ra" jawab Tama.

"Oh"

Inara agaknya begitu penasaran, sungguh dia tidak percaya Tama mengabaikan dirinya begitu saja, bahkan sebelumnya mengatakan jika tidak dapat berbincang karena alasan ada operasi, namun saat ini justru Tama masuk kedalam ruangan tersebut untuk menemui dua orang yang belum Inara ketahui identitasnya tersebut.

***

Sejujurnya Tama merasa bersalah sebelumnya telah mengabaikan Nissa dan Ali begitu saja.

Melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan, Tama pun mengedarkan pandanganya mencari sosok Nissa disana, namun nyatanya tidak dia temui, Hanya Ali yang terlihat telah tertidur pulas akibat dari efek obat yang dia konsumsi.

Gemericik air sayup-sayup Tama dengar, menandakan jika sosok di balik pintu kamar mandi adalah Nissa, karena tidak ada orang lain selain mereka bertiga.

Ceklek.

Pintu kamar mandi pun terbuka, menampakkan sosok Nissa yang berdiri tepat di ambang pintu.

Titik-titik air yang masih membasahi pipi, begitu menambah pesona ayu dari Nissa. Sejenak Tama tampak terpaku menatap Nissa yang begitu anggun.

"Nissa" panggil tama

"Ya"

"Bisa kita bicara" pinta Tama

"Maaf dok, Sudah masuk waktunya sholat Dzuhur"

"Oh. Baiklah, silahkan sholat kalau begitu, aku akan kembali lagi nanti" ucap Tama, dan di jawab dengan anggukan kepala.

Menyadari hal itu, Tama pun bergegas berlalu meninggalkan kamar Ali. Sementara Nissa terlihat bersiap melaksanakan sholat Dzuhur.

Kembali larut dalam khusyuk nya , bersimpuh dihadapan Illahi Robbi, Mengharap kebaikan dari setiap cobaan, Sungguh apa yang terjadi pada Nissa cukup menguras Hati dan pikiran.

Menumpahkan segala rasa, mencurahkan isi hati, karena hanya itulah yang dapat Nissa lakukan saat ini, seraya berharap segera ada yang mengobati luka di hati.

***

Mohon dukungannya ya Readers Fillah, Jangan lupa selalu tinggalkan jejak 🥰🙏.

Untuk setiap Like, Komen , Subscribe, dan Vote. Author Ucapkan banyak terima kasih 🥰🙏

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Nissa jangan biarkan godaan setan mengganggu lurus langkah hatimu yang tulus ...

2023-08-16

5

Yani

Yani

Belum apa udah calon pengganggu

2023-08-16

2

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

belum" sudah ada calon pesaing yah, mudah" an Nissa sekarang ga cepat jatuh dalam pesona seseorang sebelum halal ya

2023-05-12

3

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 . Mengenang Kisah Annisa Khairunisa
2 BAB 2. Dokter Tama
3 BAB 3. Ada Apa Dengan Nissa
4 BAB 4. Pratama Wirayudha Sp.JP.
5 BAB 5. Perbincangan Nissa dan Tama
6 BAB 6. Salah Paham
7 BAB 7. Pernikahan
8 BAB 8. Denis Dan Mahira
9 BAB 9. Orang Tua Tama
10 BAB 10. Tingkah Absurd
11 BAB 11. Nissa dan Inara
12 BAB 12. Siasat Bu Sisca
13 BAB 13. Tragedi 2M
14 BAB 14. Bijaksana
15 BAB 15. Lamaran Dadakan
16 BAB 16. Jawaban
17 BAB 17. Bucin
18 BAB 18. Kepanikan
19 BAB 19. Nasihat Ustadz Hamzah
20 BAB 20. Kedatangan Reza
21 BAB 21. Menjelang pernikahan
22 22. SAH !!!
23 BAB 23. Canggung
24 BAB 24. Paham Ilmunya
25 BAB 25. Bercanda Bersama
26 BAB 26. Perhatian Kecil Tama
27 BAB 27. Permintaan Inara.
28 BAB 28. Kekhawatiran Nissa
29 BAB 29. Mesra
30 BAB 30. Gagal Fokus
31 BAB 31. Hadiah
32 BAB 32. Meminta HAK !!
33 BAB 33. Pemanasan
34 BABA 34. Penyatuan
35 BAB 35. Meminta Lagi
36 BAB 36. Kenyataan
37 BAB 37. Rencana
38 BAB 38. Rencana Inara
39 BAB 39. Akhirnya
40 BAB 40. Kegiatan Pagi
41 BAB 41. Meminta Izin Abi
42 BAB 42. Pindah
43 BAB 43. Jihad Istri
44 BAB 44. Ingatan Tama
45 BAB 45. Pertengkaran
46 BAB 46. Tamu tak di undang
47 Pengumuman (NOVEL BARU AUTHOR)
48 BAB 48. Tegang
49 BAB 49. Berfikir positif
50 BAB 50. Malam panjang
51 BAB 51. Harapan
52 BAB 52. Hasil
53 BAB 53. Tak Terduga
54 BAB 54. Kepanikan Tama
55 BAB 55. Akhir
56 ASMARANTIN
Episodes

Updated 56 Episodes

1
BAB 1 . Mengenang Kisah Annisa Khairunisa
2
BAB 2. Dokter Tama
3
BAB 3. Ada Apa Dengan Nissa
4
BAB 4. Pratama Wirayudha Sp.JP.
5
BAB 5. Perbincangan Nissa dan Tama
6
BAB 6. Salah Paham
7
BAB 7. Pernikahan
8
BAB 8. Denis Dan Mahira
9
BAB 9. Orang Tua Tama
10
BAB 10. Tingkah Absurd
11
BAB 11. Nissa dan Inara
12
BAB 12. Siasat Bu Sisca
13
BAB 13. Tragedi 2M
14
BAB 14. Bijaksana
15
BAB 15. Lamaran Dadakan
16
BAB 16. Jawaban
17
BAB 17. Bucin
18
BAB 18. Kepanikan
19
BAB 19. Nasihat Ustadz Hamzah
20
BAB 20. Kedatangan Reza
21
BAB 21. Menjelang pernikahan
22
22. SAH !!!
23
BAB 23. Canggung
24
BAB 24. Paham Ilmunya
25
BAB 25. Bercanda Bersama
26
BAB 26. Perhatian Kecil Tama
27
BAB 27. Permintaan Inara.
28
BAB 28. Kekhawatiran Nissa
29
BAB 29. Mesra
30
BAB 30. Gagal Fokus
31
BAB 31. Hadiah
32
BAB 32. Meminta HAK !!
33
BAB 33. Pemanasan
34
BABA 34. Penyatuan
35
BAB 35. Meminta Lagi
36
BAB 36. Kenyataan
37
BAB 37. Rencana
38
BAB 38. Rencana Inara
39
BAB 39. Akhirnya
40
BAB 40. Kegiatan Pagi
41
BAB 41. Meminta Izin Abi
42
BAB 42. Pindah
43
BAB 43. Jihad Istri
44
BAB 44. Ingatan Tama
45
BAB 45. Pertengkaran
46
BAB 46. Tamu tak di undang
47
Pengumuman (NOVEL BARU AUTHOR)
48
BAB 48. Tegang
49
BAB 49. Berfikir positif
50
BAB 50. Malam panjang
51
BAB 51. Harapan
52
BAB 52. Hasil
53
BAB 53. Tak Terduga
54
BAB 54. Kepanikan Tama
55
BAB 55. Akhir
56
ASMARANTIN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!