...Carilah lelaki yang dapat merubah mu menjadi lebih Shalihah, Bukan hanya lelaki yang dapat merubah statusmu dari Singgel menjadi menikah....
...🍁...
Suasana kembali ramai ketika petugas catering mulai membuka stand makanan yang sebelumnya telah tertata rapi, banyak diantara tamu undangan menghambur untuk sekedar mencicipi makanan yang tentu beraneka ragam jenisnya.
Tidak hanya satu, nyatanya puluhan jenis makanan tersaji hingga memenuhi kediaman Abi Hanif.
Tentu hal itu tidak luput dari kuasa kakek Amar, yang telah menganggap Denis layaknya cucu nya sendiri, Juga tentu Reza yang juga tidak tinggal diam, Semua hidangan terbaik juga tak luput dia siapkan untuk tamu undangan.
Tak terkecuali Nissa yang juga turut mengantri dalam memilih makanan.
Srrak !! Brug !!
Begitu fokusnya Nissa mencari-cari makanan, hingga tanpa di sadari bagian belakang gamis panjangnya tersangkut di kaki kaki meja.
Nyaris Nissa terjerembab jatuh ke lantai, jika tidak segera ada tangan yang menarik dirinya.
Pluk !!
Sejenak netra Nissa menatap tajam pada sosok tangan besar dengan lengan kekar di hadapan nya, jemari berukuran besar ya menyusup dalam sela-sela jari mungil Nissa.
"Astagfirullah, Maaf Dok "
Ucap Nissa yang baru menyadari jika sosok Tama telah berdiri tepat di hadapannya, menopang tubuhnya yang akan jatuh ke lantai.
Mendengar hal itu Tama pun menganggukkan kepala dengan senyuman terbaiknya.
Setelah kejadian yang baru saja terjadi, Nissa tampak tidak enak hati, bukan malu, hanya saja merasa terlalu teledor hanya karena hal kecil.
"Tidak perlu meminta maaf" ujar Tama
Nissa hanya menundukkan wajahnya tatkala Tama dengan intens menatap ke arahnya.
Mendadak suasana menjadi hening, meski tengah berada di antara lautan manusia, Nissa pun memilih berlalu dari hadapan dokter Tama, dan mencari stand makanan lain yang mungkin saja sepi peminatnya.
Nissa yang seolah salah tingkah, begitu lucu di pandangan mata Tama. Begitu menggemaskan bahagia Tama yang merupakan seorang perjaka tuan, itu kata kebanyakan temannya, meski sejujurnya tidak lah demikian kenyataanya, Tama tetap terlihat tampan dan mempesona di tengah usianya yang telah menginjak 35 tahun.
Entah karena sebab apa, namun jelas terasa oleh Nissa hati ya bergemuruh, jantungnya berdetak dengan begitu kencang, tatkala dirinya berdekatan dengan Tama sebelumnya.
Mungkin karena sebelumnya Nissa tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun, dan baru dengan Tama lah dia bersentuhan, Nissa benar-benar meyakinkan dirinya jika hal itu karena memang pengalaman pertamanya.
***
Siang terasa begitu terik, terlebih bagi Nissa yang kini tengah mendorong motor Scoopy kesayangannya, Menyusuri jalanan yang lumayan ramai lalu lalang pengendara lain.
Mendapati sebuah pohon rindang Annisa menepikan motornya, dan duduk di trotoar untuk sejenak menghilangkan lelah dan menyeka keringat yang sedari tadi mengucur deras di pelipis hingga membasahi jilbabnya.
"Nissa!!"
Sebuah panggilan yang seketika membuat Nissa terlonjak kaget
"Pak Fajar , Bu Sisca ?" gumam Nissa
"Ya Allah, sedang apa Nissa siang siang duduk di trotoar ?"
"Motor saya Buk, Macet gara-gara pecah ban" jujur Nissa memperlihatkan ke arah ban sepeda motornya yang tampak kempes.
Setelah beberapa saat berbincang, Bu Sisca dan pak Fajar mengajak Nissa untuk bergabung bersama mereka, dan meminta supir yang sebelumnya mengantar keduanya untuk mengurus sepeda motor milik Nissa.
Kini ketiganya berada dalam satu mobil, dengan Pak fajar yang kemudian mengemudikan mobilnya.
Bu Sisca banyak menanyakan tentang Nissa , meski sejujurnya dia juga sudah tahu siapa Nissa, karena kedua orang tua tersebut tentu pasti sudah menyelidiki latar belakan Annisa.
Hanya basa basi, namun nyatanya itu cukup membuat Nissa ban Bu Sisca semakin akrab.
"Nissa kita antar sekalian aja yuk pah" ajak Bu Sisca pada sang suami.
"Ya mah"
"Tidak usah Bu, nanti merepotkan, Nissa sampai gang depan itu saja, disana banyak angkot lewat" tolak Nissa dengan halus.
Sejujurnya Nissa sangat tidak setuju dengan ide untuk mengantar dirinya, namun Bu Sisca berhasil memaksa untuk tetap mengantar Nissa sampai ke rumah.
Meski merasa tidak enak hati, namun Bu Sisca selalu meyakinkan Nissa jika keduanya tidak keberatan.
Agaknya Nissa menangkap sesuatu yang lain dari pasangan suami istri di dekatnya itu, Entah karena sebab apa, murni karena hanya ingin membantu Nissa atau karena ada niat terselubung, yang jelas Nissa hanya berusaha untuk berprasangka baik saja.
Sebenarnya hal ini sangat lucu dan terlalu menggelikan bagi Nissa, untuk pertama kalinya orang tua Tama itu bertandang ke rumahnya, jangankan bingung dan kemudian banyak bertanya, justru Pak fajar seolah begitu hapal dan sangat tahu dimana letak rumah orang tua Nissa.
Nissa pun hanya terkekeh kecil menyadari kejanggalan dari suami istri yang tidak lagi muda tersebut.
Beberapa saat menempuh perjalanan ketiganya telah sampai di Pesantren Ustadz Hamzah, dimana disana juga Nissa bersama keluarganya tinggal.
Kesan pertama ketika memasuki lingkungan pesantren nyatanya cukup membuat dia orang tersebut merasa tenang dan damai.
Riuh lalu lalang santri yang tengah akan belajar, Pemandangan yang jarang keduanya saksikan.
"Mari pak buk, Lewat sini" Ajak Nissa.
Nissa berjalan lebih dulu, disusul dengan Pak Fajar dan Bu Sisca yang berjalan di belakangnya, menuju rumah utama,rumah yang selama ini di tempati Nissa.
Nissa mempersilahkan keduanya untuk duduk di ruang tamu, namun seperti.dugaanya jika pak fajar dan Bu Sisca akan menolak, keduanya lebih memilih duduk di kursi teras rumah dengan memandangi pesantren yang cukup besar tersebut.
Setelah itu Nissa tampak masuk kedalam rumah untuk menyampaikan pada sang Abi dan Ummi jika ada tamu yang mengantarkan dirinya pulang. Tentu setelah itu Nissa sendiri bergegas menyiapkan minuman untuk tamu nya.
"Assalamualaikum pak buk" sapa ustad Hamzah dengan ramah. Disusul Ummi Fatimah yang berjalan di belakang sang suami.
Keduanya tampak menyapa tamu yang tentu terasa asing, karena memang sebelumnya belum sekalipun pernah bertemu.
"Terima kasih pak Bu, tadi Nissa sudah cerita kalau bapak dan ibu mengantarkan nya pulang"
Ucap ustadz Hamzah dengan ramah pada pak Fajar dan Bu Siska. Merekat tampak cepat sekali akrab dan obrolan diantara mereka menyatu begitu saja.
Bahkan tak lupa Pak fajar dan Bu Sisca menceritakan awal mula pertemuan mereka dengan Annisa ketika di Makkah.
Sampai pada saat Nissa Keluar dengan membawa beberapa cangkir teh dan makanan ringan untuk dua tanyanya serta tak lupa untuk Abi dan juga Ummi nya.
Tampak Meraka kembali menghabiskan waktu untuk sekedar mengobrol dan menghabiskan teh yang di buat Nissa, meski telah cukup lama, namu dua orang tua Tama nyatanya masih saja betah untuk bertamu.
Bahkan hingga adzan berkumandang, tanda waktu sholat ashar telah tiba.
Dengan ramah Ustadz Hamzah mengajak tamunya untuk turut serta sholat berjamaah di masjid, Karena ustadz Hamzah sendiri akan ke masjid untuk sholat dan menjadi imam disana.
Tanpa menunggu lama Pak fajar dan Bu Siska langsung saja mengiyakan ajakan ustadz Hamzah. Keduanya tampak beriringan mengikuti langkah Ustadz Hamzah dan istri menuju Masjid.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ahnaf Fajry
ceritanya agak beda sama yg di cerita Maryam ya kak.....
tapi tetep keren....
2023-09-20
3
Yani
Pak Fajar dan Sisca sudah jatuh hati sama Nissa
2023-08-29
2
Sena Catt
maaf kakak biasanya pemilik pesantren itu dipanggilnya atau sebutannya pak Kyai dan Bu nyai ya?
2023-08-18
2