...Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...
...(QS. Al-Baqarah : (2). 286)...
...🍁...
Inara tampak selalu melancarkan Ucapan-ucapan dan makian pada Nissa, meski dengan suara yang pelan, namun masih jelas terdengar oleh pasang telinga Nissa, hal itu karena keduanya duduk berjajar tanpa adanya sekat atau pembatas apapun.
"Mbak !. Sungguh saya tidak paham apa yang mbak maksud, namun disini saya tegaskan sekali lagi jika apa yang mbak tuduhkan pada saya tidaklah benar adanya" tegas Nissa
"Ck. munafik "
Annisa hanya dapat beristighfar dengan mengusap lembut dadanya. Nyatanya meladeni Inara yang seolah tidak ada habisnya membuat Nissa merasa malu sendiri.
Sudah lebih kurang lima belas menit keduanya duduk bersama, dan Inara hanya menuduh nya dengan tuduhan-tuduhan yang tak beralasan.
Tak jarang Nissa hanya diam dan seolah mengabaikan apa yang Inara katakan pada dirinya, dan itu lah yang membuat Inara semakin menjadi karena meras Nissa tidak sopan telah mengabaikannya.
Bukan tanpa alasan Nissa melakukan hal itu, Dari beberapa hadits menunjukkan bahwa diam itu termasuk ibadah karena menghindari pembicaraan yang munkar dan tercela yang dilarang oleh agama.
Diam dapat menyelamatkan diri. Maksudnya diam dapat menghindarkan diri dari kejahatan orang lain maupun murka Allah. Orang yang banyak bicara kadang tanpa terasa ucapannya itu menyinggung perasaan orang lain sehingga menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan, dan dendam. Dari situlah keselamatan dirinya bisa terancam, semakin sering ia menyinggung, menyepelekan, mengumpat, dan mengolok-olok orang lain maka semakin banyak pula orang yang memusuhinya. Karena itu, Rasulullah saw. mewanti-wanti kepada para sahabatnya untuk bersikap diam atau tidak banyak bicara. Dengan diam, insya Allah keselamatan diri selalu terjaga. Seperti keterangan yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda yang artinya:
“Manusia itu ada tiga macam, yaitu orang yang mememperoleh kemenangan, orang yang selamat, dan orang yang binasa. Orang yang memperoleh kemenangan adalah orang yang berdzikir kepada Allah swt. Orang yang selamat adalah orang yang diam. Sedangkan orang yang binasa adalah orang yang hanyut dalam kebatilan.”
Uqbah bin Amir berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu?” Beliau menjawab: “Tahanlah lidahmu dan hendaknya rumahmu memberi keleluasaan bagimu serta menangislah atas kesalahanmu.”
Disebutkan dalam suatu riwayat, Muadz pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama?” Maka beliau mengeluarkan lisannya lalu meletakkan jari-jarinya di atasnya seraya bersabda: “Barangsiapa yang ingin selamat, hendaknya membiasakan diam.”
Diam atau tidak banyak bicara merupakan sikap bijaksana dalam menjaga keselamatan diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan munkar, sebab banyak orang yang jatuh kehormatannya, dilecehkan kedudukannya, terperosok dalam kemaksiatan, dan banyak musuhnya adalah akibat dari ketidakmampuannya dalam mengendalikan lisan.
Oleh karena itu, diam merupakan salah satu cara untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan diri di dunia maupun di akhirat, sekaligus sebagai senjata untuk menghalangi godaan setan, Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya diam itu menyimpan tujuh ribu kebaikan, dan semuanya disimpulkan dalam tujuh hal berikut ini:
Diam merupakan ibadah tanpa jerih payah.
Diam merupakan perhiasan tanpa repot berhias.
Diam merupakan kemegahan tanpa kerajaan.
Diam merupakan benteng tanpa pagar.
Diam adalah kecukupan tanpa permisi.
Diam melegakan malaikat bagian administrasi.
Diam menutupi (menyimpan) aib.
Meski Inara terus saja memperolok dirinya dengan ucapan-ucapan yang tak berdasar Nissa tetap tidak ingin meladeni ucapanya.
Karena tidak ada bedanya dirinya dengan Inara jika Nissa pun ikut untuk membalas setiap makian dari Inara.
"Hei !! apa kau tuli !" umpat Inara dengan menghilangkan tangannya di dada.
"Maaf mba, apa mba sudah selesai, saya permisi dulu karena Obat yang saya tunggu sudah siap" ucap Nissa dengan senyum dan wajah penuh ketenangan.
Sungguh ekspresi wajah Nissa mampu membuat Inara kebakaran jenggot, bagaiman tidak dia begitu marah, setelah mulutnya berbusa-busa tidak sekalipun Nissa menanggapinya, justru kini dia pergi begitu saja meninggalkan nya tanpa rasa bersalah.
"Awas kau !!" Gumam Inara dengan tatapan sinis.
Setelah menebus obat dan membayar biaya tagihannya, Nissa berencana langsung kembali ke pesantren, meski setelah ini Nissa tidak ada kegiatan lain, namun dia merasa cukup lelah terlebih setelah dia juga harus menahan perasaan dan perdebatan antara dirinya dan Inara sebelumnya.
"Nissa ?"
Mendengar suara yang terasa familiar, Nissa pun menoleh ke samping.
Benar saja disana nyatanya ada Bu Sisca dan Pak Fajar.
"Assalamualaikum Bu Sisca, Pak Fajar" sapa Nissa sopan pada keduanya.
Nissa pun lantas menanyakan ada gerangan apa keduanya kini berada di rumah sakit, karena sepenglihatan Nissa keduanya tampak sehat dan baik-baik saja.
Belakangan Nissa ketahui jika keduanya tengah melakukan check up rutin setiap 6 bulan sekali, terutama pak Fajar yang memang kerap mengalami masalah dengan pencernaan.
Tak lupa Bu Sisca juga menanyakan sedang apa Nissa di rumah sakit, Nissa pun dengan sopan mengatakan jika dirinya tengah mengantarkan salah satu santrinya untuk melakukan fisioterapi dan kontrol rutin.
"Mama, Papa sudah selesai ?" tanya Tama yang baru saja muncul.
Agaknya Nissa sedikit kaget dengan kedatangan Tama , namun baru Nissa ketahui jika dua orang yang sebelumnya mengobrol dengannya memang tengah menantikan Tama. Karena sebelumnya pak Fajar dan Bu Sisca berangkat ke rumah sakit bersama.
"Udah 15 menitan yang lalu Tam, untung disini ada Nissa jadi mama sama papa nggak bosen" celetuk Bu Sisca.
Padahal seingat Nissa ketiganya baru saja mengobrol kurang lebih 5 menitan , namun entahlah mungkin saja memang Nissa yang tidak menyadarinya, Nissa hanya tidak ingin berprasangka buruk.
Mendengar penuturan ibu nya, agaknya Tama sedikit merasa bersalah,seharusnya dia menemani keduanya, namun tugas dan tanggung jawabnya sebagai dokter juga tidak semudah itu dapat di tinggalkan.
Barulah setelah semua pekerjaan Tama selesai, dia bergegas menghampiri dua orang tuanya itu.
"Ohya Nissa , kita pulang sama-sama saja, lagipula jam jam istirahat seperti ini kemungkinan akan sulit mencari ojek atau taksi online" ujar Bu Sisca mulai memprovokasi
Melihat orang tuanya mulai beraksi Tama hanya dapat menarik nafas dengan menggelengkan kepala.
Nyatanya kesepakatan yang baru saja tadi pagi ketiganya lakukan tidak berlaku sepenuhnya, Masih segar di ingatan Tama jika papa dan mama nya akan membebaskannya dari segala tuntutan, namun sepertinya saat ini keduanya sudah lupa.
Namun meski begitu agaknya Tama juga menyukai siasat sang mama, dengan begitu setidaknya ada kesempatan bagi Tama untuk semakin mendekatkan diri dengan Nissa.
"Tidak usah Bu , saya pulang sendiri saja, Lagi pula saya juga tidak terburu-buru, Saya bisa menunggu sampai ada taksi atau ojek yang bisa saya pesan" tolak Nissa dengan lembut.
"Eh . Jangan begitu Nissa , tidak baik menolak kebaikan" ucap Bi Sisca
"Astaga,Pandai sekali mama ternyata bermain perna, Kenapa dulu tidak jadi Artis saja dia" gumam Tama dalam hati.
Sejujurnya ingin rasanya Tama tertawa, namun dia juga tidak sampai hati menertawakan ibunya yang berusaha keras memenangkan hati Nissa.
"Ayo lah Nissa, Mau yaa" ucap Bu Sisca lagi dengan kerlingan mata yang membuat Nissa tidak dapat menolak permintaanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Nartadi Yana
bukannya di cerita Maryam Tama gercep ya langsung melamar setelah menggelontorkan dana 2 M , dan ibu dan bapaknya jugabdi pertemuan kedua see telah pulang dari restoran langsung melamar ke ustadz Hamzah
2024-03-21
0
Ita Mariyanti
emang g jaminan ilmu yg tinggi, tingkat tutur kata jg tinggi pl
2023-10-08
2
Yani
Sebel banget tu sama si Inara
2023-08-30
3