BAB 4. Pratama Wirayudha Sp.JP.

...Bersabarlah, Sesungguhnya setelah datangnya badai akan ada Pelangi yang menyinari....

...🍁...

Waktu menunjukan pukul 20.13 WIB.

Sudah malam dan Nissa telah melewatkan waktu Ashar dan magrib secara berurutan.

"Astagfirullah!"

Berusaha menyadarkan pikirannya yang baru saja kembali entah dari mana, menatap jam yang terpasang di dinding, sungguh penglihatannya tidak lah salah jika memang saat ini telah malam.

Nissa baru saja tersadar dari pingsannya, cukup lama memang dia tertidur dalam alam bawah sadarnya.

"Ya Allah ini dimana ?" Annisa bermonolog dalam hati

Nissa merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, dia pun bangkit dan turun dari tempat tidur, menyibak hordeng yang menutupi ruangan tersebut.

Pemandangan pertama yang Nissa lihat adalah sebuah meja bertuliskan Pratama Wirayudha, Sp. JP. , secepat itu Nissa sadar jika dirinya kini tengah berada di ruang kerja Tama, namun bagaimana bisa dia sampai ke tempat ini, sementara seingatnya terakhir kali dia tengah duduk di kamar Ali dengan membaca buku.

Ceklek.

Seketika pintu terbuka, menampakkan sosok Tama yang baru saja tiba.

"Kau sudah siuman ?" Tanya Tama.

"Alhamdulillah dok, kenapa saya bisa di sini ?" Tanya Nissa dengan mengerutkan dahi.

"Kamu tadi pingsan, beruntung Ali cepat menghubungi ku"

Mendengar ucapan dokter Tama, Nissa tampak kembali mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Karena Nissa tidak ingin begitu saja mempercayai ucapan Tama.

Namun jika mengingat kembali , ada benarnya juga yang di katakan Tama, karena sebelumnya Nissa memang mengalami sakit kepala yang hebat.

"Terima kasih, dokter telah membantu saya" ucap Nissa kemudian

"Tidak masalah, Ohya makanlah terlebih dahulu, setelah itu minum obat, aku sudah siapkan semua"

Benar saja, Tama yang baru saja datang nyatanya membawa beberapa kotak makanan dan minuman, semua dalam jumlah dua, dan pastinya itu untuk Nissa serta satu lagi tentu untuk Tama.

"Saya makan di kamar Ali saja dok" ucap Nissa merasa tidak nyaman.

Tama hanya diam dan menyiapkan makanan yang sebelumnya dia bawa, makanan yang dia dapatkan dari memesan secara online.

"Lagi pula, berarti sudah sejak siang tadi saya disini, saya perlu tahu juga kondisi Ali" tutur Nissa

"Tenang saja, aku baru dari sana, dan Ali sudah tidur, jika kau ke sana dan makan di sana kemungkinan besar justru akan mengganggu istirahat Ali" ucap Tama

Benar juga apa yang di katakan Tama, bisa jadi justru Ali akan terbangun jika Nissa kembali dan makan di ruangan tersebut.

Sungguh pilihan yang begitu tidak mengenakan bagi Nissa. Jujur ingin menolak ajakan dokter Tama, namun melihat kebaikannya, Nissa merasa tidak enak hati.

"Duduklah, kau harus segera makan" titah Tama

Meski ragu, pada akhirnya Nissa pun melangkahkan kaki menuju sofa, tempat dimana Tama menyiapkan makanan dan minuman yang dia bawa sebelumnya.

Keduanya makan bersama dengan suasana hening, tidak ada perbincangan diantara Tama maupun Nissa, keduanya tampak khusyuk menikmati makanan masing-masing.

Sampai pada satu titik, Nissa menyadari satu bross nya terlepas dari hijabnya.

"Astagfirullah, Kemana ?" ucap Nissa dengan meraba-raba bagian bahu nya, memastikan keberadaan Bros yang selalu dia gunakan untuk menyempurnakan hijabnya.

Seketika pikiran Nissa melayang, menatap Tama yang tengah asyik dengan makanannya tentu dengan tatapan penuh tanya.

"Ada apa ?" tanya dokter Tama , yang menyadari Nissa kini tengah menatap nya.

"Apa dokter melepas hijab saya ?" lirih Nissa tanpa basa basi.

Bukan segera menjawab, Tama justru melemparkan senyum kecil, terlebih melihat mata Nissa yang kini mulai berembun.

"Tidak "

"Lalu ?. Kenapa Bros saya lepas ?" cecar Nissa

"Dokter pasti telah melepasnya, sewaktu memeriksa saya bukan ?" lirih Nissa mulai dengan Isak an.

Menyadari ke salah pahaman yang di pikirkan oleh Nissa, Tama pun buru-buru memberikan penjelasan.

"Ya. Memang hijab mu telah di lepas sebelumnya" jawab Tama.

Deg.

Mendengar hal itu pertahanan Nissa pun seketika runtuh, air mata jatuh melewati sudut mata indahnya.

"Tenang, memang telah di buka, tapi bukan aku yang membuka hijab mu" ucap Tama lagi.

"Lalu?"

"Lalu. Temanku yang membuka hijab mu, dan dia juga yang memeriksa sekaligus menyiapkan resep obat untuk mu" jawab Tama dengan panjang lebar.

Mendengar hal itu Nissa tampak lega, bersyukur Marwah nya masih terjaga.

Nissa Pun kembali melanjutkan makan siang dan malam yang di gabung menjadi satu. Masih di temani Tama yang juga setia membersamai makan malam nya.

Sekilas menilik cepat nya perubahan sikap Nissa, dari yang awalnya begitu marah hanya karena bross yang terlepas, dan kini tampak lebih tenang dan kembali menikmati makanannya, hal itu menjadi pemandangan yang cukup unik bagi Tama.

Menyadari dirinya yang selalu di perhatikan oleh Tama, Nissa merasa sedikit tidak nyaman.

"Pelan-pelan saja" titah Tama.

Bukan mengindahkan apa yang di katakan oleh Tama, Nissa justru semakin mempercepat mulutnya mengunyah makanan.

Bukan tanpa alasan, selain karena ingin menghindari fitnah, Nissa juga tidak sebegitu nyaman berdekatan dengan Tama dalam ruangan tersebut. Meski kalau pun ada orang yang melihat keduanya, sudah dapat di pastikan jika keduanya hanyalah sebatas dokter dan pasien.

"Terima kasih dok, Saya sudah selesai, Sebaiknya saja segera kembali ke kamar Ali" ujar Nissa. Tama tampak menganggukkan kepala.

"Aku akan mengantar mu"

"Tidak perlu dok, saya bisa sendiri" ucap Nissa seraya berlalu meninggalkan ruangan dokter Tama dengan begitu tergesa-gesa.

"Assalamualaikum"

"Wa waalaikumsalam" ucap Dokter Tama dengan menatap kepergian Nissa.

***

Pagi hari.

Seperti biasa rutinitas yang dilakukan Tama tidak jauh beda dari hari-hari sebelumnya. Mulai dari pelayanan Poli, Visite Pasien di bangsal, hingga melakukan beberapa operasi yang sudah terjadwal.

Cukup pagi memang Tama datang ke rumah sakit, hal itu tentu bukan tanpa alasan. Tentu karena sebuah jadwal operasi yang tidak dapat dia tunda.

Tut.

Sebuah panggilan masuk kedalam ponselnya.

"Reza !" gumam Dokter Tama.

Baru saja dokter Tama selesai dengan jadwal operasi pagi ini, bergegas keluar dari ruang ganti, dan bersiap kembali ke ruang kerja nya.

"Halo za ?"

"Assalamualaikum tam"

"Waalaikumsalam salam !. Tumben telpon pagi-pagi"

"Udah. Buruan ke ruang kerja gue dah tungguin di sini"

Mendengar hal itu, bergegas Tama mempercepat langkahnya, tentu hal itu karena sang sahabat telah menunggu dirinya di ruang kerja nya.

"Kaya orang kurang kerjaan pagi-pagi ngapel ke sini" ujar Tama

"Sial An Lo. Tadinya gue cuma mau anter Istri gue check up kehamilan aja, Eh inget dapet titipan dari mertua"

"Nih gue bawa ini buat loe" ucap Reza dengan melemparkan lembaran kertas tebal berukuran persegi 4.

Tama pun terdiam sejenak, menatap ada tulisan di halaman pertama kertas tersebut.

"Santai aja brow, Meski loe gak jadi ipar gue, loe gak bakal gue pecat dari sahabat kok!" ucap Reza dengan nada mengejek.

"Sial An loe !"

"Santai bro!" ucap Reza masih dengan nada santai nya.

Namun melihat perubahan wajah dari Tama, seketika Reza merasa bersalah.

"Tenang aja tar gue cariin jodoh yang lebih oke dari Mahira " ujar Reza dengan congkak.

Mendengar ucapan sang sahabat, Tama hanya tersenyum tipis dengan menggelengkan kepala. Meski merasa kesal, namun nyatanya yang selalu menghibur tatkala Tama tengah gundah adalah Reza sang sahabat. Begitu juga sebaliknya.

"Oke , gue usahain Dateng"

"Nah gitu dong, lagi pula ini Abi yang khusus undang loe buat Dateng" ucap Reza

"Ok " jawab Tama singkat.

Keduanya kembali berbincang, meski kini topik pembicaraan antara keduanya berganti masalah pekerjaan.

***

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

jangan gundah, Tam! ... Nis, lapangkan hati ...

2023-08-16

3

Yani

Yani

Siapa Mahira bikin penasaran ?

2023-08-16

2

Jusmiati

Jusmiati

Mahira itu siapa sih, penasaran deh...

2023-06-04

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 . Mengenang Kisah Annisa Khairunisa
2 BAB 2. Dokter Tama
3 BAB 3. Ada Apa Dengan Nissa
4 BAB 4. Pratama Wirayudha Sp.JP.
5 BAB 5. Perbincangan Nissa dan Tama
6 BAB 6. Salah Paham
7 BAB 7. Pernikahan
8 BAB 8. Denis Dan Mahira
9 BAB 9. Orang Tua Tama
10 BAB 10. Tingkah Absurd
11 BAB 11. Nissa dan Inara
12 BAB 12. Siasat Bu Sisca
13 BAB 13. Tragedi 2M
14 BAB 14. Bijaksana
15 BAB 15. Lamaran Dadakan
16 BAB 16. Jawaban
17 BAB 17. Bucin
18 BAB 18. Kepanikan
19 BAB 19. Nasihat Ustadz Hamzah
20 BAB 20. Kedatangan Reza
21 BAB 21. Menjelang pernikahan
22 22. SAH !!!
23 BAB 23. Canggung
24 BAB 24. Paham Ilmunya
25 BAB 25. Bercanda Bersama
26 BAB 26. Perhatian Kecil Tama
27 BAB 27. Permintaan Inara.
28 BAB 28. Kekhawatiran Nissa
29 BAB 29. Mesra
30 BAB 30. Gagal Fokus
31 BAB 31. Hadiah
32 BAB 32. Meminta HAK !!
33 BAB 33. Pemanasan
34 BABA 34. Penyatuan
35 BAB 35. Meminta Lagi
36 BAB 36. Kenyataan
37 BAB 37. Rencana
38 BAB 38. Rencana Inara
39 BAB 39. Akhirnya
40 BAB 40. Kegiatan Pagi
41 BAB 41. Meminta Izin Abi
42 BAB 42. Pindah
43 BAB 43. Jihad Istri
44 BAB 44. Ingatan Tama
45 BAB 45. Pertengkaran
46 BAB 46. Tamu tak di undang
47 Pengumuman (NOVEL BARU AUTHOR)
48 BAB 48. Tegang
49 BAB 49. Berfikir positif
50 BAB 50. Malam panjang
51 BAB 51. Harapan
52 BAB 52. Hasil
53 BAB 53. Tak Terduga
54 BAB 54. Kepanikan Tama
55 BAB 55. Akhir
56 ASMARANTIN
Episodes

Updated 56 Episodes

1
BAB 1 . Mengenang Kisah Annisa Khairunisa
2
BAB 2. Dokter Tama
3
BAB 3. Ada Apa Dengan Nissa
4
BAB 4. Pratama Wirayudha Sp.JP.
5
BAB 5. Perbincangan Nissa dan Tama
6
BAB 6. Salah Paham
7
BAB 7. Pernikahan
8
BAB 8. Denis Dan Mahira
9
BAB 9. Orang Tua Tama
10
BAB 10. Tingkah Absurd
11
BAB 11. Nissa dan Inara
12
BAB 12. Siasat Bu Sisca
13
BAB 13. Tragedi 2M
14
BAB 14. Bijaksana
15
BAB 15. Lamaran Dadakan
16
BAB 16. Jawaban
17
BAB 17. Bucin
18
BAB 18. Kepanikan
19
BAB 19. Nasihat Ustadz Hamzah
20
BAB 20. Kedatangan Reza
21
BAB 21. Menjelang pernikahan
22
22. SAH !!!
23
BAB 23. Canggung
24
BAB 24. Paham Ilmunya
25
BAB 25. Bercanda Bersama
26
BAB 26. Perhatian Kecil Tama
27
BAB 27. Permintaan Inara.
28
BAB 28. Kekhawatiran Nissa
29
BAB 29. Mesra
30
BAB 30. Gagal Fokus
31
BAB 31. Hadiah
32
BAB 32. Meminta HAK !!
33
BAB 33. Pemanasan
34
BABA 34. Penyatuan
35
BAB 35. Meminta Lagi
36
BAB 36. Kenyataan
37
BAB 37. Rencana
38
BAB 38. Rencana Inara
39
BAB 39. Akhirnya
40
BAB 40. Kegiatan Pagi
41
BAB 41. Meminta Izin Abi
42
BAB 42. Pindah
43
BAB 43. Jihad Istri
44
BAB 44. Ingatan Tama
45
BAB 45. Pertengkaran
46
BAB 46. Tamu tak di undang
47
Pengumuman (NOVEL BARU AUTHOR)
48
BAB 48. Tegang
49
BAB 49. Berfikir positif
50
BAB 50. Malam panjang
51
BAB 51. Harapan
52
BAB 52. Hasil
53
BAB 53. Tak Terduga
54
BAB 54. Kepanikan Tama
55
BAB 55. Akhir
56
ASMARANTIN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!