...Hatiku tenang karena mengetahui apa yang telah melewatkan ku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkan ku....
...-Umar Bin Khatab-...
...🍁...
Tidak hanya ustadz Hamzah tentunya semua orang tua selalu akan menginginkan yang terbaik untuk putra dan putri mereka setelah menikah.
Begitu juga ustadz Hamzah yang juga menginginkan kebaikan untuk Nissa dalam rumah tangganya bersama suami yang nanti akan menjadi pendamping hidup dan menyempurnakan segala kekurangan putrinya.
Tidak ada acara tukar cincin, karena baik Tama dan Nisa tentu belum lah menjadi pasangan halal, sehingga hal itu tidak lah di lakukan.
Suasana haru dan bahagia sangat terasa, begitu kedua keluarga sepakat untuk melanjutkan pembahasan mengenai rencana pernikahan antara Nissa dan Tama.
Tentulah sebuah kesepakatan bersama dimana acara pernikahan tidak ingin di tunda lebih lama. Kurang dari satu Minggu rencana pernikahan akan di laksanakan. Lebih tepatnya adalah lima hari lagi.
Tentu keputusan yang sangat tepat bagi Tama yang memang telah begitu menginginkan Nissa.
Acara inti dari pertemuan dua keluarga tersebut telah selesai dan telah mendapatkan kesepakatan dan tentu hasil terbaik.
Tidak lengkap rasanya jika pertemuan tersebut tidak di dokumentasikan dalam sebuah potret, wajah sumringah dan bahagian dari kedua keluarga terlihat jelas di sana, hingga acara foto-foto selesai. Terlihat jika Nissa masih begitu malu-malu, namun tidak dengan Tama yang benar benar memperlihatkan ketertarikannya.
Sungguh bagai kacang lupa pada kulitnya, beberapa hari yang lalu Tama sangat tidak menyukai jika mama nya selalu menempel dengan Nissa karena tidak ingin terlihat begitu bergantung, namun saat ini justru sebaliknya Tama terlihat memalukan dengan wajah konyolnya.
Pertemuan di tutup dengan acara makan-makan bersama, makanan sederhana yang tentunya di siapkan sendiri oleh keluarga ustadz Hamzah.
Beberapa menu mulai dari ayam goreng, balado telur kentang, gulai nangka, juga ada beberapa macam sayuran lalapan dengan beberapa jenis sambal khas.
***
Nyatanya sebuah status 'calon' benar-benar berpengaruh besar bagi Tama , sebelum acara lamaran suasana hati Tama tampak biasa-biasa saja , namun setelah lamaran dan telah di terima ,senyum manis pun tak pernah hilang dari wajah tampannya.
Meski status berbeda, namun seperti biasa kegiatan Tama masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Berangkat ke rumah sakit untuk menangani berbagai macam keluhan dari pasien.
Banyak perubahan dalam hubungan Tama dengan Nissa, jika sebelumnya jangankan berkomunikasi, untuk meminta nomer telepon Nissa saja rasanya Tama sungkan, namun kini justru Tama begitu bersemangat untuk menghubungi Nissa.
Baru saja tadi malam lamarannya di terima , namun Pesan watsapp yang di kirimkan Tama seolah keduanya sudah menjalin hubungan selaman 2 tahun lamanya , sungguh sangatlah banyak.
"Tam !"
"Em"
Inara yang baru saja tiba merasa sedikit aneh dengan sikap Tama.
Keduanya berjalan bersama menuju ruang rapat, dimana pagi ini akan ada monitoring dari dinas kesehatan yang akan membahas beberapa hal penting.
Sejujurnya Inara begitu kesal pada Tama, karena sejak kedatanganya tadi , Tama selalu saja mengabaikan dirinya.
Hingga pada saat Tama berdiri di depan podium untuk menyampaikan pemaparan alhasil analisisnya, terlihat Tama begitu santai dan tak sedikitpun terlihat beban di wajah nya.
Entah karena Tama memang terlampau bahagia , ataukah karena memang Tama begitu menguasai materi nya. Yang jelas hal itu mengundang rasa penasaran dari Inara.
Beberapa saat berlalu, Rapat antara anggota struktural rumah sakit, dengan para dokter dan team dari dinas telah selesai.
Waktu menunjukan pukul 10.45
Tama terlihat masih betah berada di tempat duduknya, sementara sebagian besar anggota rapat lain telah pergi meninggalkan ruang.
Tentu hal itu tidak luput dari pandangan mata Inara , yang saat ini juga masih berada di ruangan yang sama dengan Tama.
💌 "Assalamualaikum Nissa"
Sebuah pesan singkat yang Tama kirimkan pada calon istrinya.
💌 "Waalaikumsalam Dok"
💌 "Kamu sudah sarapan ?"
💌 "Alhamdulillah dok, sudah 😊. Dan dokter sudah menanyakan nya 3 kali hari ini "
💌 "Benarkah ?, Kenapa aku bisa lupa 😂"
💌 " Sebaiknya setelah ini dokter menanyakan makan siang , karena saya tidak mungkin sarapan di jam 12 siang"
Sebuah pesan yang di kirim Nissa bernada candaan namun penuh dengan sindiran, sungguh membuat hati Tama terasa kacau balau. Hingga tawa kecil menghiasi wajahnya.
💌 "Kenapa kau sangat menggemaskan. Baiklah kalau begitu, Assalamualaikum "
💌 "Waalaikumsalam Dok, selamat bekerja ❤️"
Tama hanya dapat tersenyum seraya menatap kearah layar ponselnya, sejujurnya sangat memalukan , namun entah mengapa dia merasa bahagia, mungkin ini lah yang di namakan jika cinta itu buta.
Seolah tidak pernah merasa bosan, Tama menscroll pesan balasan dari Nissa , yang tentunya telah berulang kali Tama ulang untuk membaca.
Tidak sampai di situ saja, melihat emoticon love yang di kirim oleh Nissa, sungguh membuat hati Tama merasa berbunga-bunga, bagai remaja 17 tahun yang baru saja merasakan indahnya cinta. Namun nyatanya hingga usia Tama 35 tahun , baru sekali ini dia merasakan nya.
"Tam !"
"Astaga Inara " kaget Tama dengan kedatangan Inara yang tiba-tiba.
"Lagian kamu ngapain sih senyum senyum sendiri, aneh deh"
Bukan memberikan jawaban atas pertanyaan Inara , justru Tama kembali tersenyum lagi, dan tentu hal itu sangat membuat Inara merasa semakin kesal merasa di abaikan.
"Ada apa Ra ?, Aku pikir kamu sudah ke Bangsal"
Mendengar pertanyaan Tama , Inara hanya mendengus kesal, sejujurnya bukan pertanyaan itu yang ingin Inara dengar dari Tama.
"Aku tuh nunggu kamu tau dari tadi" ketus Inara
Inara merasa begitu kesal, lantas keduanya pun berjalan bersama menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang kerja masing masing.
Sungguh kemarahan kembali hinggap dalam hati Inara, ketika Tama hanya sibuk dengan ponselnya.
"Tam !. Siang ini kita makan siang bareng yuk" ucap Inara.
Sejujurnya Tama juga telah memiliki rencana untuk mengajak Nissa makan siang bersama setelah rapat selesai, namun rencana itu harus gagal karena Nissa tidak mendapat izin dari ustadz Hamzah. Dan Tama sangat memahami dengan hal itu.
"Oke" jawab Tama kemudian
"Serius ?. Kau mau ?"
"Em"
Inara begitu bahagia karena Tama mau ikut ajakannya untuk makan siang, rasanya hal ini sangat langka untuk mereka lakukan. Terhitung baru beberapa kali keduanya makan bersama, itu juga beramai-ramai dengan rekan dokter lain.
Tidak di sangka obrolan singkat Keduanya telah mengantarkan pada ruang kerja masing-masing.
Namun belum juga Inara puas merasakan kebahagiaanya, nyatanya dia harus kembali gigit jari.
Tama baru saja mendapat panggilan dari Bu Sisca, dimana dia meminta Tama untuk segera pulang jika sudah selesai dengan pekerjaannya.
Dan hal itu jelas di ketahui oleh Inara yang juga masih berdiri di depan pintu ruang kerjanya, mengamati Tama yang tengah berbincang dengan sang mama.
"Ada apa tam ?" tanya Inara setelah telepon Tama terputus.
"Aku harus pulang Ra"
Sejujurnya Tama juga merasa tidak enak hati dengan Inara , karena dia telah menyanggupi, namun dia juga yang harus mengingkari, namun Tama tidak mungkin begitu saja mengabaikan permintaan mamanya, terlebih setelah usaha sang mama untuk hubungannya dengan Nissa sampai ke tahap sejauh ini.
"Tidak bisakah kita makan siang bersama dulu" rengek Inara
"Maaf Ra " sesal Tama
Melihat perubahan wajah Inara, Tama sedikit merasa tidak enak hati, karena sebelumnya dia telah menerima tawaran Inara.
"Em, mungkin sebaiknya kita makan siang di rumah" ajak Tama.
Inara sedikit terdiam mendengar ajakan Tama, sejujurnya dia juga sangat ingin, namun sesaat ingatannya melayang tempo hari , dimana dia yang tidak di perbolehkan pulang, sementara Tama meninggalkan nya untuk mengantar Nissa.
Apa boleh buat, Inara sendiri tidak ingin melewatkan kesempatan dengan lebih dekat pada Tama tentu juga dengan kedua orang tuanya.
"Baiklah" jawab Inara dengan sekenanya.
"Tapi kamu harus janji ! , Jangan tinggalin aku" rengek Inara.
Mendengar hal itu Tama hanya memutar bola matanya jengah.
"Udah yuk, mama udah nungguin" jawab Tama seraya berlalu meninggalkan Inara yang masih terpaku.
Keduanya lantas berjalan kembali menuju parkiran di luar rumah sakit.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yani
Harusnya Tama membatasi bergaul sama si Inara dikiranya memberi harapan
2023-10-09
1
Lilis Ilham
tidak tegas kamu teh tama jd inara mengharapkan
2023-06-20
1
Sugiharti Rusli
si Tama mah kan nanti jadi bikin si Inara salah paham atas perhatiannya ke dia, harus bisa tegas menjaga batasan, apalagi sebentar lagi akan nikah
2023-05-12
2