...Simpan, diam, dan rasakan, karena tidak semua hal dapat kau utarakan...
...🍁...
Pagi ini Nissa tengah begitu sibuk mengemas,dan merapikan barang-barang milik Ali yang selama di rumah sakit dia pergunakan.
Memastikan semua barang bawaan tidak ada yang tertinggal. Termasuk beberapa buku dan tugas-tugas yang tetap berusaha Ali kerjakan meski berada di rumah sakit.
"Ali sudah siap ?"
"Sudah Ust"
"Baiklah, Ust tinggal sebentar ya, Ust mau selesaikan administrasi nya dulu, Ali tunggu di sini" titah Nissa
"Baik Ust"
Tidak menunggu waktu lama, setelah itu Nissa pun bergegas menuju lantai satu, Temat dimana bagian administrasi rawat inap maupun rawat jalan berada, tentu untuk menyelesaikan administrasi selama Ali melakukan perawatan.
Tidak sampai 5 menit Nissa telah sampai di bagian ruang administrasi, lumayan ramai, karena memang sepertinya banyak juga pasien rawat inap lain yang akan pulang hari ini.
"Pasien atas nama Ali Ibrahim !" panggilan dari seorang petugas administrasi rumah sakit setelah beberapa saat Nissa menunggu.
Mendengar hal itu lantas Nissa pun bangkit dari duduknya dan bergegas menghampiri sang petugas.
"Iya, saya yang bertanggung jawab atas pasien Ali Ibrahim"
"Ini Bu semua rincian biaya Pasien Ali semala Perawatan di rumah sakit" ujar sang petugas dengan ramah.
Setelahnya sang petugas menyodorkan kertas kecil berukuran panjang yang bertuliskan rincian biaya apa saja yang di jalani Ali selama di rumah sakit.
Nissa pun menajamkan penglihatannya menatap satu persatu tulisan, setiap bagian terasa asing bagi Nissa yang memang tidak begitu faham tentang medis, namun Nissa jelas paham setiap tindakan dan obat-obatan di sana bertuliskan angka-angka yang tidak sedikit.
"Astagfirullah"
Benar saja pada bagian pojok kanan bawah bertuliskan angka Rp. 175.000.000.
Refleks Nissa menutup mulutnya dengan satu tangan, menatap tidak percaya pada kertas yang dia pegang. Hingga untuk sesaat Nissa hanya dapat menarik nafas panjang, dan kembali berusaha menguasai dirinya.
Dari total rincian yang Nissa pahami memang jumlah sebanyak itu mulai dari tindakan operasi, pemeriksaan laboratorium, perawatan, terapi setiap Hari, dan tentunya harga kamar yang cukup fantastis, karena sebelumnya Tama menempatkan Ali pada ruangan terbaik di rumah sakit tersebut.
"Maaf. Em. Ini benar total rincian biaya nya sekian?" tanya Nissa yang masih merasa tidak percaya.
"Betul Bu " jawab sang petugas dengan ramah.
Nissa tampak menganggukkan kepalanya dengan senyum pasi.
"Ibu tidak perlu khawatir, semua biaya tersebut telah di cover oleh dokter Tama" ujar sang petugas.
"Apa ?"
"Dokter Tama ,Semuanya ?" Batin Nissa dalam hati
"Benar Bu , Dokter Tama telah membayarkan semua biaya perawatan"
"Alhamdulillah . Jadi begitu ya Bu, baiklah kalau begitu terima kasih " ucap Nissa
Setelah menerima penjelasan yang cukup menohok dari pihak rumah sakit, Nissa pun menerima amplop berukuran besar, yang berisikan tidak hanya rincian biaya, namun juga hasil-hasil pemeriksaan Ali ada juga di dalam map tersebut.
Sejenak Nissa merasa tenang, karena berkaitan dengan urusan administrasi telah selesai.
Namun meski begitu kini justru Nissa merasa tidak enak hati, karena bagaimana pun Ali merupakan tanggung jawab pesantren, dan kecelakaan yang terjadi juga tentunya bukan murni dari kesalahan Tama semata.
Hal ini membuat Nissa harus segera menemui Tama, tidak mungkin Nissa mengabaikan begitu saja, terlebih tidak sedikit biaya yang harus Tama keluarkan untuk pengobatan Ali.
***
Tok tok tok.
Dengan ragu Nissa mengetuk pintu kaca di hadapannya.
"Masuk !"
"Assalamualaikum dok" sapa Nissa yang kini telah berdiri tepat di ambang pintu ruang kerja Tama.
"Wa Waalaikumsalam, Silahkan masuk" ujar Tama sedikit terkejut dengan kedatangan Nissa.
"Silahkan duduk" ucap Tama dengan ramah.
Mendengar hal itu Nissa pun bergegas menempatkan dirinya untuk duduk di kursi tepat di hadapan Tama.
"Maaf dok, mengenai biaya perawatan Ali"
Belum juga Tama menanyakan maksut dan tujuan Nissa datang menemui nya, Nissa lebih dulu menyampaikan maksut dan tujuannya.
"Ya"
Jawab Tama singkat dengan menatap wajah cantik Nissa , dan hal itu tentu membuat Nissa merasa tidak nyaman.
Meski begitu gugup berhadapan dengan Tama, namun Nissa tetap menyampaikan apa yang seharusnya keduanya bicarakan saat ini.
Tentu mengenai pembagian beban biaya perawatan Ali , yang juga akan di tanggung oleh pesantren, sehingga Tama pun tidak akan terlalu terbebani dengan banyaknya biaya yang harus di keluarkan.
"Tidak perlu, itu sudah menjadi tanggung jawab ku Nissa" ucap Tama dengan begitu santainya.
"Tapi pak dokter , Semua yang terjadi tidak hanya kesalahan pak dokter"
"Pak ?" Ulang Tama dengan mengerutkan keningnya
Mendengar pertanyaan Tama yang tentunya melenceng dari topik sebelumnya, Nissa agaknya merasa sedikit tidak enak hati, takut jika memang dia telah salah berucap.
"Maksut pak dokter ?"
"Astaga !!" batin Tama dalam hati
"Apa aku terlihat setua itu menurutmu ?"
"Tidak juga"
"Lalu kenapa kau memanggilku Pak!" tanya Tama
"Bukankah setiap Asien yang datang juga memanggil anda pak !" jelas Nissa
Mendengar penjelasan Nissa , jujur Tama merasa memang ada benarnya juga, karena semua pasien memanggilnya demikian, tapi kenapa ketika Nissa yang memanggilnya demikian, seolah terasa berbeda, dan Tama tidak begitu menyukainya.
"Em. tidak tidak, hanya saja sepertinya sedikit aneh"
"Oh ya ?" Tanya Nissa . Tama pun menganggukkan kepala dengan senyum nyengir.
Mendengar protes yang dilayangkan oleh Tama , Nissa hanya tersenyum kecil. Meski begitu menurut pandangan Nissa, kata pak itu begitu cocok bagi dia yang memang seorang dokter.
Keduanya tampak canggung setelah perbincangan singkat, tentu karena hal itu membahas hal lain, karena tujuan awal Nissa memang untuk bernegosiasi dengan Tama.
Sejenak pandangan Nissa menangkap selembar kertas yang berada di atas meja kerja Tama.
"Itu !" monolog Nissa dalam hati.
"Ada apa ?" tanya Tama yang tampak menangkap perubahan wajah dari Nissa
"Tidak ada dok, maaf "
Mendengar jawaban Nissa,Tama hanya menganggukkan kepala, seolah mempercayai ucapan Nissa, meski sulit rasanya untuk di percaya.
Kini keduanya kembali membahas masalah sebelumnya. Dan tentu keputusan akhir dari Tama adalah menolak bantuan dari pesantren, karena dari awal Tama sudah mendeklarasikan jika dia yang akan bertanggung jawab pada Ali hingga sembuh.
"Apa kalian sudah selesai berkemas ?" tanya Tama
"Alhamdulillah sudah dok"
"Aku akan mengantar kalian"
"Tidak usah dok, kami bisa pulang sendiri , dokter juga pasti sedang sibuk" tolak Nissa
"Tidak , tidak masalah , tunggulah sebentar lagi aku akan mengantar kalian" ujar Tama dengan merapikan beberapa kertas di meja kerja nya.
Brak !!
Suara pintu yang terbuka dengan paksa, tanpa adanya ketukan atau kata permisi sebelumnya, tentu hal itu cukup membuat keduanya kaget.
Pintu pun terbuka, menampilkan sosok Inara di ambang pintu dengan senyum manis menghiasi wajah cantiknya.
"Upss. Maaf aku pikir tidak ada orang" ucap Inara dengan tidak enak hati.
"Inara, tidak bisakah kau mengetuk sebelumnya" protes Tama
"Maaf " rengek Inara dengan menangkupkan tangannya di dada.
Mendadak suasana menjadi berbeda, Begitu juga Nissa yang tentu merasa tidak nyaman berada diantara dua sahabat yang mendadak menjadi canggung karena kehadirannya.
***
Assalamualaikum Reader Fillah kesayangan Author.
Sudah sampai di bab ini, yuk kasih semangat buat author ya, Agar semakin semangat menyuguhkan bab baru.
Untuk semua Like, komen,subscribe, Pemutar iklan, dan vote. Author Ucapkan banyak terima kasih .
Semoga Readers semua selalu mendapatkan kemudahan dalam segala hal. 🙏🙏🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Akhila Davina
ceritanya jadi beda ya, sama yg diceritakan di novel pesona Maryam. bukan nya pas Ali pulang dr.Tama ga ada malhan Nissa sampai bikin surat.
2024-05-02
1
Nartadi Yana
di cerita Maryam bill tagihan diantar ke ruang Ali dirawat dan tidak ada inara
2024-03-21
0
hanif mufakih
ko crita nya beda sama di cerita Mariam pas nyeritain Tama sama Nisa nya kk
2023-10-26
2