Dua malam hampir berlalu, besok kami akan sampai ke desa Kuma. Kubaringkan kepalaku di paha Haruki yang sudah tertidur dengan posisi duduk di dalam kereta. Sedangkan Izumi, tertidur pulas di sisi lain kereta...
Ketukan pintu di kaca jendela mengejutkan kami berempat yang tengah asik tertidur. Tatsuya memberitahukan bahwa sebentar lagi kami akan sampai di tempat tujuan.
Bangun dan beranjak aku untuk duduk, kuusap kedua mataku pelan. Tubuhku terasa sangat gerah, di tiga hari perjalanan yang kami lalui, tiga hari juga kami belum membersihkan tubuh.
Aku benar-benar ingin mandi.
Izumi membuka pintu kereta seraya turun, Haruki menyusulnya dari belakang. Berbalik Haruki melihatku, di rentangkannya kedua tangannya ke arahku. Berjalan aku ke arahnya, digendongnya tubuhku menuruni kereta...
Di genggamnya tangan kecilku, berjalan kami berdua menuju sebuah gerbang desa terbuat dari kayu yang telah lapuk bertuliskan Kuma...
"Apa kita sudah sampai?" bisik Lux yang sedang bersembunyi di balik rambut panjangku.
"Sepertinya begitu," tukasku pelan.
Berjalan kami melewati gerbang desa, rumah-rumah kayu yang berada disana sudah habis dimakan usia semua. Keadaan mereka sangat mengkhawatirkan, jika kau berjalan lebih ke dalam, pandangan matamu akan terjatuh di sebuah tumpukan sampah yang hampir berbentuk gunung besar berdiri kokoh di area paling belakang desa yang rata-rata dihuni oleh para perempuan, baik itu yang sudah manula maupun balita...
"Sampah-sampah darimana ini?" tukasku kepada mereka.
"Kenapa kami harus menjawab pertanyaan dari seorang perempuan," bisik mereka satu sama lain.
"Aku bertanya sekali lagi, sampah-sampah darimana ini?!" teriakku pada mereka.
"Itu sampah-sampah yang dikirimkan oleh salah satu Kerajaan yang berada di pihak Kaisar pada kami kemarin," ucap salah satu dari mereka.
"Dan kalian meletakkan sampah-sampah itu kesini, karena disini juga lah kalian menempatkan para perempuan sebelumnya?"
"Kami tidak punya pilihan," tukas salah satu dari mereka lagi.
"Apa kau bercanda?!" teriakku lebih keras pada mereka sembari kugenggam kuat tangan Haruki yang menggenggamku.
"Apa kalian tahu? Akulah yang meminta Raja untuk menerima kalian, sepertinya aku sudah melakukan kesalahan..."
"Seharusnya aku hanya menyelamatkan perempuan desa ini yang telah kalian terlantarkan, dan membiarkan kalian para ******** hangus terbakar beserta desa kalian yang terkutuk ini. Aku benar kan?" sambungku berbicara seraya menatap dingin mereka.
"Ampuni kami, Putri," ucap mereka seraya berlutut di hadapan kami.
"Singkirkan kembali sampah-sampah ini ke tempat asalnya. Jika Kaisar yang mengirimkannya? kirim kembali sampah-sampah ini pada mereka. Aku memberikan kalian waktu satu hari untuk membersihkannya."
"Sebaiknya kalian mendengarkan perkataannya, dialah yang akan mencabut julukan kutukan yang selalu kalian dapatkan. Jika aku jadi kalian, aku tidak akan membuatnya marah," tukas Haruki seraya berbalik berjalan yang diikuti oleh kami dibelakangny
"Tapi... hal itu bisa memicu peperangan," teriak salah satu dari mereka.
"Perang ya? bukankah itu bagus," ungkap Izumi sembari tetap berjalan.
"Kalian harus ingat, sekarang kalian sudah tidak lagi berada di bawah pengaruh Kaisar. Kalian sudah berada di bawah perlindungan Kerajaan kami, jadi pikirkan baik-baik mana yang terbaik untuk kalian dan mana yang tidak," sambung Haruki pada mereka.
Berjalan kami meninggalkan desa seraya menuju ke Kereta dan Kuda yang kami tinggalkan di luar desa. Berhenti mereka semua seraya menatapku secara bersamaan...
"Sikap pura-pura marahku sangat bagus bukan?" ucapku seraya meletakkan jari telunjukku ke pipi sembari tersenyum manis ke arah mereka
"Aku kaget sekali tadi," ucap salah satu Kesatria.
"Nyawaku seakan lepas dari tubuhku tadi, aku tidak menyangka Putri kita yang sangat lucu bisa berpura-pura marah seperti itu," sambung salah satu Kesatria lainnya.
Putri yang kalian bayangkan lucu itulah, sosok palsuku yang sebenarnya.
"Kita akan menginap disini malam ini, jadi persiapkan semuanya!" perintah Haruki pada para Kesatria.
"Laksanakan, Yang Mulia," jawab mereka serempak.
Haruki mengajakku duduk di bawah pohon yang terletak di sebelah kanan desa, duduk aku disebelahnya seraya menatap jauh kedepan...
Tampak terlihat dari jauh Izumi yang sedang berjalan kearah kami dengan membawa sebuah selimut rajut berwarna merah. Duduk Izumi di sampingku, dibukanya lipatan selimut tadi seraya diletakkannya selimut itu menutupi tubuhku...
"Teriakanmu tadi benar-benar mengejutkanku," ucap Lux seraya berjalan dan terbang keluar dari dalam rambutku.
"Apa tenggorokanmu baik-baik saja?" ucap Haruki menatapku.
"Sedikit sakit," ucapku tertunduk.
"Kau tidak perlu memaksakan dirimu," sambung Izumi.
"Maaf..." ucapku tertunduk.
"Aku hanya tidak bisa menahan diri melihat mereka memperlakukan perempuan yang mereka kenal seperti itu..."
"Jika saja aku tidak terlahir sebagai adik kalian, jika saja aku tidak terlahir sebagai anaknya Ayah, aku mungkin akan berakhir seperti mereka..." ucapku tertahan.
"Melihat mereka diperlakukan seperti itu membuat dadaku sesak. Apa itu sebuah kesalahan kami? karena kami terlahir sebagai Perempuan?" tukasku tertunduk.
"Aku takut, nii-chan," ucapku dengan suara bergetar.
"Justru aku sangat bersyukur kau terlahir sebagai perempuan, Sa-chan. Jika kau terlahir sebagai laki-laki, mungkin aku akan bertengkar denganmu setiap saat seperti yang aku dan Izumi lakukan," ucap Haruki seraya menepuk-nepuk pelan kepalaku.
"Kau tahu?" ucap Izumi tertahan.
"Sebagai anak bungsu laki-laki di keluarga, kadang aku merasa tidak percaya diri. Ayah kita sangat kuat dan Haruki bisa diandalkan. Saat aku melihatmu untuk pertama kalinya, Sachi..." ucapnya kembali tertahan.
"Aku berjanji pada diriku sendiri, untuk tumbuh lebih kuat. Untuk bisa melindungi adik kecilku yang lemah dari apapun yang akan menyakitinya, karena itu aku mulai mati-matian mengasah kemampuan bertarungku..."
"Dan tidak sekalipun aku menyesalinya, melindungimu membuatku lebih merasakan apa itu arti hidup dan itu membuatku bahagia sampai sekarang..." ucapnya tersenyum hangat kearahku.
"Izu nii-chan..." ucapku seraya memeluknya.
"Ini pertama kalinya dalam hidupku, kau memanggil namaku. Aku senang sekali," ungkapku seraya membenamkan wajahku di bahunya.
"Aku juga tidak tahu bahwa kau begitu sangat mengagumi ku, Izumi," ucap Haruki seraya ikut memeluk kami.
"Aahh sialan, jauhkan tubuh kalian dariku!" teriaknya seraya mendorong tubuh kami berdua.
"Aku tidak mau, ini pertama kalinya untukku melihat sosok dewasa dari diri kakakku ini."
"Kau benar. Entah kenapa, aku merasa bangga dan terharu," sambung Haruki.
"Aahh sialan, jauhkan tanganmu dari tubuhku Haruki!" teriak Izumi kembali.
"Kemarilah Lux, kaupun sudah menjadi salah satu anggota keluarga kami sekarang," ucap Haruki menatap Lux yang duduk di ranting pohon mengawasi tingkah kami.
"Jika Sachi memanggilmu kakak, maka akupun akan memanggilmu kakak. Mohon lindungi aku juga kakak," ucap Lux seraya terbang dan hinggap di kepalanya Izumi.
"Siapa? siapa yang menyuruhmu memanggilku kakak?!" teriak Izumi seraya melirik ke atas.
"Aku berkata lepaskan, lepaskan tangan kotor kalian dari tubuhku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
im3ld4
aku tuh baru berlabuh disini..tapi kl pun aku gk pny ide komen.. min. aku ngelike ànd krn miskin cm bs tip poin.. aku dimaapin kan thor?
2022-08-15
0
dlga6
entah kenapa... ini udah ke 4 kalinya aku ngulang tapi tetap suka...
dan aku mau nyelesain yg di sini untuk baca season selanjutnya
2021-09-29
0
Oi Min
Dasar Izumi gengsian..... Padahal suka tu di peluk......
2021-07-26
0