"Tsubaru."
"Ada apa, Putri?" jawabnya dengan tetap menyisir dan menata rambutku.
"Tidak bisakah aku makan malam di kamar saja?"
"Putri, kau masih sayang dengan nyawamu, bukan?"
Aku tidak bisa melarikan diri, aku tidak bisa melarikan diri dari kata-kata sakti ini.
Semenjak tinggal di istana inti, mau tak mau aku juga harus ikut bergabung makan malam dengan Raja dan para Pangeran. Atmosfer buruk ketika makan malam terakhir masih membekas di tubuhku, terakhir kali saja aku harus berusaha keras menelan semua makanan.
Tsubaru menggendongku menuju ruang makan, tampak Raja, para Pangeran dan juga pelayan pribadi mereka sudah berada di sana. Kami berdua masuk ke dalam ruangan, sambil diturunkannya aku dari gendongan oleh Tsubaru.
"Salam, Yang Mulia," ucapku membungkukkan badan sambil memberi salam.
"Duduklah!" Aku meneguk ludah saat dia memerintahku dengan dingin.
Diangkatnya aku oleh Tsubaru ke kursi, diambilnya aku sendok yang terletak di samping piring untuk aku gunakan. Mereka semua makan tanpa mengeluarkan suara apa pun, jangan berharap adanya obrolan hangat layaknya keluarga di sini.
Jangan sekali-kali berharap akan hal itu.
Aahh sial, aku benar-benar benci atmosfer menyesakkan dada ini.
Terdengar suara ketukan pintu memecah keheningan, seorang pelayan masuk membawa nampan berisi empat buah cangkir dan dua teko putih berbeda corak. Diletakkannya nampan itu ke atas meja, dituangkannya kedua isi teko itu masing-masing di dua cangkir yang berbeda.
Dua cangkir terisi susu hangat, dan dua cangkir lainnya terisi teh hijau. sebelum akhirnya mereka memberikan cangkir berisi susu hangat kepadaku dan Pangeran Izumi, sedangkan cangkir berisi teh untuk Raja dan Pangeran Haruki.
"Cih, susu lagi susu lagi. Membosankan," gerutu Pangeran Izumi seraya menjauhkan cangkirnya yang berisi susu hangat.
"Kenapa? susu bagus untuk tulang dan gigimu," jawabku tanpa sadar.
Mati aku, kenapa suasananya berubah jadi lebih hening dari sebelumnya. Harusnya aku lebih menjaga kata-kataku, bodohnya aku, kenapa bisa-bisanya aku mengatakannya tanpa pikir panjang terlebih dahulu.
"Kau tahu kakak? Aku ikut meminum susu karena aku mengagumimu. Kakak sangat kuat, jadi aku berpikir kalau aku meminum susu yang sama dengan yang kakak minum, aku akan jadi kuat seperti kakak," ucapku seraya mengeluarkan senyum palsu padanya.
Dia mendecakkan lidahnya setelah lama menatapku, "kau butuh seratus tahun lebih untuk mengejarku," ucapnya sambil meminum susu hangat yang berusaha disingkirkannya tadi.
Sialan, baajingan kecil sialan! Aku ingin sekali memukul wajahnya.
____________
Napasku kembali terasa normal setelah makan malam berakhir, rasanya seperti seluruh makanan yang aku makan menyangkut di tenggorokan. Digendongnya aku kembali ke kamar oleh Tsubaru, wajahnya yang tampan benar-benar seperti udara segar untukku.
Di luar aku memang terlihat seperti anak kecil berusia tiga tahun, tapi sebenarnya aku berusia 22 tahun, jadi bukanlah sebuah dosa, bukan? Kalau aku sudah berubah mesum dari bayi.
"Tsubaru," ucapku padanya.
Tsubaru menoleh ke arahku, "Ya, Putri."
"Apa kau tahu buah favoritnya Pangeran Izumi?" tanyaku padanya.
"Favorit?" Dia balas bertanya dengan bingung.
"Maksudku, apa kau tahu buah kesukaannya Pangeran Izumi?"
"Maksudmu Pisang?"
"Pisang, ya?" tanyaku sekali lagi padanya.
"Apa kau tahu, di mana aku bisa mendapatkannya?"
"Aku bisa mendapatkannya di kepala koki Istana jika kau menginginkannya, Putri."
"Bisakah kau mendapatkan susu dan juga madu, Tsubaru?" Aku kembali bertanya dengan antusias.
"Apa yang ingin kau lakukan dengan benda-benda itu, Putri?"
"Kejutan, kau akan membantuku, kan, Tsubaru?" ucapku seraya mengeluarkan ekspresi memohon padanya.
"Baiklah Putri, aku akan melakukannya."
_______
Setengah hari benar Tsubaru meninggalkanku, Raja memanggilnya beserta para pelayan anggota kerajaan lainnya. Setelah kembali, ia langsung menepati janjinya dan mengajakku ke dapur kerajaan. Semua bahan yang aku inginkan sudah tersedia di atas meja, bukankah pepatah mengatakan jika ingin mendapatkan hati pria maka puaskanlah dulu perutnya? Maka dari itu aku berencana membuatkan Pangeran Izumi smoothies Pisang.
"Tsubaru, apakah kau bisa memberikanku pisau, mangkuk, sendok, dan cangkir?"
"Akan segera saya persiapkan, Putri," ucapnya yang pergi lalu kembali dengan membawa benda yang aku pinta tadi.
"Kau dilarang menggunakan pisau, Putri. Terlalu berbahaya," ucapnya ketika melihatku memegang pisau.
"Aku baik-baik saja Tsubaru. Kau tidak perlu khawatir," jawabku dengan tersenyum padanya.
Satu per satu kukupas dan kupotong kecil-kecil Pisang yang ada sambil memasukkannya ke mangkuk. Kuambil sendok dan kutekan pisang yang telah kupotong kecil-kecil itu menggunakan sendok yang aku pegang hingga hancur dan halus. Di zaman ini blender belum ditemukan, mau tak mau semuanya harus dilakukan secara manual.
Kucampur sedikit demi sedikit susu segar kedalam bubur Pisang yang aku lumatkan tadi menggunakan sendok, kutuangkan sedikit madu secukupnya untuk menambah rasa manis alami pada smoothies. Dan jadilah, hadiah kejutan untuk Pangeran Izumi.
"Apa kau ingin mencobanya, Tsubaru?" ucapku sembari menuangkan smoothies pisang yang aku buat lalu memberikannya kepada Tsubaru.
"Apa yang kau buat ini, Putri?" tanyanya sembari mengambil cangkir berisi smoothies yang aku berikan tadi padanya.
"Aku menamainya smoothies Pisang. Pangeran Izumi bosan dengan susu yang begitu-begitu saja, bukan? Karena itu aku mengolah susu dengan buah kesukaannya."
"Bagaimana menurutmu, Tsubaru?" Aku kembali bertanya sambil menantikan jawaban darinya.
"Ini enak sekali, Putri. Kau memang jenius," ucapnya tersenyum ke arahku setelah meminum smoothies yang aku buat.
Tentu saja, di kehidupanku sebelumnya, kau bisa dengan mudah menemukan resepnya di internet.
"Benarkah? Aku senang sekali Tsubaru jadi yang pertama mencobanya," ucapku tersenyum kearahnya.
"Pelayanmu ini merasa sangat terberkati, Putri," sahutnya seraya menundukkan tubuhnya.
_____________
Tsubaru menuntunku menuju ruang makan seraya sebelah tangannya yang lain membawa nampan berisi secangkir penuh smoothies yang aku buat. Masuk kami ke dalam ruangan dan seperti biasa tak lupa memberi hormat pada Raja. Kuambil cangkir berisi smoothies dari Tsubaru lalu berjalan menuju di mana Pangeran Izumi duduk seraya memberikan smoothies yang aku buat tadi padanya.
"Apa yang coba kau berikan padaku, Tupai?" ucapnya sambil memegang cangkir berisi smoothies dariku.
"Itu smoothies Pisang yang aku buat khusus untukmu kakak. Kau bosan dengan susu yang biasa kau minum, bukan? Karena itu aku mencampurkannya dengan buah kesukaanmu."
"Mencampur susu dengan buah?" tanya Raja menyahut perkataanku.
"Benar, Yang Mulia. Aku membuatnya sambil memikirkan kakak tercintaku," ucapku seraya tersenyum ke arah Pangeran Izumi.
"Baiklah, aku akan meminumnya," ungkap Izumi yang mencoba meminum smoothies yang kubuat untuknya.
"Ini enak sekali, Tupai. Ini seperti aku meminum Pisang kesukaanku, ternyata kau ada gunanya juga," ucapnya sambil tetap meminumnya hingga habis tak tersisa.
Kau baajingan kecil, jika ingin memuji, lakukanlah yang benar.
"Apa kau hanya membuatkannya untuk Izumi?" Aku mengalihkan pandangan ke arah Pangeran Haruki yang tiba-tiba bersuara.
"Benar Yang Mulia. Jika Kak Izumi menyukainya, aku berniat membuatkannya setiap hari."
"Kau harus membuatnya lagi, ini perintah!"
"Tentu saja, kakak," ucapku tersenyum ke arah mereka bertiga.
"Aku ingin stroberi, aku menyukai stroberi," ucap Pangeran Haruki yang membuatku kembali menoleh ke arahnya.
"Stroberi?" Keningku sedikit mengerut menatapnya.
"Maksudnya, Pangeran Haruki ingin dibuatkan minuman yang sama tapi menggunakan stroberi, Putri," bisik Tsubaru di telingaku.
"Eh," ungkapku kebingungan seraya menoleh ke arah Tsubaru yang berada di sampingku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
Lindot
tim baca ulang 🥰
2023-10-23
6
Andara Monica
ku ulang lagi bacanya sambil menunggu kelanjutannya
2022-02-14
0
coralskie
semangat ambil hati para pria, sachi!
2021-12-17
1