"Kau belum makan, bukan?" tanya Haruki seraya menatapku.
"Tunggulah sebentar, aku akan meminta mereka membawakan makanan untukmu," sambung Haruki beranjak dari tempat duduknya seraya menepuk pelan kepalaku dan berjalan keluar.
"Hampir lupa..." ucap Haruki lagi yang tiba-tiba kembali.
"Apa ada yang ingin kau makan, Lux?" tukas Haruki seraya menjatuhkan pandangannya ke arah Lux.
"Kami bangsa Peri hanya memakan buah," ucap Lux balas menatap Haruki.
"Buah ya? baiklah," ungkap Haruki seraya menutup kembali tenda dan berjalan menjauh.
"Kau punya kakak yang hebat," ucap Lux melirik ke arahku.
"Benarkah? Sayangnya sampai sekarang aku tidak bisa mengerti dengan jelas apa yang ada di pikirannya," tukasku tertunduk.
"Kudengar kau sudah kembali, Tupai?" tukas Izumi yang tiba-tiba masuk kedalam tenda.
"Makhluk apa itu?" ucap Izumi seraya menatap Lux yang sedang duduk di bahuku.
"Izumi, jika kau membuka mulutmu lebih dari itu. Aku akan membunuhmu..." sambung Haruki yang sudah berdiri di belakang Izumi seraya mencengkeram kuat bahunya.
"Aku akan menjelaskannya, duduklah!" lanjut Haruki menghela napas seraya dilepaskannya cengkeraman tangannya di bahu Izumi.
Duduk Izumi di hadapanku yang juga diikuti oleh Haruki, diceritakannya kembali oleh Haruki semua yang diceritakan Lux sebelumnya pada Izumi....
"Heh begitukah?"
"Kita hanya perlu menghabisi Kaisar dan Pasukannya bukan?"
"Setidaknya berikan aku tugas yang lebih sulit, melawan Naga itu misalnya," sambung Izumi lagi.
"Apa kau bodoh?!" teriak Lux seraya menatap Izumi.
"Coba ulangi perkataanmu? Kau makhluk kecil yang lemah," balas Izumi menatapnya.
"Tutup mulutmu! kau manusia bodoh yang tidak bisa menggunakan akalnya."
"Beraninya kau berkata seperti itu pada seorang Pangeran."
"Heh, apa kau kehilangan akalmu. Aku juga seorang Pangeran."
"Apa kalian sudah selesai?" tukas Haruki diiringi helaan napas yang ia keluarkan.
"Nii-chan, kumohon," sambungku seraya menatap Izumi.
"Aku tidak bisa mempertaruhkan nyawaku di tangan orang bodoh sepertinya. Aku akan memberikan informasi apapun yang kalian butuhkan, asalkan jangan ikutkan dia dalam kerja sama ini."
"Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu, Lux. Kakakku sangat kuat, dia juga sama berartinya untukku. Aku membutuhkannya."
"Hehehehehehehehehe kau dengar itu bukan? Aku harus bagaimana lagi, jika ia sangat membutuhkanku seperti itu," tukas Izumi tertunduk seraya menahan rasa bahagia.
Ahh sialan, entah kenapa aku merasa menyesal sudah mengatakannya.
"Yang Mulia, semuanya sudah siap?" ucap Tatsuya dari luar tenda.
"Kami akan segera keluar," balas Haruki.
"Berhentilah tertawa, Takaoka Izumi. Kau terlihat menjijikan," ucap Haruki beranjak berdiri sembari kaki kirinya di letakkannya di pipi Izumi.
"Haruki sialan, apa yang kau lakukan?!" teriak Izumi.
"Abaikan mereka, kita keluar sekarang," bisikku pelan pada Lux seraya beranjak berdiri.
"Memberikanmu perlakuan istimewa, kau pasti tahu berapa banyak perempuan di Kerajaan yang sangat ingin menyentuh tubuhku, sambung Haruki seraya menatap Izumi.
Keluar aku dari tenda bersama Lux yang sudah duduk di bahuku sebelumnya, berjalan aku mendekati Tsubaru yang sudah menungguku...
"Apa ini Ayam?" tanyaku pada Tsubaru sembari duduk di tempat yang sudah dipersiapkannya.
"Itu burung yang kami tangkap sore tadi," ucap Tsubaru sembari mengupas sebuah Apel dengan tangannya.
"Kalian menangkap burung?" tanyaku.
"Langsung dari langit," ucap Tsubaru seraya menganggukkan kepalanya.
"Aahh aku mengerti."
"Apel?" ungkap Tsubaru seraya mengulurkan sepotong Apel pada Lux.
"Terima kasih," ucap Lux meraih Apel yang diberikan Tsubaru sembari memakannya perlahan.
____________
Duduk aku di dalam kereta, Haruki dan Izumi menunggangi kuda mereka diluar. Terbang Lux ke atas kepalaku, Tsubaru membantuku membersihkan sayapnya semalam...
"Sebenarnya kalian sedang menuju kemana?" tukas Lux sembari berbaring di atas kepalaku.
"Menuju desa Kuma, desa yang nasibnya akan sama seperti kerajaanmu jika kami tidak cepat menolongnya kemarin," ucapku seraya menatap bayangan kami berdua di kaca jendela.
"Sa-chan, kita akan mengambil jalan memutar. Jangan keluar dari kereta apapun yang terjadi," ucap Haruki seraya mengetuk pelan kaca jendela.
"Aku mengerti, nii-chan."
"Desa Kuma, desa yang akan kami kunjungi adalah wilayah kekuasaan Kaisar yang terkenal akan kutukan buah jeruknya yang selalu asam..."
"Kaisar meminta kami melakukan pertukaran wilayah, ia ingin menukarkan desa itu dengan sebuah wilayah kami yang penuh dengan hewan-hewan liar di dalamnya..."
"Dan bukan hanya itu, Kaisar juga mengancam. Jika kami menolak pertukaran itu, Ia akan menghanguskan desa itu beserta para penduduknya..."
"Kau berkata bukan? bahwa desa itu dikutuk?" ucap Lux memotong perkataanku.
"Walaupun benar dikutuk, aku akan mematahkan kutukan itu dengan tanganku sendiri?" lanjutku.
"Kau bisa sihir?" tanyanya.
"Aku tidak bisa," jawabku singkat seraya menggelengkan kepalaku.
"Lalu? Bagaimana bisa kau akan mematahkan kutukan itu?" ucap Lux seraya beranjak duduk.
"Tentu saja menggunakan kepintaranku..."
"Kau tahu Lux, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kerja kerasmu tidak akan mengkhianati hasil, sampai sekarang aku masih mempercayai kata-kata itu..." sambungku.
"Sama seperti yang diucapkan kakakku semalam. Aku ingin menjadikan Ayahku satu-satunya Raja yang mengatur ulang dunia. Dunia dimana perempuan seperti kami bisa bisa menunjukkan bakat dan kemampuan kami tanpa harus takut merasakan diskriminasi..."
"Dunia dimana perempuan tidak harus merasakan ketakutan saat ia harus menyampaikan pendapatnya, dunia dimana aku ingin hidup bebas sebagai adik dari kakak-kakakku dan juga seorang putri dari ayahku...."
"Dunia dimana aku ingin hidup tanpa harus khawatir aku akan dieksekusi atau tidak saat usiaku mencapai tujuh belas tahun....
"Semuanya, yang tak lebih adalah keinginan egoisku sendiri..." ucapku tertahan.
"Katakan Lux, apa impian terbesarmu?"
"Impianku musnah, saat dimana Kerajaanku musnah, impianku pun musnah saat itu juga..."
"Kalau begitu, aku akan membuatkanmu impian," tukasku seraya tersenyum ke arah bayangan kami yang terpantul di kaca jendela.
"Hah? Apa maksudmu?" ucapnya.
"Aku berjanji, aku akan membuatmu mengatakan..."
"Hah, aku ingin sekali mengetahui apa yang akan dilakukannya kedepan. Aku ingin mendukung semua yang ia lakukan," ucapku, kualihkan pandangan mataku seraya tersenyum menatapnya.
"Apa kau sudah kehilangan akalmu?" ucapnya seraya menarik rambutku.
"Hahaha apa yang aku katakan salah?" ucapku seraya tertawa kecil.
"Tentu saja salah," tukasnya.
"Benarkah?" ungkapku.
"Akan tetapi, kau tidak akan mengikutiku seperti sekarang jika kau tidak memiliki pemikiran seperti yang aku ucapkan tadi. Aku benar kan, Lux?" tukasku sembari tersenyum di depan kaca jendela yang ada disampingku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
Nazilah Muhsin
yaampun izumi kocak bgt sih ini anak..hahaha
2021-08-06
2
ime Queen
sayang gak ada seson 2 ya thor
2021-05-29
1
Putrakelana
1743
2021-02-22
1