"Putri, apa kau sudah siap?" tukas suara Tsubaru dari balik pintu
"Aku sudah siap, Tsubaru," jawabku yang langsung beranjak turun dari kursi yang ada di depan meja rias.
Aku berjalan lalu kubuka pintu kamar, langkahku terhenti di depan Tsubaru yang telah menunggu di samping pintu. Dituntunnya aku berjalan menuju ruang makan oleh Tsubaru, tidak seperti sebelumnya, sekarang aku sudah tidak gugup seperti dulu lagi ketika makan malam bersama mereka.
Masuk kami berdua menuju ruang makan yang belum ditempati satu orang pun. Diangkatnya aku oleh Tsubaru duduk di kursi, sebelum akhirnya dia berdiri di sampingku.
Suara pintu terbuka, membuat pandanganku teralihkan. Aku menjatuhkan pandangan ke arah laki-laki yang menjadi Pelayan pribadi Izumi, pelayan tersebut berdiri di samping pintu seraya membungkukkan tubuhnya. Hingga bayangan Izumi bergerak masuk ke dalam ruangan, disusul oleh pelayannya yang berjalan di belakangnya.
"Nii-chan," ucapku, mencoba menyapanya. Keningku mengerut, ketika dia mengabaikan perkataanku. Dia masih diam tanpa suara, saat pelayannya itu menarik kursi untuk dia duduki.
Kenapa lagi ini? Ada apa dengannya? Biasanya dia yang selalu heboh menyapaku, tapi ini-
Suara pintu kembali terdengar, kali ini Raja dan Haruki yang masuk ke ruangan diikuti para Pelayan mereka. Duduk Haruki di sampingku, sedangkan Raja sendiri duduk di kursinya yang biasa.
Kenapa juga Haruki duduk di sampingku? Biasanya juga dia duduk di samping Izumi. Dan kenapa juga, dia terus-menerus tersenyum ke arahku?
Satu per satu pelayan masuk membawakan berpiring-piring makanan yang diletakkan oleh mereka di atas meja kami. Kupandangi Izumi yang masih diam membisu ... Entah kenapa, muncul perasaan marah di dalam tubuhku melihat apa yang dia lakukan.
"Ayah, apa Ayah punya waktu nanti?" ucap Haruki yang membuka pembicaraan saat semua makanan telah disusun rapi.
"Apa ada yang ingin kau diskusikan?" jawab Raja menanggapi perkataan Haruki.
"Aku dan Sachi ingin mendiskusikan sesuatu padamu," ucap Haruki kembali padanya."
"Heh, mendiskusikan sesuatu ya? Sejak kapan, kalian menjadi sedekat itu?" sahut Izumi tiba-tiba dengan senyum dingin mengukir di wajahnya.
Jangan bilang penyakit cemburunya kambuh? Kapan Kakakku yang satu ini dewasa?
"Sejak kami semakin saling mengenal sebagai adik dan kakak. Kakakmu ini benar, kan, Sa-chan?" timpal Haruki dengan tersenyum menatapku.
Haruki sialan, kenapa juga dia harus menaburkan garam ke atas luka di saat seperti ini.
"Heh, begitukah?" sambung Izumi, aku tertunduk saat tubuhnya itu seakan memancarkan energi suram yang keluar.
Beberapa kali aku menghela napas, seraya berusaha mengusir rasa sesak yang menyelimuti, "aku sudah selesai, Yang Mulia," ucapku seraya meletakkan alat makanku kembali ke meja.
Aku turun melompat dari atas kursi, dengan melangkahkan kaki menuju ke arah Izumi yang sudah bersikap aneh dari awal. Lama dia menatapiku, yang sudah berdiri di sampingnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Apa yang kau lakukan?!" bentaknya saat aku meraih lalu menarik lengannya.
"Ikut aku!" Aku balas membentaknya dengan masih menarik-narik lengannya.
"Apa yang kau lakukan, Putri Sachi?" tukas Pelayan Izumi setengah berteriak padaku.
"Aku? Menepati janji antara adik dan kakak-"
"Tsubaru, bantu aku menggendong Pangeran Izumi!" pintaku pada Tsubaru yang masih berdiri mematung.
"Putri, kau tidak boleh melakukannya," Tsubaru berlari mendekatiku sambil berusaha untuk mencoba menarik tubuhku jauh dari Izumi.
"Apa yang kau lakukan, Putri Sachi?!" Pelayan Izumi kembali membentakku, sambil berusaha menjauhkanku dari Tuannya itu.
Aku menggigit kuat lengannya, hingga dia sedikit mengerang kesakitan, "sudah aku katakan, bukan? Menepati janji antara adik dan kakak, aku berjanji memasakkannya pud-" uapku terpotong, sebelum sempat menyelesaikan perkataan.
"Haru nii-chan, bantu aku menggendong Pangeran Izumi ke dapur!" pintaku, saat aku sendiri pun sudah berada di gendongan Tsubaru, kualihkan pandangan mataku itu menatap Haruki yang menahan tawa dari kursinya.
"Tatsuya, gendong dan bawa Izumi ke dapur!" perintah Haruki sambil menatap Pelayan yang berdiri di dekatnya.
"Jika kau mendekat, aku akan memenggal kepalamu, Tatsuya!" tukas Izumi, berusaha menghentikan pelayan Haruki yang terus berjalan mendekatinya.
"Haruki, sialan! Apa yang kau lakukan?!" bentak Izumi saat dia sudah berada di gendongan Tatsuya.
______
Aku sekarat, drama keluarga di ruang makan tadi benar-benar membuatku sekarat.
Dan ... Kenapa juga Raja ikut-ikutan ke Dapur bersama kami?
Sambil kuarahkan pandanganku kepada Tsubaru, Raja, Haruki, Izumi lengkap dengan pengawal mereka yang sudah berada di dapur bersamaku. Pandanganku beralih ke samping kanan, tepatnya ke arah para koki dan para pelayan yang mengintip kami dari balik pintu.
Aku mengerti benar perasaan mereka, atmosfer ini saja sudah hampir membunuhku.
Aku menarik napas dalam, lalu mengembuskannya kembali dengan perlahan, "Tsubaru, aku butuh gula pasir, air panas dan dingin, telur dan juga susu," ucapku mengalihkan tatapan kepada Tsubaru.
"Baik, Putri. Akan aku persiapkan semuanya," yang Tsubaru yang langsung berjalan mencari bahan yang aku perlukan.
"Apa apinya sudah siap, nii-chan?" tanyaku dengan melihat ke arah Haruki.
"Apa apinya sudah siap, Tatsuya?" sambung Haruki, yang melemparkan tatapan matanya pada Tatsuya.
"Sebentar lagi, Yang Mulia," jawab Tatsuya sembari sibuk meniupkan udara ke api yang tengah dibuatnya.
"Kau dengar itu, bukan?" ucapnya sembari tersenyum ke arahku.
Cih, Pangeran sialan! Aku benar-benar iri padanya.
Tapi, yang paling membuatku kesal adalah anak ini-
"Apa yang kau lakukan Izu nii-chan? Bantu aku mengocok adonan telur nya," perintahku, aku memecahkan beberapa butir telur ke dalam mangkuk keramik besar di hadapanku.
"Kenapa juga aku harus melakukannya?" gerutunya sembari membuang pandangannya dariku.
Bajiingan! Siapa yang bilang ingin memakan puding sebelumnya!
Aku menarik napas, mencoba untuk meredam amarah, "sebegitu benci dan tidak sukanya kau memasak bersamaku, nii-chan?" ucapku, sambil menatap Izumi dengan ekspresi memohon andalanku.
"Pfftt-" Aku mengatup bibirku, dengan melirik ke arah Haruki saat suaranya menahan tawa terdengar.
Haruki sialan, tunggu saja! Aku akan membalasmu.
"Aahh, baiklah, aku akan membantumu," timpal Izumi, dia mengambil mangkuk yang berisi telur itu dariku.
"Kocok secara perlahan, mengocoknya sampai ke bawah adonan. Dan pastikan jangan terlalu banyak busa atau buih yang muncul. Kau bisa melakukannya, kan, nii-chan?"
"Cerewet! Aku tahu!" bentaknya sambil mempraktekan apa yang aku ucapkan.
"Dan Haru nii-chan, apa kau bisa membantuku membuat karamel?" tanyaku seraya menuangkan gula dan sedikit air ke dalam panci yang telah dikumpulkan oleh Tsubaru.
"Karamel?" balasnya bertanya kepadaku.
"Aku akan mengajarimu," ucapku sambil melompat turun dari bangku lalu berjalan ke arah Haruki dengan memberikan panci berisi gula dan air tadi ke padanya.
"Masak gula dan diamkan terlebih dahulu sampai permukaannya sedikit berwarna. Kalau sudah, goyangkan panci untuk meratakan cairan gulanya, lalu masak gulanya hingga berwarna kecokelatan dan mengental."
"Jika sudah seperti itu, angkat panci lalu tambahkan sedikit demi sedikit air panas ke dalam karamel. Dan ingat nii-chan, kau harus menjaga jarakmu dari karamel ketika kau menuangkan air ke dalamnya. Jika tidak, karamelnya akan memercik hingga membuat tubuhmu luka."
"Setelah selesai, aduk dan goyangkan kembali panci agar cairan gulanya merata. Lalu tuang ke dalam mangkuk yang sudah disiapkan Tsubaru sebelumnya," ucapku, aku kembali berjalan mendekati bangku kembali.
Tsubaru kembali mengangkatku ke atas bangku, kuraih mangkuk berisi susu dan gula di atas meja lalu memasukkan keduanya ke dalam panci yang lainnya.
"Apa ada yang bisa aku lakukan?"
"eh," ujar kami serempak seraya membeku sekejap.
"Sachi, apa ada yang bisa Ayah lakukan untuk membantu kalian?"
Apa dia kehilangan pikirannya? Bagaimana bisa aku memerintah Raja melakukan sesuatu.
Diam aku sejenak, sambil mengalihkan pandanganku ke arah Haruki yang membalasnya dengan anggukan kepalanya. Aku menghela napas dengan kembali menatap ke arah Tsubaru, dia pun balas menatapku dengan senyum kecil di wajahnya.
"Apa kau bisa memasak susu ini di sana, Ayah?" tanyaku seraya mendorong panci berisi susu ke arahnya dengan kepala tertunduk.
"Aku mengerti," jawabnya sambil meraih panci yang ada di tanganku, sebelum akhirnya dia berjalan ke arah Haruki yang sudah selesai melakukan tugasnya.
"Pastikan jangan terlalu mendidih memasaknya, ya, Ayah," ucapku kembali dengan menahan keringat dingin.
"Aku mengerti," balasnya kembali, aku masih menatapinya yang tampak fokus mengaduk-aduk susu yang sedang dimasaknya itu.
"Jika sudah selesai, campurkan susu yang Ayah masak, ke dalam adonan telur yang ada di Izumi nii-chan," ucapku lagi padanya yang dibalas dengan anggukan kepala darinya.
Kutuang adonan telur yang sudah bercampur susu tadi ke dalam mangkuk cetakan yang sudah terisi karamel sebelumnya. Kupinta Tsubaru untuk meletakkan dan menyusun mangkuk cetakan yang sudah terisi adonan puding ke dalam kukusan yang sudah aku alasi dengan kain sebelumnya, dan tak lupa, aku memintanya untuk mengikatkan kain di tutup kukusan supaya air tidak menetes ke puding saat mengukusnya.
Kami berempat duduk menunggu Puding yang sedang dikukus di samping meja, diangkatnya puding yang kemungkinan sudah masak dari kukusan oleh Tsubaru. Aku memintanya untuk mendinginkan puding tersebut sebentar di suhu ruangan karena di zaman ini belum ada yang namanya lemari pendingin, kukeruk bagian pinggir puding yang sudah dingin menggunakan ujung pisau kecil dan kubalikkan cetakan yang berisi puding itu ke atas piring. Sebuah puding berwarna putih bersaus karamel cokelat di atasnya telah selesai menghiasi piring yang ada di hadapanku itu.
Kuletakkan satu per satu Puding yang kami buat ke atas piring kecil, kuberikan satu per satu puding yang sudah siap ke Raja, Haruki, Izumi dan para pelayan kami.
"Ini enak sekali," ucap Izumi seraya memakan pudingnya yang tinggal setengah.
"Kau menyukainya, Ayah?" tanyaku sembari menatap Raja yang sedang melahap puding hasil drama buatan kami.
"Ayah menyukainya," jawabnya tersenyum kecil membalas tatapanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
im3ld4
orang² dikerajaan ini.. pecinta kuliner smw
2022-08-14
1
Echa04
hmmmmm mereka semua berebut perhatian shaci....haus kasih sayang ck
2022-05-08
0
Alan Melkyanus
mereka hanya membutuhkan kasih sayang😭
2021-09-23
0