Semua gaunku telah berpindah tempat ke kamar baruku di istana, tampak Tsubaru sibuk mengatur kamarku ditemani pelayan istana yang lain. Aku duduk di taman istana dengan sebuah buku tebal di pangkuan, buku berisi sejarah kerajaan ini yang aku pinjam sembunyi-sembunyi dari Perpustakaan saat aku mencoba mencari Tsubaru.
"Aku ingin tahu, siapa pencipta peraturan dan adat-istiadat bodoh di kerajaan ini," ungkapku pelan seraya kubolak-balik halaman buku yang ada di pangkuanku.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Sebuah suara dari arah belakang mengagetkanku.
Ya Tuhan, aku kenal betul suara ini. Kenapa pria wajah datar bisa berada di sini, haruskah aku menoleh? Tapi leherku tak bisa digerakkan. Tsubaru sialan kemana kau? Aku merindukan senyum dinginmu sekarang, muncullah kumohon muncullah.
“Takaoka Sachi, aku bertanya padamu," ucap suara itu terdengar sekali lagi.
Aku menarik napas dengan beranjak turun dari bangku lalu berbalik menatapnya, "salam Yang Mulia, itu ... Aku sedang menunggu Tsubaru membereskan kamarku di sini. Lebih tepatnya, aku sedang membaca buku di sini," jawabku terbata-bata sembari memberikan hormat padanya.
“Kau bisa membaca? Usiamu baru tiga-"
“Aku bisa," ucapku yang dibalas dengan tatapan matanya yang sedikit terkejut.
Gawat, gawat, apa dia marah? Apa aku akan dieksekusi sekarang? Aarrgghh, wajahnya susah sekali ditebak, ketampananmu terbuang sia-sia Raja. Sudahlah aku tak peduli, akan aku keluarkan senjata andalanku. Mode imut 'aktifkan.'
“Terima kasih padamu Yang Mulia. Yang Mulia sangat pandai, menjadi anakmu membuatku cepat mempelajari apa pun. Sachi beruntung sekali, punya Ayah sepertimu Yang Mulia," ucapku tersenyum palsu padanya.
“Ikut aku!" perintahnya sambil berjalan mendahuluiku dengan seorang pelayan berjalan di belakangnya.
“Eehh?"
Apa senjata andalanku tak berhasil, dia ingin mengajakku ke mana? Apa hari ini, hari terakhirku? Ya Tuhan, beri aku tissue, aku benar-benar ingin menangis sekarang. Tsubaru, kita belum mengucapkan perpisahan satu sama lain. Oh Tuhan, kakiku mati rasa, aku sama sekali tak bisa menggerakkan kedua kakiku.
“Apa yang kau lakukan? Kau tidak ingin mengikutiku,” ucapnya yang tiba-tiba saja sudah menggendongku.
Sejak kapan? Sejak kapan dia menggendongku, aku sama sekali tak menyadarinya.
Tubuhku terasa membeku di gendongannya, ia tetap lanjut berjalan tanpa satu kali pun melihat padaku.
"Panggil Tsubaru dan Haruki menemuiku sekarang!" tukasnya memerintahkan pelayan pribadinya.
Maafkan aku Tsubaru, hidupmu akan berakhir karena kecerobohan dariku. Tiga tahun hidupku yang singkat, maaf aku tidak bisa mempertahankanmu. Maaf Tsubaru, aku tidak bisa melindungimu.
Ketakutanku tak kunjung hilang, untuk membuka mata pun sekarang terasa mustahil bagiku.
"Apa kau lelah?" tanyanya seraya menurunkanku dari gendongannya.
Aku berusaha untuk tersenyum membalas tatapannya, "tidak Yang Mulia, aku baik-baik saja," ucapku dengan sesekali mengarahkan pandangan ke seluruh ruangan seperti halnya ruang kerja.
Raja duduk di kursi penuh ukiran yang ada di sampingku, keringat dingin mengucur deras tak berhenti keluar dari tubuhku. Jantungku tak berhenti berdetak cepat, dengan telapak tanganku basah dipenuhi keringat.
"Ya Tuhan, atmosfer ini benar-benar membunuhku," bisikku pelan sambil mengelap telapak tanganku yang basah ke gaun yang aku kenakan.
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar, dengan suara Pangeran Haruki yang ikut mengiringi ketukan pintu tersebut. Pintu kayu besar itu terbuka, diikuti Pangeran Haruki yang masuk diiringi tiga orang pelayan, dengan Tsubaru menjadi salah satu di antaranya.
"Salam, Yang Mulia," ucap mereka berempat memberikan hormat.
"Tsubaru, ada yang ingin aku tanyakan padamu?" tukas Raja sembari memperlihatkan buku yang aku baca sebelumnya pada Tsubaru.
'Degh' jantungku seakan berhenti berdetak, semakin kuat kugenggam gaunku dengan kepala tertunduk.
Apa karena aku mencurinya diam-diam? Aku dihukum karena itukah? Kalau tahu begitu, seharusnya aku bilang saja tadi menemukannya di lorong istana, bodoh, kau bodoh sekali Sakura.
"Anak ini berkata kalau ia bisa membaca buku ini."
"Ehh, Putri?" timpal Tsubaru yang juga ikut melihat ke arahku lengkap dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.
"Aku bisa membacanya," jawabku dengan menundukkan kembali kepala ketakutan.
Jika aku mengelak setelah memberi tahunya kalau aku bisa membaca buku itu, tentu saja kepalaku sudah terbang melayang.
"Coba baca bagian ini!" perintah Raja sambil menunjuk pada satu paragraf yang ada di buku.
Aku hanya ingin mengetahui sejarah kerajaan, apa itu termasuk kejahatan?
Kutatap bagian yang ditunjuknya itu seraya kubaca dengan suara bergetar. "Haruki!" sambung Raja sembari memberikan buku yang dipegangnya pada Pangeran Haruki.
"Baik, Yang Mulia," ucap Pangeran Haruki berjalan ke arah Raja lalu mengambil buku yang ada di tangannya.
"Semuanya benar, tepat seperti yang tertulis di buku," sambung laki-laki yang kuperkirakan berusia sepuluh tahun itu.
Tampak semua orang di sana memperlihatkan ekspresi yang sama, terlebih lagi Tsubaru, ia tampak sangat terkejut mengetahui aku bisa membacanya. Tsubaru menatapku dari tempatnya berdiri, aku pun balas menatapnya dengan mata yang hampir memerah, sebelum akhirnya dia tersenyum membalas tatapanku itu.
Apa itu senyum terakhir yang akan aku lihat Tsubaru?
"Kau tahu, tidak semua orang bisa membaca dan melafalkan bahasa ini dengan jelas," ucap Raja kembali melihat ke arahku.
Tapi itu hanya bahasa Inggris biasa, mana mungkin aku tidak bisa membacanya.
"Buku ini berisi sejarah kerajaan dan ditulis dengan bahasa kuno yang hampir punah. Di dunia ini, hanya segelintir orang yang bisa membacanya, kakakmu, Haruki salah satunya," sambung Raja lagi padaku.
"Kau harus merahasiakannya. Jika tidak, perempuan sepertimu akan berakhir mengenaskan," ucap Pangeran Haruki yang juga ikut menatapku.
"Siapa yang mengajarimu?" tanya Raja kembali.
"Tidak ada yang mengajariku Yang Mulia, aku hanya membacanya saja," ucapku seraya mereemas-remas kuat jariku.
"Mustahil, aku saja butuh waktu lima tahun untuk mempelajarinya. Dan sekarang pun aku masih mempelajarinya," timpal Pangeran Haruki seakan tak percaya.
"Tsubaru, kau tahu tugasmu bukan? Bawa ia kembali ke kamarnya dan kalian semua bersikaplah seperti pertemuan ini tidak pernah terjadi!"
"Baik, Yang Mulia."
_________________
Tsubaru menggendongku ke kamar, ia masih diam tak bersuara. Tapi setidaknya aku lega, karena tidak ada hukuman. Setidaknya juga, nyawa kami masih bisa terselamatkan.
"Tsubaru!" ucapku setelah kami sampai di kamar.
"Ada apa, Putri?" jawabnya sembari menurunkanku dari gendongannya.
"Apa itu buruk? Maksudku, apa bisa menggunakan bahasa itu adalah hal yang buruk?"
"Kau tahu, Putri? Banyak petunjuk lokasi harta karun berharga yang tersebar di seluruh dunia menggunakan bahasa kuno itu. Jika ada yang mengetahui kau bisa membacanya dengan fasih dan lancar seperti itu, akan ada banyak orang tak bertanggung jawab yang mengincarmu, terlebih lagi kau Perempuan, Putri."
"Bahkan aku pun baru tahu, kalau Pangeran Haruki bisa membacanya. Kau mengerti maksudku, kan, Putri?" sambung Tsubaru dengan wajah serius yang baru kali pertama ini aku melihatnya.
"Tsubaru akan melindungiku, kan?" tukasku sambil meraih lalu menggenggam tangannya.
"Tentu saja, aku sudah disumpah darah untuk selalu setia di sampingmu, Putri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
Lindot
tsubaru pasti kaget banget 😂
2023-10-23
0
Galih Silawati
hg
2022-10-05
0
Echa04
kayak putri jane ya....4 BLN bisa bicara,6 BLN berjalan dan 2thn sudah bisa membaca....ck sungguh halu tingkat dewa
2022-05-08
0