"Yang Mulia." Sebuah suara terdengar samar-samar di telingaku.
"Berdirilah kalian bertiga!" ikut terdengar suara Raja yang bergetar diiringi helaan napas yang beberapa kali mengikuti.
Aahh, apa-apaan ini? Aku tidak menyangka akan menangis seperti ini.
Aku beranjak berdiri dengan memandangi sisi kanan dan kiriku, jelas terlihat Haruki dan Izumi menundukkan kepala mereka dengan sirat kemerahan yang terlukis di kedua mata mereka.
*Flashback
"Pangeran Haruki, Putri Sachi!" suara Satoru, pelayan Raja menghentikan langkah kami berdua yang hendak keluar dari perpustakaan.
"Ada perlu apa, Satoru?" tanya Haruki berbalik menatapnya.
"Ada sesuatu yang aku ingin kalian ketahui. Ikutlah denganku, Pangeran, Putri," pintanya berbalik lalu berjalan menuju sebuah meja di sudut kiri perpustakaan.
"Apa yang ingin kau diskusikan?" Haruki kembali bertanya sambil mengikuti langkahnya.
Haruki yang menuntunku untuk mengikutinya, membawaku mendekati salah satu kursi lalu mengangkatku menduduki kursi tersebut. Dia kembali menarik kursi yang ada di sampingku, lalu mendudukinya dengan mengusap pelan kepalaku.
"Aku tidak sengaja mendengarkan pembicaraan kalian tentang Kekaisaran," ucap Satoru tertahan.
Haruki melirik ke arahnya, "lanjutkan!" pinta Haruki yang bergeming darinya.
"Kalian pasti tahu kalau posisiku sama seperti Tatsuya, Tsutomu, maupun Tsubaru. Aku pun, merawat Raja dari kecil layaknya anakku sendiri, aku mengetahui jelas bagaimana kehidupannya-"
"Putri Sachi, jika aku katakan Raja sangat menyayangimu. Apa kau akan percaya?" sambungnya dengan mengalihkan pandangan ke arahku.
"Eh?" Aku sedikit terhentak mendengar perkataannya. Kenapa? Dia menanyakan hal ini kepadaku?
"Pangeran Haruki, jika aku katakan bahwa Raja sama sekali tidak berkeinginan untuk mengeksekusi perempuan. Apa kau akan percaya?" Satoru kembali melanjutkan perkataannya dengan membuang pandangan kepada Haruki.
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" tukas Haruki singkat, membalas tatapan matanya.
"Rahasia Raja," jawab Satoru, diikuti tangannya yang mengarahkan sebuah buku bersampul cokelat ke hadapan kami.
Haruki meraih buku bersampul cokelat yang tergeletak di atas meja, dibuka dan diletakkannya buku itu di tengah-tengah kami. Halaman per halaman dibalik dan dibaca oleh kami berdua secara seksama-
Aahh, jadi seperti ini, perasaan Raja yang sesungguhnya.
_______________
"Satoru, panggil Pelayan dan sediakan air minum untuk mereka bertiga!" perintah Raja seraya menatap kami bergantian.
"Baik, Yang Mulia."
Kami bertiga duduk di kursi, sesekali aku melirik ke arah Izumi yang sibuk mengelap air matanya menggunakan lengan pakaian. Sedangkan Haruki sendiri, menutup hidungnya menggunakan sapu tangan yang diberikan Tatsuya padanya.
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatmu menangis, Yang Mulia," ucap Tsutomu seraya memberikan sapu tangan yang ada di tangannya pada Izumi.
"Tutup mulutmu, Tsutomu! Atau aku akan menghajarmu," Izumi menggerutu sambil mengambil sapu tangan yang ada di tangan Tsutomu lalu disapukannya, sapu tangan tadi di kedua ujung matanya.
"Putri." Pandangan mataku, beralih ke arah Tsubaru yang sudah berlutut menatapku.
"Tsubaru ... Ingusku tidak mau berhenti keluar," tukasku dengan sesenggukan menatapnya.
"Aku tahu," jawabnya tersenyum sambil menyapukan sapu tangan yang ada di tangannya itu ke hidungku.
"Kau tadi mengatakan, bahwa kau bisa mengingat semua hal sejak kau masih bayi, bukan?" tukas Raja menatapku yang kubalas dengan anggukan kepala.
"Izu nii-chan, apa kau masih ingat?" tanyaku dengan membuang tatapan kepadanya.
"Dulu, saat aku masih bayi. Nii-chan sering mengendap-endap ke kamarku di Istana bunga, bermain bersama Sachi, bahkan menggenggam tangan Sachi sembari menyanyikanku lagu tidur-"
"Aku mengingat semuanya," sambungku tersenyum ke arahnya.
"Jangan katakan, itu saat-saat kau selalu menghilang saat latihan pedangmu dulu, Yang Mulia?" sahut Tsutomu menatap Izumi.
Izumi tertawa kencang, "mungkin kau salah ingat. Mungkin, itu seseorang yang sedang menyamar sebagai aku," jawabnya membuang pandangan dengan menggosok-gosokkan jari telunjuknya ke pipinya yang merah.
"Reaksi bodoh Izumi sudah menjawab semuanya, Ayah," Haruki menyahut, hingga kami semua mengalihkan pandangan ke padanya.
"Heh? Siapa yang kau panggil bodoh?" tukas Izumi sambil memperbesar ukuran matanya ke arah Haruki.
"Hentikan kalian berdua!" perintah Raja dengan tangannya bergerak memijat-mijat kepalanya.
"Ayah, aku dengar kalau Kaisar membuat masalah," ucapku setelah meneguk susu hangat yang diberikan Satoru.
"Kaisar ingin pertukaran wilayah kekuasaan," tukas Raja menjawab perkataanku.
"Apa kau yakin, menceritakan semuanya pada anakmu?" tanya laki-laki berpakaian hitam tadi.
"Siapa kau Pak Tua? Kau benar-benar mengganggu," cibirku sembari menatap tajam ke arahnya.
"Aku tidak akan memberikan sedikit pun informasi jika di depanku terdapat orang asing, Ayah-"
"Rekan dan Musuh itu sangatlah tipis," ucapku kembali menatapnya.
Laki-laki tua itu tertawa mendengar apa yang aku katakan, "anakmu menarik sekali, Kudou," ucap laki-laki tadi balik menatapku.
Eh? Kudou? Apa orang ini sangat dekat dengan Raja.
"Apa kau tahu? Aku dan Ayahmu satu perjuangan. Aku selalu memimpin perang yang diinginkannya. Jadi Putri, jika kau ingin berperang? mau tak mau kau akan mengandalkanku."
"Kau bisa mempercayainya," sambung Raja menimpali perkataannya.
"Kau pasti sudah tahu, kan, Ayah? Kalau harga gula dijual dengan sangat mahal oleh Kekaisaran dan juga Kerajaan Balvia. Maka dari itu, kami akan membuat lalu menjual gula."
"Kita tidak ada tanaman tebu, itu mustahil," jawab Raja yang dengan cepat mematahkan perkataanku.
"Karena itu, kita akan membuat gula dari Kelapa. Kita juga punya Kopi yang sudah hampir siap."
"Kau membuatnya seakan hal itu mudah bagimu, gadis kecil."
"Tentu saja dia bisa, karena aku juga akan ada di samping Ayahku, Duke Masashi."
"Heh, kau mempunyai tiga monster kecil di belakangmu, Kudou. Aku sungguh tak sabar, berperang bersama mereka nantinya," tukas laki-laki tua itu dengan menatap kami bertiga bergantian.
"Lalu Ayah, wilayah mana yang rencananya akan ditukarkan?" Aku kembali mengajukan pertanyaan kepadanya.
"Area perbukitan kita yang berada jauh di sebelah Timur, dengan desa Kuma yang juga terletak jauh di Timur Kerajaan kita."
"Apa ada benda berharga di perbukitan itu?" Aku kembali bertanya kepadanya.
"Tidak ada, itu hanya perbukitan biasa. Kaisar mungkin menginginkannya untuk menyimpan stok makanannya. Karena di sana banyak sekali hewan-hewan liar," sambung Haruki menjawab pertanyaanku.
"Lalu? Bagaimana dengan Desa Kuma itu?" Aku lagi-lagi bertanya kepada mereka.
"Desa Kuma adalah tempat asalku, Putri," sahut Satoru memotong pembicaraan.
"Desa Kuma ialah desa kecil di sebelah Timur kerajaan, penduduk desa itu hanya bisa menghasilkan jeruk yang mereka tanam untuk bertahan hidup. Akan tetapi, Jeruk yang berasal dari sana tidak pernah tumbuh manis-"
"Buah yang tumbuh selalu asam, karena itu, tidak ada penduduk luar yang berkeinginan membeli jeruk yang mereka tanam. Kabarnya keadaan mereka semakin lama semakin terpuruk, hingga jatuh menjadi bahan pijakan Kekaisaran-"
"Kaisar mengancam, jika Kerajaan kita tidak mau menerima penawaran. Maka mereka akan membakar habis desa beserta penduduknya," ucap Satoru mengakhiri perkataannya.
"Hanya tukarkan saja," tukasku datar hingga pandangan mereka berbalik ke arahku.
"Ekonomi kita sedang tidak stabil, Putri. Kalau kita sekarang menambahkan wilayah kekuasaan berpenduduk dengan tanpa pemasukan. Kerajaan kita akan hancur dari dalam-"
"Siapa yang mengatakan jika tidak akan ada pemasukan?" tukasku memotong perkataan Tsubaru.
"Aku akan mengolah jeruk asam yang mereka hasilkan menjadi makanan manis bernilai jual tinggi," ucapku yang dibalas dengan tatapan tak percaya yang terlukis di raut wajah mereka.
"Aku akan mengolah buah jeruknya menjadi orange marmalade, dan sisa kulit jeruknya menjadi permen."
"Orange marmalade?"
Kepalaku mengangguk, menjawab ucapan Haruki, "semacam selai, bagaimana aku menjelaskannya-" ucapku sedikit tertahan.
"Kalian pasti bosan memakan roti tawar seperti yang sering kalian makan, bukan?" tanyaku yang dibalas dengan anggukan Izumi dan juga Tsutomu.
"Kalian bisa mengoleskan orange Marmalade itu ke roti, dan rotinya pun akan memiliki rasa Jeruk ketika kita memakannya. Kita juga bisa mengubahnya dengan buah yang lain-"
"Strawberry?" sahut Haruki kembali padaku.
"Strawberry, Nanas, Blueberry, dan bahkan Kacang," jawabku yang tersenyum manis padanya.
"Lalu permen?" Kali ini, laki-laki tua yang dipanggil Duke Masashi itu bertanya.
"Sebuah cemilan yang sangat manis dan bisa kalian bawa kemana pun," ucapku balas menatapnya.
"Bukankah sudah kami katakan, Ayah. Kami akan membawamu mendominasi ekonomi dunia. Aku dan kakak, akan menjadikan kerajaan ini sebagai pusat perindustrian produk-produk baru yang akan kita jual ke seluruh Kerajaan yang ada-"
"Dan keuntungannya akan kita gunakan untuk memperkuat militer kita, dengan begitu," sambung Haruki menimpali ucapanku.
"Kita akan menghancurkan Kekaisaran," ucapku dan Haruki bersamaan
"Duke Masashi, datanglah lagi ke sini besok! Kau akan jadi salah satu orang pertama yang mencicipi kopi buatan kami," tukasku yang berbalik dengan tersenyum menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
knp baru nemu ini novel sih😌
2022-06-04
0
Hana Al Azhar
nyeseeel, knapa gk baca dri kmriinn yaa🤗
crita seseruu ini👍👍💚🧡
2022-05-10
0
Jordan Audrey
gojo satoru
2022-04-27
0