Turun kami bertiga dari dalam kereta, dituntunnya aku oleh Haruki menuju kereta yang membawa peralatan kami. Diambilnya sebuah busur kecil yang besarnya sama seperti busur panah yang aku punya, diberikannya busur panah tersebut padaku...
Diambilnya kembali dua busur panah berukuran sedang seraya diberikannya salah satu busur panah yang ia pegang tersebut pada Izumi. Diraihnya sebuah tabung kayu berwarna cokelat berisi beberapa puluh anak panah dari kereta, berjalan ia mendahului kami seraya membawa busur panah di tangan kirinya dan tabung berisi anak panah di tangan kanannya...
"Ikuti aku kalian berdua!" ucapnya singkat seraya berjalan tanpa menoleh.
Ku ikuti jejak langkah kaki Haruki, dituntunnya aku oleh Izumi seraya sebelah tangannya menggenggam busur panah yang diberikan Haruki padanya...
Berjalan kami bertiga cukup jauh dari tempat perkemahan kami yang tengah disiapkan oleh Pelayan dan juga para Kesatria, berhenti Haruki di depan sebuah pohon besar berdaun rimbun yang dikelilingi oleh pohon yang tak kalah besar dari pohon tadi.
"Coba kau tembakkan anak panahmu pada pohon itu dari jarak ini, Sa-chan," ucap Haruki seraya menepuk-nepuk kakinya ke tanah.
Kuturuti perintahnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Kutarik napasku dalam-dalam, kutahan sebisa mungkin napasku seraya memfokuskan pandangan di satu titik pada pohon besar di hadapanku. Kulepaskan peganganku pada busur panah yang sudah siap meluncur tadi...
"Apa kau sedang bercanda?" tukas Haruki seraya menatap anak panahku yang tergeletak di tanah.
"Ini bahkan hanya sejauh dua langkah kakiku. Hahaha kau payah sekali, Tupai," ucap Izumi sembari mengambil anak panah yang aku tembakkan tadi.
Aahh sialan... Tutup mulut kalian.. Aku juga manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
"Coba kau tembak Kelinci yang ada disana!" sambung Haruki seraya membalikkan tubuhku ke samping kanan, tampak seekor anak kelinci berwarna putih dengan mata merah duduk dibawah pohon tengah memakan sesuatu.
Kelinci itu imut sekali, bagaimana bisa aku memanahnya.
Kutatap lama kelinci tersebut seraya berusaha aku mengarahkan anak panah pada kelinci tadi dengan tangan gemetar.
"Sudah kuduga, kau belum siap Sa-chan," ucap Haruki seraya meletakkan telapak tangannya ke lenganku dan mendorongnya ke bawah.
"Maaf," ucapku tertunduk sembari menggenggam busur panah yang aku pegang.
"Saat kau ragu-ragu di pertempuran yang sebenarnya, saat itulah kau akan kehilangan nyawamu..."
"Kau tahu, memanah itu tentang bagaimana kau akan mengambil nyawa seseorang dengan anak panahmu, atau seseorang lah yang akan mengambil nyawamu," sambung Haruki kembali.
"Kau tidak diperbolehkan ragu sedikitpun, hanya bayangkan saja orang-orang yang ingin kau lindungi dengan anak panah yang ada di tanganmu. Bayangkan saja senyum dari orang-orang yang ingin kau lindungi. Dengan begitu..." ucap Izumi seraya mengarahkan anak panahnya ke atas pohon dan menembakkannya.
"Kau akan mengalahkan semua musuh-musuhmu," sambungnya seraya menatap burung yang terjatuh akibat tembakkan panah darinya.
"Yang Mulia, semuanya sudah siap," ucap Tatsuya seraya berjalan kearah kami.
"Baiklah, kami akan segera kesana."
"Bisakah aku berlatih sebentar, nii-chan. Hanya, panggilkan saja Tsubaru kesini," ucapku tertunduk.
"Aku mengerti," ucapnya seraya menepuk pelan kepalaku sembari berjalan menjauh diikuti Izumi beserta Tatsuya di belakangnya.
"Sial, sial, sial... bahkan Izumi pun bisa berkata bijaksana seperti tadi," gumamku pelan seraya tertunduk.
Kulangkahkan kakiku mendekati pohon yang ada di hadapanku, duduk aku di bawah pohon seraya menusuk-nusuk tanah yang ada di sampingku menggunakan anak panah yang sudah aku genggam dengan erat sebelumnya...
"Tolong... tolong..." terdengar teriakan yang sangat halus di telingaku.
"Tolong... tolong bantu aku..." teriakan itu muncul kembali.
Beranjak aku berdiri dari tempat dudukku, kulangkahkan kakiku mencari arah suara yang entahlah darimana asalnya...
"Kau dimana?" balasku teriak berulang kali.
"Disini," suara misterius itu muncul kembali.
"Dimana?" ucapku kembali berteriak.
"Di atasmu. Lihatlah ke atas!" teriak suara misterius tadi.
"Eh? keatas?" ucapku tanpa sadar.
"Kau manusia... Lihat di atasmu!" teriaknya lagi.
Ya Tuhan, itu suara apa? Aku takut sekali... Aku tidak mau melihat keatas. Kugenggam kuat gaunku seraya menutup mata menahan takut.
"Lihat keatas... Kau manusia, bantu aku melepaskan jaring laba-laba ini!" teriak suara misterius tadi.
Kutarik napasku dalam-dalam dan kuembuskan dengan kuat, kuangkat kepalaku mengarah ke atas. Tampak makhluk kecil bersayap transparan yang membiaskan tujuh warna layaknya pelangi tersangkut menempel di jaring laba-laba yang menyelimuti ranting pohon...
"Kupu-kupu?" tukasku pelan menatapnya.
"Tapi kupu-kupu tidak bisa berbicara."
Kujinjit kedua kakiku seraya mencoba meraih sarang laba-laba yang melilit tubuh makhluk kecil tadi, kuraih dan kubersihkan tubuh kecilnya yang telah berselimut sarang laba-laba...
Tubuhnya sama layaknya manusia biasa, yang membedakan hanya sepasang sayap transparan di punggungnya dan dua telinga nya yang runcing keatas. Ukuran tubuhnya tidak lebih besar dari jari telunjuk manusia dewasa, rambut pendeknya berwarna kuning keemasan sembari tubuhnya diselimuti dengan pakaian dan celana pendek berwarna hijau tosca muda.
Tubuh kecilnya putih bersih layaknya susu, dengan bola mata berwarna abu-abu terukir di wajahnya....
"Apa yang sedang kau sentuh manusia?" ucapnya berusaha menjauhkan jari tanganku yang hendak menyentuh kepalanya.
"Makhluk apa kau?" tanyaku seraya menatapnya.
"Apa kau tidak lihat? Aku seorang peri. Peri!" ucapnya balik menatapku.
"Dan siapa namamu, peri-chan?" ucapku seraya mengelus pelan rambutnya.
"Jauhkan tangan kotormu dari tubuhku manusia, kalian menjijikan," ucapnya seraya berteriak kearahku.
"Heh, menjijikan ya?" ucapku seraya menggenggam kuat tubuhnya.
"Kau mau membawaku kemana?!" teriaknya.
"Mencari sarang laba-laba yang masih bagus untuk meletakkan mu lagi diatasnya," ucapku berjalan seraya menggerakkan kepalaku kearah kanan dan kiri.
"Apa kau sudah gila?" teriaknya sembari berusaha menggigit jariku.
"Aku tidak suka dengan makhluk yang tidak tahu berterima kasih seperti mu," ucapku seraya mengacuhkannya.
"Apa kau tahu? Aku adalah Pangeran. aku Pangeran dari Kerajaan Peri," tukasnya.
"Dan aku seorang Putri," jawabku singkat.
"Lux... namaku Lux," ucapnya pelan, kuhentikan langkahku sembari menghela napas menatapnya.
"Takaoka Sachi. Kau bisa memanggilku Sachi," ucapku seraya mengangkat tanganku ke depan wajahku dan melepaskan genggaman kuatku padanya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" ucapku bertanya seraya menatapnya.
"Aku sedang dalam perjalanan menuju Kekaisaran," ucapnya menatapku tajam.
"Kau ingin bertemu Kaisar? Apa kau mengenalnya?"
"Aku ingin sekali bertemu dengannya...." ucapnya tertahan.
"Akupun..."
"Aku ingin sekali bertemu Kaisar, untuk mengambil nyawa nya dan menghancurkan semua yang dimilikinya..."
"Kau juga sependapat denganku bukan?" sambungku seraya menatapnya dingin.
"Kau tahu, Lux. Kaisar telah membunuh keempat ibu kami, membunuh kakak perempuan ku dan membuat Ayah yang kusayangi menderita..." ucapku lagi tertahan.
"Kaisar juga sudah banyak merenggut kehidupan dan kebahagiaan para Wanita. Apa kau pikir aku akan memaafkan ******** sepertinya?" ucapku seraya tersenyum tipis padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
jd inget tinker bell🤣
2022-06-04
0
Echa04
ada peri jg ternyata.
2022-05-08
0
Plum_Krispyy
izumi bisa bijak jga ternyata..
2021-10-31
2