Aku duduk menghadap cermin, menyiapkan dua macam smothies yang berbeda benar-benar menyita tenagaku hari ini. Kulepaskan semua aksesoris yang menempel di rambut coklatku yang sama sekali tak menunjukkan adanya tanda-tanda kelembaban.
"Coba lihat! Ini rambut atau sapu ijuk? Sudah kering, pecah-pecah, tipis lagi seperti semangat hidup yang dimiliki Haruki. Bagaimana mungkin aku membiarkan Tsubaru menyentuh rambut laknat ini selama tiga tahun terakhir," ucapku seraya menopang dagu di depan meja rias.
"Putri." Terdengar suara ketukan diiringi suara Tsubaru dari balik pintu yang mengalihkan pandangan.
"Masuk!" perintahku sambil kembali menyisir rambut cokelatku yang lumayan kusut.
"Aku membawakan susu hangat untukmu, Putri-"
"Biar aku saja yang menyisir rambutmu, Putri," ucapnya seraya meletakkan secangkir susu hangat di atas meja sambil berusaha mengambil sisir dariku.
"Tidak perlu Tsubaru, aku bisa menyisir rambutku sendiri," ucapku seraya menjauhkan sisir yang ada di tanganku darinya.
"Tapi ini kewajibanku, Putri," ungkapnya yang langsung mengambil sisir dari tanganku.
"Tsubaru?" ungkapku seraya meraih cangkir berisi susu hangat yang ia bawa di atas meja.
"Ada apa, Putri?" tanyanya sambil tetap menyisir rambutku pelan.
"Apa kau-"
"Apa kau bisa menemaniku lagi ke dapur besok?" tanyaku seraya meneguk susu hangat yang dibawanya.
"Kau ingin membuat smoothies lagi?"
"Tidak, resep smoothies sudah aku berikan ke koki istana jadi aku tidak perlu lagi untuk membuatnya sendiri."
"Lalu? Apa yang ingin kau lakukan di dapur? Apa ada makanan yang ingin kau makan, Putri? Aku bisa menyiapkannya," ucapnya sambil menatap bayanganku yang ada di dalam cermin.
"Aku ingin membuat minyak kemiri."
"Minyak kemiri?"
"Kau tahu? Minyak yang dihasilkan dari kemiri sangat bagus untuk rambut. Sebenarnya aku ingin membuat shampo, akan tetapi aku belum menemukan bahan-bahannya, jadi aku pikir minyak kemiri satu-satunya solusi yang tepat."
"Shampo? Apa itu shampo?"
"Semacam cairan berbusa yang berfungsi melembabkan, melembutkan, dan mengkilapkan rambut."
"Dan apa itu busa?"
"Aku ingin tidur Tsubaru, selamat malam," ucapku pura-pura menguap sambil berjalan menuju ke ranjang.
"Baiklah, selamat malam Putri," ungkapnya, dengan helaan napas yang terdengar saaat dia berjalan ke arahku sambil menarik selimut lalu menutupinya ke tubuhku.
"Terima kasih sudah mengurusku selama ini, Tsubaru Onii-chan," ucapku mengarahkan senyum padanya.
"Putri?" ungkapnya diiringi ekspresi terkejut di wajahnya.
"Karena bagiku Tsubaru adalah kakak tertuaku, karena itulah mohon bantuannya mulai sekarang, Onii-chan," ucapku sambil memejamkan mata perlahan.
_______
Aku berjalan menuju ke Taman Istana, kuhentikan langkah kakiku di depan sebuah ayunan yang dibuat dari sebuah papan berbalut tali, yang digantungkan di salah satu pohon di Taman.
Ayunan yang aku dapatkan setelah berusaha keras membujuk Tsubaru untuk membantuku membuatnya.
Kugerakkan kakiku ke belakang saat telah duduk di atas ayunan tersebut, ayunan papan itu bergerak maju mundur saat aku mendorongnya dengan kakiku, hingga udara segar tanpa polusi menampar tubuh dan wajahku saat ayunan tersebut berayun.
Tsubaru dan para pelayan kakakku masih melakukan rapat dengan Raja dan Pangeran. Perang sudah jadi hal yang biasa di zaman ini, dan sudah tentu menang atau tidaknya perang sama sekali tak berefek apa-apa bagi kaum wanita.
"Apa yang kau lakukan, Tupai? Dan apa itu?" Suara pangeran Izumi membuyarkan lamunanku
"Eh kakak? Ini? Ini ayunan, kakak ingin mencobanya," ucapku yang langsung melompat turun dari atas ayunan.
"Bagaimana kau menggunakannya?" tanyanya berjalan ke arah ayunan lalu duduk diatasnya.
"Kakak hanya tinggal mundur sejauh mungkin, lalu angkat kaki kakak ke atas dan wuzz ayunannya akan bergoyang."
"Seperti inikah?" ucapnya yang berusaha mempraktekkan apa yang aku ucapkan.
"Apa ini? benda aneh ini menyenangkan sekali," ucapnya diikuti tawa yang keras.
"Aku menamainya ayunan Kakak, Tsubaru membantuku membuatnya kemarin."
"Aku pikir wanita itu tidak seharusnya hidup, tapi kau tidak buruk juga, Tupai."
Baajingan, lihat siapa yang berbicara? Lihat dirimu sendiri, kau seperti anak-anak yang masa kecilnya kurang bahagia.
"Putri, maaf membuatmu lama menunggu." Aku menoleh ke belakang, ke arah Tsubaru yang berjalan ke arahku
"Salam, Pangeran Izumi," ucap Tsubaru lagi seraya membungkukkan tubuhnya.
"Kau sudah selesai dengan urusanmu? Bisakah kita melakukannya sekarang?"
"Semuanya sudah dipersiapkan, Putri. Kita bisa memulainya sekarang."
"Apa yang ingin kalian lakukan?"
"Pembuatan minyak kemiri," jawabku singkat.
"Kami pamit pergi, kakak," sambungku dengan membungkukkan tubuh ke arahnya.
"Tunggu! Itu-"
"Itu?" tanyaku heran mengulangi perkataannya.
"Hmmm-" Dia berdeham sambil mengarahkan kepalanya ke atas dengan kaki kanannya yang maju mundur menghindari tatapanku.
Aku menghela napas beberapa kali menatap tingkahnya, "sepertinya aku memerlukan tambahan orang untuk membantuku. Kakak, apa kau bisa membantuku? Tanpa bantuanmu, mungkin aku tidak bisa menyelesaikannya," ucapku seraya menapakkan wajah memohon padanya.
"Apa boleh buat, jika kau memohon seperti itu. Baiklah, aku akan membantumu."
Baajingan kecil, apa susahnya bilang jika kau ingin ikut.
"Kak Izumi, memang kakak yang terbaik di dunia."
"Kau benar, aku memang yang terbaik."
Aku ingin sekali memukul wajahnya, sudah berapa kali aku mengumpatkan kata-kata ini di dalam hati.
Kami bertiga berjalan menuju dapur, tampak sebuah panci tembikar, potongan kain bersih, sebuah alat tumbuk, secangkir air, dan semangkuk penuh biji kemiri tersusun rapi di atas meja, semuanya seperti yang aku butuhkan.
Seperti yang diharapkan dari Tsubaru, selalu memenuhi ekspektasi.
Kuambil biji kemiri yang sudah dicuci bersih dari dalam mangkuk lalu meletakkannya ke dalam alat tumbuk. Kutumbuk sedikit demi sedikit biji kemiri, dan tak lupa aku menambahkan juga sedikit demi sedikit air bersih untuk mempermudah proses penghalusan.
Hasil kemiri yang sudah halus, kuperas menggunakan potongan kain bersih yang sudah disiapkan. Kumasukkan air hasil perasan biji kemiri tadi ke dalam panci tembikar, kurebus dan kuaduk-aduk air kemiri tadi hingga berwarna cokelat kehitaman dan menjadi berminyak pekat.
"Tinggal kita tunggu hingga dingin, dan minyak kemiri pun sudah siap digunakan," ucapku seraya menatap Tsubaru yang sedang menumpahkan minyak kemiri yang ada di dalam panci ke dalam mangkuk.
____________________
"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan minyak itu?" tanya Pangeran Izumi yang mengikutiku sambil membawa semangkuk minyak kemiri yang sudah dingin.
"Kemarilah kakak!" ucapku yang berjalan dan duduk di atas ayunan, kuberikan semangkuk minyak tadi pada Tsubaru.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya berjalan menuju ke arahku.
"Kemarilah, dan duduk di sini. Aku akan memijat kepalamu."
"Hah, beraninya kau ingin menyentuh kepala seorang Pangeran."
"Tapi aku hanya ingin menunjukkan rasa sayangku padamu, Kakak. Baiklah kalau begitu, kau saja Tsubaru, aku akan memijat kepalamu," ucapku mengalihkan pandangan pada Tsubaru.
Pangeran Izumi mendecakkan lidahnya sambil berjalan lalu duduk membelakangiku yang tengah duduk di atas ayunan.
"Minyak kemiri ini sangat bagus untuk rambutmu Kakak, kalau kau memakainya secara rutin, rambutmu akan sangat lembut, lebat, dan mengkilap. Dengan begitu, ketampananmu akan bertambah," ucapku mengambil sedikit minyak yang ada di dalam mangkuk yang dipegang Tsubaru lalu membalurkannya di rambut Pangeran Izumi seraya memijat-mijat pelan kepalanya.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
Lindot
Sachi imut banget
2023-10-23
1
im3ld4
tiba² Sachi jadi kapster salon berpengalaman😅
2022-08-14
0
Erlin Pramudyas
pas udah gede si Izumi ini sayang bgt ama Sachi
2022-08-06
0