Tsubaru menuntunku menyusuri lorong istana, dengan sebuah keranjang makanan ditutup kain merah digantung di lengan kirinya.
Kami berdua berjalan menuju gudang yang terletak di bagian belakang istana, di sanalah kami menjemur biji kopi kemarin.
Tampak Shouta dan dua Kesatria yang lainnya duduk di depan gudang, Haruki menugaskan mereka untuk mengawasi biji kopi yang sedang dijemur.
Aku dan Tsubaru berjalan ke arah mereka yang sibuk berbincang. "Putri?" ucap Shouta yang terkejut melihat kedatanganku.
"Kerja bagus semuanya," balasku dengan membungkukkan punggungku ke arah mereka.
"Apa semuanya baik-baik saja, Kak Shouta?" sambungku lagi menatapnya.
"Semuanya baik-baik saja, Putri," jawabnya terbata dengan wajah memerah.
"Ini masih perlu dijemur lebih lama," ungkapku yang berjalan ke arah hamparan biji kopi seraya mengambil beberapa biji yang dijemur.
"Sepertinya aku masih perlu bantuan kalian mengawasinya lebih lama lagi," lanjutku dengan menapakkan wajah memohon ke arah mereka.
"Laksanakan, Putri," jawab mereka bertiga serempak.
"Aahh, hampir lupa, aku membawakan sesuatu untuk kalian," ucapku seraya berbalik, berjalan menuju ke arah Tsubaru.
"Kami membawakan cemilan untuk kalian," sambungku dengan membuka keranjang makanan yang sudah diletakkan Tsubaru di tanah.
Kuberikan biskuit berbagai macam bentuk yang ada di dalam keranjang pada mereka, diambilnya satu per satu biskuit yang kuletakkan di piring besar itu oleh mereka.
"Aku juga membuatkan kalian ini, ini bagus untuk stamina kalian saat musim panas seperti ini," tukasku kembali dengan mengambil mangkuk besar berisi irisan lemon tipis yang sudah aku rendam dengan madu beberapa hari sebelumnya.
"Ini segar sekali, Putri," seru salah satu Kesatria.
"Syukurlah, kalau kalian menyukainya," ungkapku dengan tersenyum lebar ke arah mereka.
"Kalian bisa memakan semuanya, di dalam keranjang juga ada minuman yang sudah aku siapkan. Ini, sebagai ucapan terima kasihku karena kalian sudah bersedia membantuku."
"Bagaimanapun juga, aku mohon bantuan kalian mulai dari sekarang," sambungku sambil membungkukkan tubuh ke arah mereka.
"Apa yang kau lakukan, Putri?!" teriak salah satu Kesatria.
"Kau tidak boleh membungkukkan tubuhmu ke Kesatria rendah seperti kami," sambung Shouta.
"Dan kau juga Tsubaru, kenapa juga kau melakukan hal yang sama?" lanjut Shouta pada Tsubaru yang ikutan membungkukkan tubuhnya.
"Jika Putri yang aku layani saja membungkukkan tubuhnya, kenapa aku harus berdiri tegak," jawab Tsubaru singkat.
"Aahh, sial!" bisik Shouta pelan yang tak sengaja terdengar olehku.
"Kami mengerti, Putri. Sekarang kami mohon berdirilah," ucapnya lagi seraya meraih lenganku.
"Shouta benar, Putri. Kami melakukannya karena kami menyukainya," sahut Kesatria yang lain.
Aku beranjak berdiri di hadapan mereka, tampak raut wajah lega mereka lukiskan setelah aku melakukan apa yang mereka pinta. Aku menoleh ke arah Tsubaru yang juga sudah berdiri di belakangku-
Aku mendapatkan kalian.
"Terima kasih, kakak," ucapku dengan kembali tersenyum ke arah mereka.
________________
Tsubaru menggendongku pulang ke kamar, langkah kami terhenti oleh suatu suara pecahan yang terdengar dari balik pintu ruang kerja Raja.
"Tsubaru, akhirnya aku menemukanmu," tukas Tatsuya yang muncul di belakang kami
Aku dan Tsubaru masih mengatup bibir dengan kedua mata kami yang saling tatap. "Raja memanggil kita, Kaisar menyebabkan masalah lagi," ucap Tatsuya sembari membuka pintu ruangan dan masuk ke dalam.
"Putri, kau bisa jalan sendiri ke kamarmu, bukan?" tanya Tsubaru dengan menurunkanku dari gendongannya.
"Tapi-"
"Kumohon, Putri," Tsubaru memotong perkataanku dengan tatapan matanya yang tampak serius menatapku.
"Baiklah," jawabku singkat sembari balik menatapnya.
"Aku akan menemuimu lagi setelah masalah ini selesai, Putri," ucapnya kembali yang berjalan menjauh dan masuk ke ruangan mengikuti langkah Tatsuya.
"Ah, sial! Aku penasaran sekali," aku menggerutu sembari menempelkan daun telingaku ke pintu.
"Apa yang kau lakukan?"
Tubuhku membeku sekejap saat sebuah suara berbisik di telinga kananku. Kutarik napas sedalam mungkin dengan coba untuk menoleh ke arah suara tersebut, "eh, nii-chan," ungkapku dengan berusaha tersenyum ke arahnya.
"Kau menguping, Tupai?" tanya Izumi balas menatap lalu tersenyum ke arahku.
"Itu ... Itu," jawabku, sembari membuang pandangan dengan menggenggam tanganku ke belakang.
"Eh?" Aku terkejut ketika Izumi menarik lenganku lalu membuka pintu dan menarikku masuk ke ruangan.
"Salam, Yang Mulia," ungkap Izumi memberikan hormat sambil membungkukkan badannya.
Aku masih diam membisu, dengan sesekali melirik ke arah Tsubaru, Raja, Haruki dan para pelayan lainnya yang berada di dalam ruangan menatap kami. Keringat dingin yang aku perkirakan tidak akan ke keluar hari ini, malah mengalir deras tanpa permisi.
"Aku menemukannya menguping di luar" gumam Izumi melepaskan genggamannya lalu berjalan meninggalkanku.
Kugenggam kuat gaunku, sambil mataku berusaha melirik ke arah Tsubaru yang memandangku dengan cemas. Kualihkan pandanganku ke arah Haruki, kupandangi dia dengan ekspresi memohon yang aku lakukan.
"Aku yang meminta Sachi untuk datang, Yang Mulia," ucap Haruki sambil berjalan ke arahku dengan beberapa kali menghela napas.
"Apa kau bercanda, Pangeran? Dia masih kecil, dan terlebih lagi dia perempuan," celetuk seorang laki-laki berpakaian hitam yang umurnya kuperkirakan sama dengan Raja.
"Tolong kau ingat ini, Duke Masashi. Di Kerajaan ini, punya dua anak jenius," jawab Haruki berdiri di sampingku dengan tangannya merangkul tubuh kecilku.
"Apa kau masih ingat, Yang Mulia? Semalam aku berkata ada sesuatu yang ingin kami diskusikan padamu."
"Apa yang ingin kalian diskusikan?" sahut Raja menatap ke arah kami berdua.
"Rencana ... Rencana apa, Sa-chan?" tukas Haruki menoleh ke arahku.
"Penghancuran Kekaisaran, dan langkah pertama kami ialah mendominasi ekonomi di seluruh dunia."
"Apa yang kalian katakan?!" Raja membentak kami dengan ekspresi terkejut yang diikuti oleh semua orang yang ada di ruangan.
"Aku membacanya ... Aku tidak sengaja membacanya di sebuah buku di perpustakaan, bahwa ketidaksetaraan yang kami perempuan terima, berasal dari peraturan bodoh yang diciptakan Kaisar-"
"Ayah, kau mencintai ibu-ibu kami, bukan? Kami tidak sengaja menemukan buku yang kau tulis, semua ibu kami dibunuh oleh pembunuh bayaran yang diutus oleh kekaisaran, bukan? Ayah sama sekali tidak berniat menghukum mati ibu-ibu kami, bukan?" ucapku terhenti, entah kenapa air mataku menetes
"Apa itu benar, Ayah?" sahut Izumi yang menatapnya seakan tak percaya.
"Lupakan! Kalian tidak akan tahu apa yang akan dilakukan Kaisar pada kalian jika ia mengetahui rencana pemberontakan kalian?!" intonasi Raja meninggi sambil berjalan lalu duduk di kursi dengan kepala tertunduk.
"Aku, akan selalu dibayangi kematian untuk empat belas tahun umurku ke depan Ayah. Apa Ayah ingin Sachi berakhir seperti Mari nee-chan?"
"Dari mana kau tahu tentang Mari? Apa Tsubaru yang menceritakannya padamu?"
Aku menggelengkan kepalaku menjawab pertanyaan darinya, "Tsubaru tidak pernah menceritakan apa pun. Aku melihatnya sendiri, aku bisa mengingat semua hal yang aku lihat sejak lahir," ucapku dengan berjalan mendekati Raja.
"Aku melihatnya sendiri, aku melihat bagaimana kepala kakakku terbang terpotong. Sachi, tidak ingin berakhir seperti Mari nee-chan, kalaupun Sachi akan meninggalkan Ayah, Sachi berharap berada di pangkuan Ayah di saat terakhir Sachi-"
"Karena itu Ayah, jika menghancurkan Kekaisaran berarti menghilangkan ketidakadilan pada Perempuan. Maka aku, akan membantumu menghancurkan semua musuh-musuhmu dan menjadikanmu satu-satunya Raja yang mengatur dunia."
"Kumohon, Ayah. Kumohon, selamatkan Sachi," tangisku dengan menundukkan kepala di dengkul kakinya.
"Kumohon Ayah, selamatkan adik kecilku," Haruki menimpali perkataanku dengan melakukan hal yang sama.
"Ahh, sial!" ikut terdengar suara Izumi yang menahan tangis melewati telingaku.
"Aku juga ... Kumohon Ayah, selamatkan adikku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
ngikut nangis woy😭
2022-06-03
1
Echa04
hmmmmm sayaaaang kalian.
2022-05-08
0
leochart
terhura..
2022-01-26
0