Tubuhku terasa segar kembali, hari ini terasa melelahkan dibanding sebelumnya. Duduk aku di depan meja rias, Tsubaru yang berdiri di belakangku tampak sibuk mengeringkan rambutku yang basah menggunakan handuk bersih kecil berwarna putih.
Diambilnya sedikit minyak kemiri yang diletakkannya di sudut meja rias, diusapkannya minyak kemiri itu merata di rambutku seraya dipijatnya pelan kepalaku.
"Tsu nii-chan," ucapku seraya menatap bayangan kami berdua di cermin.
"Tsubaru aku berbicara padamu," sambungku dengan tetap menatapnya.
"Ada apa, Putri? Apa Putri memerlukan sesuatu?"
"Sekarang hanya ada kita berdua, jadi jika aku memanggil Tsubaru dengan panggilan Tsu nii-chan tidak akan menimbulkan masalah, bukan?" ungkapku seraya menatap bayangan wajahnya yang dipantulkan cermin di hadapanku.
"Aku sudah katakan, bukan? Tsubaru sudah seperti kakakku sendiri."
"Bukankah, semua orang kau anggap kakak, Putri?" ucapnya seraya tersenyum menatap bayangan wajahku.
Aku tertegun dengan mengatup rapat bibirku, "itu ... Tapi itu ... Tetap Tsubaru yang paling spesial untukku," ucapku sembari membuang wajah ke samping.
"Aku mengerti, sekarang tidurlah. Ini sudah waktunya untukmu tidur, Putri."
"Aku mengerti. Aku akan segera tidur. Tapi, bagaimana dengan permintaanku?"
"Apa pelayanmu ini, memiliki kesempatan untuk menolaknya, Putri?" ucapnya, aku tersenyum membalas senyumannya yang terpantul di kaca.
___________
Kubolak-balikkan tubuhku yang terbaring di atas ranjang. Satu hal yang pasti, aku tidak bisa memejamkan mataku. Aku beranjak dari atas kasur lalu mengambil dengan setelahnya mengenakan mantel cokelat yang tersimpan rapi di balik lemariku.
Aku berjalan mendekati pintu kamar lalu membuka perlahan pintu tersebut. Kedua kakiku terus berjalan menyusuri istana, hingga langkahku terhenti di depan ruang kerja Raja.
Aku mengalihkan pandangan ke seorang laki-laki paruh baya yang merupakan pelayan pribadi Raja. Pelayan itu keluar dari dalam ruangan dengan wajah muram tertunduk.
Aku berjalan menyusulnya yang seperti tak menyadari keberadaanku, "Paman? Kau kenapa?" tanyaku seraya menarik pelan lengan jas yang ia kenakan.
"Ehh, Putri Sachi?" ucapnya terkejut ketika berbalik menatapku.
"Apa terjadi sesuatu pada Raja?" tanyaku seraya menunjukkan wajah lugu nan polos padanya.
"Raja baik-baik saja, hanya kurang istirahat," jawabnya sambil berbalik membelakangiku lalu berjalan menjauh.
Aku kembali berlari menyusulnya, "apa kau bisa membantuku, Paman?" pintaku, langkahnya terhenti saat aku menarik tangannya.
___________________
Kami berdua berjalan menuju dapur kerajaan, bolak-balik kubongkar dapur mencari bahan-bahan yang aku perlukan. Kuambil dua batang serai, satu batang kayu manis, dan beberapa buah jeruk nipis yang tersimpan rapi di sudut dapur.
"Apa yang sedang kau cari, Putri?" tanyanya yang mungkin melihatku kebingungan.
"Aku tidak menemukan madu dan teh," gumamku sambil menggigit ibu jari menatapnya.
"Kau bisa menemukannya di lemari gantung ini, Putri," ucapnya dengan mengeluarkan dua buah guci berukuran sedang dari dalam lemari.
Aku memanjat kursi, dengan menatapinya yang telah membuka guci berisi madu dan juga teh yang ia letakkan di atas meja, "bisakah kau merebus tehnya untukku, Paman?" pintaku pelan kepadanya.
"Jelaskan terlebih dahulu apa yang sedang kau lakukan, Putri?" tukasnya menatapku tajam padaku.
"Paman tadi mengatakan, bukan? kalau Ay ... Maksudku Raja akhir-akhir ini kurang istirahat. Jadi aku berniat membuatkannya teh herbal agar kesehatannya terjaga," ucapku sambil membersihkan serai dan kayu manis yang kudapatkan tadi menggunakan kedua telapak tangan.
Dia menghela napas di sampingku, "baiklah," ucapnya, aku melirik ke arahnya yang berbalik lalu berjalan menjauhi.
Aku membelah dan memeras jeruk nipis hingga keluar airnya, saat lirikan mataku terjatuh kepadanya yang sedang sibuk memasak teh. Kuambil lalu kugeprek serai yang sudah kubersihkan tadi dengan ulekan kayu hingga terpecah, dengan setelahnya kuikat serai yang sudah aku geprek tadi membentuk simpul.
Diletakkannya oleh Pengawal Raja tadi sebuah teko kecil berisi penuh teh yang masih panas di hadapanku, kumasukkan serai yang sudah aku ikat tadi beserta kayu manis ke dalam teh yang masih sangat panas tersebut.
Kumasukkan juga air perasan jeruk nipis yang sudah aku peras ke dalam teh, kutambahkan madu secukupnya agar teh tersebut tak terlalu asam, dan jadilah teh serai spesial untuk kesehatan Raja.
"Tehnya sudah siap, bisakah Paman memberikannya pada Yang Mulia?" pintaku kembali seraya menunjukkan ekspresi memohon padanya.
"Teh ini sangat bagus untuk pencernaan, dan juga mencegah tubuh agar tak mudah terserang penyakit. Sachi hanya tidak ingin jika Yang Mulia jatuh sakit akibat kelelahan," ucapku lagi dengan wajah tertunduk.
Dan tentu saja, aku harus merebut hatinya untuk bertahan hidup.
"Baiklah, Putri. Aku akan memberikannya langsung pada Yang Mulia" ucapnya seraya mengambil nampan dan sebuah cangkir lengkap dengan piring kecilnya. Diletakkannya cangkir dan piring kecil beserta teko kecil terisi penuh teh tadi ke atas nampan sebelum berjalan pergi.
Aku berjalan kembali menuju ke kamarku, ku tanggalkan mantel yang aku gunakan dan kugantungkan kembali mantel tadi ke dalam lemari. Aku melompat turun dari bangku kecil yang aku gunakan untuk mengambil pakaian, sembari berjalan mendekati ranjang lalu merebahkan tubuhku yang terasa lelah di sana. Aku menarik selimut hingga menutupi tubuh sambil memejamkan mataku perlahan. Malam itu, entah kenapa? Aku merasa ada sesuatu hangat yang mengalir di hatiku.
_______
Sayup-sayup terdengar suara Tsubaru memanggil-manggil di alam bawah sadarku. Kubuka pelan kedua mataku, hingga bayangan Tsubaru semakin jelas terlihat di hadapanku.
"Kau akhirnya bangun, Putri," ucapnya tersenyum dingin.
"Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi. Gaunnya kugantungkan di sini. Panggil aku jika kau sudah selesai mandi dan berpakaian, Putri," ucapnya seraya menggantungkan gaun yang akan aku kenakan di gagang pintu lemari sebelum berjalan keluar dari kamarku setelah melakukan semuanya.
_______________
Kutenggelamkan sebagian tubuhku ke dalam bak mandi, hangatnya air mengendurkan semua otot-ototku. Kukeringkan tubuhku menggunakan handuk, dengan berjalan lalu mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Tsubaru sebelumnya.
"Aku sudah memakainya, kau boleh masuk sekarang," ucapku dengan nada sedikit tinggi.
Pintu kamarku kembali terbuka, dengan Tsubaru yang muncul di baliknya. Dia berjalan ke arahku yang sudah duduk menunggu di depan meja rias, diikat dan disimpulkannya pita gaun merah muda yang terletak di punggungku saat dia telah menghentikan langkah di belakangku. Dibukanya handuk yang melilit rambutku, disisir lalu ditatanya rambut cokelatku itu sedemikian mungkin.
"Seperti yang diharapkan dari Pelayan kesayanganku," ucapku pelan menatap bayanganku sendiri di depan cermin.
Aku berjalan menyusuri Taman kerajaan, lalu berhenti lalu duduk beristirahat di bangku Taman. Tsubaru membantu Raja dan Haruki menyelesaikan urusan kerajaan, sedangkan biji kopi yang kami olah kemarin pun masih belum kering dan masih perlu dijemur.
"Hah, aku bosan sekali," ucapku seraya berkali-kali menghela napas.
"Aku ingin sesuatu yang lembut dan manis," ungkapku lagi seraya menatap langit.
"Aku ingin puding-"
"Puding? Apa itu?" ucap Izumi dengan wajahnya yang tiba-tiba muncul di hadapanku.
"Eh? Nii-chan." Aku mencoba tersenyum, walau hatiku tak berhenti berdegup kencang oleh kemunculannya yang tiba-tiba.
"Kau tadi mengatakan puding? Apa itu puding?" Dia berjalan lalu duduk di sampingku.
"Sesuatu makanan yang sangat lembut dan juga manis," ucapku seraya mengangkat kedua tanganku ke pipi.
"Apa kau bisa membuat makanan itu?" tanyanya padaku dengan mata berkaca-kaca.
"Itu ... Bagaimana aku mengatakannya," gumamku sembari membuang pandangan.
"Jika kau membuatkanku makanan yang kau sebut puding itu, aku akan-"
"Akan apa?" tanyaku menatapnya, saat perkataannya itu terhenti tiba-tiba.
"Mengajakmu ke festival berburu?"
"Festival berburu?"
"Festival di mana para bangsawan dan para pengawalnya berburu hewan di hutan, siapa yang menangkap hewan paling besar dan berat. Dialah pemenangnya, dan pemenangnya akan mendapatkan apa pun dari Raja," ucapnya bersemangat.
"Tsubaru tidak pernah memberitahuku kalau ada festival seperti itu-"
"Tentu saja itu karena dia sibuk merawatmu, jadinya ia tidak ikut ke festival beberapa tahun terakhir," ucap Izumi memotong perkataanku sambil menyandarkan kepalanya di bangku Taman.
"Kalau aku ikut? Berarti Tsubaru akan ikut juga bukan?"
"Tentu," jawabnya singkat.
"Jadi bagaimana, Tupai? Apa kau menerima tawaranku?" sambungnya seraya tersenyum menatapku.
"Aku setuju, nii-chan. Mari kita lakukan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
owl_panda
anak kecil sudah bisa apa2 ,, agak aneh sich 😁
2023-01-27
0
Echa04
emang ya tupai kesayangan 😍
2022-05-08
0
Oi Min
Izumi..... Panggilan sayangnya ma Sachi Tupai y....??
2021-07-25
0