"Keluargaku..." ucap Lux terhenti seraya menggigit kuat bibirnya.
"Keluargaku, rakyatku dan Kerajaanku dibumi hanguskan oleh Kaisar kalian..." tukasnya lagi sembari menggenggam kuat celana pendeknya.
"Kami para Peri hidup jauh terpisah dari kalian para manusia. Kami semua hidup di hutan Flos, menjaga keseimbangan dunia dengan sihir penyembuhan kami..."
"Di hutan Flos terdapat sebuah bunga yang menghubungkan semua kehidupan tumbuhan di semua alam, kami menyebutnya dengan robur spei yang berarti bunga harapan..."
"Akan tetapi, Kaisar kalian malah membakar habis bunga itu, membakar habis tempat tinggal kami."
"Apa bunga itu sangat berharga?" tanyaku.
"Tentu saja, kau manusia bodoh," teriaknya membentakku.
"Tanpa bunga itu, semua tumbuhan akan mati. Semua hutan yang jaraknya tak terlalu jauh dari hutan tempat tinggal kami dulu, semuanya mati. Semua tumbuhannya layu dan mati dalam semalam, hanya tinggal menunggu waktu untuk kutukan itu menyerang ke dunia tempat kalian tinggal..."
"Dan saat itu terjadi, silakan ucapkan selamat tinggal pada kehidupan berharga kalian."
"Kau tadi berkata bukan? Kalau kau bisa menggunakan sihir?" tanyaku menatapnya.
"Sihir kami berasal dari bunga itu, dengan hancurnya bunga itu, hancur juga sihir kami. Lagipula, serangan Naga bisa menembus sihir apapun..."
"Naga? Aku kira itu cuma mitos," ungkapku.
"Apakah aku yang berada dihadapanmu ini juga mitos?" tukasnya menatapku.
"Tapi kau tidak akan bisa melawan Kaisar sendirian."
"Lalu? Apa kau kira aku akan berdiam diri. Hatiku dan harga diriku sebagai Pangeran yang seharusnya menjaga rakyat-rakyatku terasa hancur..." tukasnya tertunduk.
"Bergabunglah denganku, tinggallah denganku," ucapku memotong perkataanya.
"Heh, apa kau kira aku akan mempercayai manusia setelah apa yang sudah kalian lakukan. Jangan bercanda!" ucapnya berteriak sembari berdiri menatapku
"Aku tidak memintamu untuk mempercayaiku. Aku memintamu untuk memanfaatkanku."
"Apa kau bercanda?" ungkapnya seraya menggenggam kuat tangannya.
"Katakan Lux, kau ingin memanfaatkanku untuk membalaskan dendam mu," ucapku tersenyum menatapnya
"Cih," tukasnya pelan.
"Aku memerintahkanmu sebagai seorang Pangeran, untuk membalaskan dendam ku pada Kaisar..."
"Lagipula, apa yang bisa dilakukan anak kecil sepertimu?" sambungnya menatapku.
"Lihatlah siapa yang berbicara, kau lebih kecil daripada tubuhku."
"Putri Sachi, syukurlah aku menemukanmu," ucap Tsubaru seraya berdiri di hadapanku dengan keringat memenuhi wajah dan tubuhnya.
"Aku mencarimu kemana-mana, kupikir aku telah kehilanganmu, Putri," ucapnya duduk berjongkok sembari menyembunyikan wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Tsubaru, perkenalkan ini teman baruku, namanya Lux. Dan Lux, perkenalkan dia Tsubaru, pelayan kepercayaan ku."
"Makhluk apa dia, Putri?" ucap Tsubaru seraya memperhatikan Lux dari dekat.
"Peri, dan dia juga bisa terbang. Aku benar kan?" ucapku menatap Lux.
"Sayapku masih terasa lengket karena jaring laba-laba tadi, jadinya aku belum bisa terbang sekarang," ungkapnya seraya membuang pandangannya dari kami.
"Aku hampir lupa, kita harus segera kembali Putri. Makan malam sudah siap," ucap Tsubaru seraya menjulurkan kedua tangannya ke arahku.
Digendongnya aku kembali oleh Tsubaru, sedangkan Lux kuletakkan di bahu kananku. Berjalan ia membawaku kembali ke tenda yang akan kami gunakan untuk beristirahat malam ini...
"Nii-chan!" teriakku pada Haruki.
"Aku ingin mengenalkan teman baruku padamu," ucapku sembari diturunkannya aku dari gendongan oleh Tsubaru.
Berjalan aku menuju nya yang tengah duduk di depan api unggun yang sedang disiapkan oleh Tatsuya, tampak para Ksatria berdiri berjaga dengan mengelilingi lokasi tempat kami berkemah...
"Teman?" ucap Haruki seraya membalikkan halaman buku yang sedang dibacanya.
"Benar, aku pikir kalian bisa bertukar pikiran sesama Pangeran," jawabku seraya berjalan dan duduk di sebelah Haruki.
"Keluarlah Lux! Dia Kakakku, Pangeran Takaoka Haruki. Kau bisa mempercayainya dan menceritakan semuanya padanya," ucapku seraya melirik ke rambut cokelatku yang tergerai.
Dibukanya oleh Lux rambut coklatku yang menutupi tubuhnya, keluar ia dari dalam rambutku. Berdiri ia di bahuku seraya menatap Haruki...
"Namamu Lux bukan? Berpeganglah yang kuat!" ucap Haruki yang tiba-tiba berdiri, dilemparnya buku yang ia pegang ke tanah. Digendongnya aku olehnya, berjalan ia membawaku ke dalam tenda...
"Hampir saja..." ucap Haruki seraya menurunkanku.
"Kita berada diluar istana, Sachi. Bahkan pohon pun bisa berbicara, kau harus berhati-hati," ucap Haruki menatapku.
"Aku mengerti, nii-chan," ucapku tertunduk.
"Namamu Lux, kau seorang peri? Aku benar bukan?" tanya Haruki seraya duduk di hadapanku.
"Kau mengetahui tentang peri, nii-chan?" ucapku yang juga ikutan duduk di hadapannya.
"Aku membacanya di salah satu buku di perpustakaan. Aku kira itu hanyalah dongeng, aku tidak menyangka kalau itu nyata..." ucap Haruki sembari menatap Lux dari dekat.
"Bisakah aku menyentuhmu, kumohon," tukas Haruki menatapi Lux dengan mata berkaca-kaca.
"Hanya sedikit," ucap Lux seraya mengangkat jari telunjuknya.
"Ini nyata..." sambung Haruki seraya menyentuh jari telunjuk Lux dengan jari telunjuknya.
"Buku yang kubaca mengatakan kebenaran..." tukasnya sembari tersenyum hangat kearah kami berdua.
"Nii-chan," ungkapku menatapnya.
"Aahh maaf, aku terlalu terbawa suasana..."
"Jadi apa yang ingin kau diskusikan, Lux? kau juga bisa memanggilku Haruki," sambung Haruki seraya menatap Lux.
Lux menceritakan semua apa yang terjadi padanya, pada keluarganya, pada kerajaannya, dan pada rakyat yang sangat ingin dilindunginya. Semuanya sama persis seperti yang ia ceritakan padaku sebelumnya...
"Serangan Naga bisa menembus sihir apapun ya? Merepotkan sekali..." ucap Haruki seraya menggigit ibu jarinya.
"Menurutmu Lux, berapa lama waktu yang diperlukan sebelum efek hancurnya robur spei menghampiri kami..." sambung Haruki kembali.
"Mungkin dua puluh tahun lagi, mungkin juga sepuluh tahun lagi, atau bahkan lebih cepat..."
"Keserakahan kalian para manusia lah, yang akan mempercepat proses nya" tukasnya.
"Apa ada cara untuk menghentikannya?" sambung Haruki.
"Entahlah... Mungkin dengan membunuh Kaisar..." sambung Lux.
"Apa hubungannya dengan membunuh Kaisar?" tukasku.
"Karena ia sudah mencuri anak dari robur spei yang tumbuh 500 tahun sekali. Setiap 500 tahun sekali, robur spei yang baru akan tumbuh menggantikan yang lama. Karena itulah aku harus mendapatkan robur spei yang sudah dicuri oleh Kaisar kalian apapun yang terjadi."
"Kami hanya tinggal membunuh dan menghancurkan Kaisar bukan?" tanya Haruki menatapi Lux.
"Kalian mengatakan nya seakan itu sangat mudah. Apa kalian bercanda?" ucap Lux tertunduk seraya menggenggam kuat lengannya.
"Kalau bukan kata-katanya, lalu apalagi yang dapat dibanggakan dari seorang Pangeran?" tukas Haruki.
"Aku akan menghancurkan Kekaisaran, menyelamatkan adikku, dan menjadikan Ayah kami satu-satunya Raja yang akan mengatur ulang dunia. Dunia dimana semua laki-laki dan perempuan mendapatkan haknya yang setara, baik itu dari kalangan manusia, peri atau yang lainnya," ungkap Haruki.
"Kenapa? kenapa kalian sangat bersikeras bahwa kalian dapat melakukannya," ucap Lux dengan suara bergetar.
"Karena adik perempuanku menginginkannya..."
"Jika ia berkata... Nii-chan, hancurkan negeri itu untukku. Maka, sudah kewajiban seorang Kakak bukan untuk mengabulkan permintaan adiknya," ucap Haruki seraya mengalihkan pandangannya kearahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 631 Episodes
Comments
im3ld4
kakak tsundere .. 💜 you
2022-08-14
0
Evelyn_clxx
Abang Gue hampir sama sifatnya kek haru tapi bedanya Abang gue lebih heboh dari pada haru
2022-05-14
1
Echa04
uuullluuuuluuuuuuu kakak yg manis
2022-05-08
0